19/. Acin II

425 19 0
                                        

"Kalau orang udah kenak virus merah muda, baru pisah satu jam aja, rasanya udah berabad-abad."











Kembali pada Aliza. Saat ini, gadis itu sedang duduk di atas ayunan rumah pohonnya, dengan Ollaf di pangkuannya.

"Gue bosen." Gumamnya sambil terus mendorong ayunan dengan kakinya.

"Biasanya selalu ada Adnan yang jahilin atau jadi objek kejahilan gue. Sekarang gue sendiri. Gue gak tau mau ngapain. Ollaf juga gak bisa diajakin ngomong."

Aliza merogoh handphone dengan logo apel digigit itu dari saku celananya.

Membuka aplikasi kontak dan mencari nomor yang ingin dia hubungi. Dahinya mengernyit bingung saat melihat nama Adnan di kontaknya.

My Husband;)

"Perasaan waktu itu bukan ini deh namanya. Kenapa sekarang berubah?" Bingung Aliza.

"Pasti ulah Adnan." Tambah Aliza. Segera Aliza menghubungi Adnan. Membuat sang empu disana tersenyum bahagia.

"Kenapa lo senyum senyum gak jelas?" Julid Haidar.

"Aliza telfon." Balasnya.

Adnan menggeser icon hijau sehingga wajah cantik Aliza sekarang terpampang di layar handphonenya.

"Assalammualaikum. Kenapa, Al?"

"Adnan! Gue bosen..!" Rengek Aliza disana.

"Jawab dulu salamnya, Al." Tegur Adnan.

"Iyaiya, Waaalaikumusalam."

Adnan tersenyum mendengarnya. "Sekarang, kenapa, hmm?"  Tanya Adnan lagi.

"Gue bosen, Adnan. Gue gak tau mau ngapain." Jawab Aliza.

"Emang sekarang kamu lagi ngapain?"

"Gue? Gue lagi, main ayunan terus sambil main sama Ollaf." Aliza dengan polosnya menunjukkan kelinci kecil miliknya.

Adnan terkekeh geli. Ingin sekali dia mencubit pipi Aliza lantaran gemas. Cubit virtual bisa gak sih?

Haidar yang sejak tadi menyimak dibuat penasaran. Laki-laki itu beranjak ingin melihat bagaimana rupa sosok yang begitu dibucinin sahabatnya itu.

"Ya elah, Nan. Posesif banget sih, lo. Gue baru mau liat bentar, udah lu tutupin aja pakai tangan." Cibir Haidar kesal.

"Adnan! Kok gelap sih?!" Protes Aliza yang terdengar karena Adnan menloudspeker panggilannya.

"Iya Sayang, soalnya lagi mati lampu." Kata Adnan nyeleneh. Dan bodohnya Aliza percaya.

Terdengar decakan keras dari Haidar. Laki-laki itu kembali duduk ke sofa dengan kesal.

"Jadi, sekarang kamu mau apa?"

"Gak tau."

Adnan terkekeh mendengarnya. "Lucu banget sih istri aku." Celetuknya yang mengundang tatapan ngeri Haidar.

"Walaupun Adnan gak sedingin El, tetep aja gue syok ngeliat dia yang kek gini." Gumam Haidar pelan.

"Gimana kalau gue nyanyi terus lo yang dengerin?" Usul Aliza.

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang