15/. Best Surprized

283 14 0
                                    

"Mereka yang bersedia menanggung rasa sakitmu, tidak akan pernah memberikan luka dalam hidupmu. Karena cinta mereka nyata. Bukan hanya sekedar fatamorgana."
















Mobil Adnan memasuki pekarangan rumah. Setelah puas menghabiskan waktu berdua di luar, keduanya memutuskan untuk pulang.

Senyuman masih tidak pudar dari bibir Aliza. Gadis itu terlihat sangat senang. Bahkan ketika memasuki rumah, senyuman Aliza masih dapat terlihat dari radius sepuluh kilometer.

Gadis itu menaiki tangga dengan riang sambil melompat-lompat kecil. Tapi langkahnya terhenti saat Adnan menahan tangannya.

"Apa?" Bingung gadis itu.

"Saya punya sesuatu yang mau saya tunjukin ke kamu." Katanya yang membuat Aliza mengernyitkan dahi bingung.

"Tapi, sebelum itu, kamu harus tutup mata dulu." Tambah laki-laki itu. Adnan berdiri di belakang Aliza. Kemudian menutup kedua mata gadis itu menggunakan telapak tangannya yang lebar.

"Jalannya pelan pelan terus ikutin saya ya, Al." Bisik Adnan tepat di telinga Aliza. Membuat tubuh gadis itu meremang.

Sesuai instruksi, Aliza melangkah pelan kedepan. Walau dilanda kebingungan dan tidak tahu akan dibawa kemana, Aliza tetap mengikuti perkataan Adnan. Karena Aliza, percaya pada laki-laki itu.

Sampai dimana, langkahnya terhenti di satu titik. "Ad, kita udah sampai? Kok lo gak nyingkiran tangan lo dari mata gue?" Tanya Aliza bingung.

Adnan tersenyum lembut, kemudian kembali berbisik "It is, for you."

Setelahnya laki-laki itu menarik tangannya membuat Aliza mengerjab pelan menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.

Setelah penglihatannya jelas, Aliza menyadari bahwa kini dirinya berada di taman belakang rumahnya. Gadis itu mengernyit bingung. Taman ini tampak terlihat beda.

"Sejak kapan ada banyak bunga berwarna seperti ini?" Batinnya.

Lalu gadis itu menatap tepat lurus ke depan. Lagi lagi tubuh Aliza menegang. Untuk sesaat detak jantungnya terasa melambat dengan mata membelalak kaget saat melihat sebuah rumah pohon yang dulunya tidak sempurna dalam penyelesaian pembuatannya, kini terlihat sudah kokoh begitu indah dan megah. Lalu di bawahnya, terdapat sebuah ayunan kecil yang hanya bisa diduduki oleh satu orang menggantung di salah satu dahan pohon. Suara suara gadis kecil kembali muncul di kepalanya.

Papa, Aliza pengen punya rumah pohon yang beesarr banget.

Terus nanti di bawah rumah pohon Aliza, ada ayunannya! Biar kalau Aliza bosen, Aliza bisa main ayunan deh.

Papa buatin, yah?

Apapun untuk Tuan Putri kesayangannya Papa.

Yey, Papa memang yang terbaik! Nanti Aliza minta ke Mama buat hias taman Aliza pakai bunga yang banyak!

Setitik air mata jatuh dari pelupuk matanya. Tanpa sadar, kakinya melangkah membawanya mendekat pada rumah pohon itu.

Aliza masih tidak percaya. Bagaimana rumah pohon yang dulu baru tahap dua puluh persen dibuat oleh sang Papa kini sudah berdiri kokoh dengan indahnya?

"Adnan, i-ini?" Tanyanya dengan terbata.

Melihat itu Adnan tersenyum tipis. Tangannya bergerak menghapus air mata yang membasahi pipi Aliza. "Rumah pohonnya udah jadi. Kok kamu malah nangis, Al? Kamu gak pengen liat ke dalamnya?" Ucapnya lembut.

Aliza menganggukkan kepalanya cepat. Adnan mengusap pucuk kepalanya dengan sayang dan langsung menuntunnya naik ke rumah pohon itu.

Lidah Aliza terasa kelu saat melihat banyaknya figura berisi foto kecilnya bersama kedua orang tuanya di dalam rumah pohonnya. Bukan hanya itu, mainan mainan masa kecilnya juga ada.

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang