"Mereka yang berada disisimu karena kelebihanmu, hanyalah orang-orang yang merasa tertarik padamu. Tapi mereka yang tetap berada disisimu walau mengetahui kekuranganmu adalah orang yang benar-benar mencintaimu."
Semuanya terdiam setelah mendengar pengakuan Aliza. Mereka terlihat sibuk dengan fikirannya masing-masing. Aliza yang melihat keadaannya menjadi hening dan canggung menghela nafas pelan. Menatap mereka satu persatu dengan lamat.
"Maaf, kalau pengakuan Aliza bikin kalian semua kaget. Terutama Tante Hafsyah. Aliza cuman gak mau ada kebohongan dalam pertemuan ini. Aliza gak mau kalian melihat Aliza dari sudut dimana Aliza dipaksa untuk terlihat sempurna dan baik."
"Ini Aliza. Aliza bukan gadis yang baik dan agamis. Aliza suka keluar malam dan ikut balapan liar."
"Aliza!" Tegur Sarah dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf, Ma. Tapi Aliza mau semuanya tau siapa Aliza sebenernya." Ucap gadis itu.
"Tante, Om, dan lo, Adnan. Saya mau jujur sama kalian. Saya adalah gadis yang jauh dari kata sholeha, agamis atau apalah itu. Aliza bukan gadis lemah lembut. Aliza bukan gadis yang hari-harinya dihabiskan di dalam rumah. Aliza bukan gadis yang membatasi pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Aliza bukan gadis yang pinter masak, dandan dan sebagainya. Aliza gadis tempramental yang terkadang omongannya kasar."
"Aliza tau, kalian dari keluarga yang paham agama. Maka dari itu, Aliza memilih berterus terang. Aliza bukan gadis yang sempurna untuk jadi bagian dari keluarga kalian. Jadi Aliza bakal terima kalau Tante cari gadis lain yang lebih pan-"
"Enggak!" Sentak Hafsyah membuat semua orang terkejut. Bahkan Fahri ikut berdiri saat melihat sang istri berdiri.
Hafsyah mendekati Aliza yang terdiam di tempat. Tanpa diduga, wanita itu memeluk Aliza erat.
"Bunda gak mau gadis lain yang jadi menantu Bunda. Bagi Bunda, cuman Aliza yang pantes bukan yang lain." Lirihnya.
Melepaskan pelukannya, Hafsyah menangkup wajah Aliza. "Bunda bangga sama kamu. Kamu berani jujur dan apa adanya. Bunda semakin yakin kalau cuman kamu yang cocok buat Adnan. Terlepas dari semua yang kamu bilang, Bunda yakin, Aliza kecil Bunda yang lucu, polos dan baik masih ada. Sama seperti kamu dateng ke rumah Bunda pertama kalinya dan memanggil Bunda ke saya, Bunda yakin kalau Aliza yang manis itu masih ada. "
"Sebuah berlian bisa saja tertutupi oleh lumpur, tapi itu semua tidak merubah nilai dan keindahannya. Sama kayak Aliza, kamu masih sama. Hati kamu masih sebersih dulu. Dan akan selalu begitu. Bagaimanapun, Aliza tetaplah putri kecil Bunda yang polos, manis, jujur dan apa adanya." Katanya seraya menatap Aliza penuh kasih.
"Ha? T-tapi," bingung Aliza. Ini semua sangat jauh dari ekspektasinya!
"Kamu tenang aja, Bunda tetap pilih kamu. Ayah juga, kan?" Tanyanya menoleh pada sang Suami. Fahri mengangguk dan tersenyum.
"Adnan?" Tanyanya pada sang putra yang sejak tadi masih diam dengan kepala tertunduk.
Adnan mengangkat wajahnya, menatap wanita yang sudah melahirkannya dengan lembut, "Adnan menerima Aliza. Dengan kekurangan dan kelebihannya. Dengan apa adanya seorang Aliza." Jawabnya mantap yang membuat Sarah menitikkan air matanya. Seolah beban yang ada dihatinya menguap ntah kemana.
"E-enggak. Ini gak bisa terjadi." Racau Aliza seketika. Gadis itu berjalan mundur menjauhi Hafsyah.
"Aliza, kamu kenapa, Sayang?" Tanya Hafsah panik. Begitupun Sarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Husband For Aliza
Подростковая литератураAliza Saskia Zenara, gadis pemilik mata hazel dan senyum manis. Tinggal berdua hanya dengan Sang Mama, hidup Aliza sukar untuk dibenahi. Tidak ada pengawasan yang ketat dari seorang Ayah membuat Aliza tumbuh menjadi gadis yang liar. Keluar malam dan...