5. Akad

589 30 0
                                    

"Seseorang pernah mengatakan, yang mencintai tidak bisa merubah yang tidak berjodoh menjadi berjodoh. Sedangkan yang berjodoh mampu merubah yang tidak mencintai menjadi saling mencintai."











Aliza duduk disamping Adnan. Dengan mengenakan dress panjang berwarna putih polos senada dengan kemeja Adnan yang membalut tubuhnya, gadis yang sebentar lagi resmi menjadi istri seorang Adnan Mirza Rafasyah itu juga terlihat manis saat mengenakan jilbab dengan polesan make up tipis.

Disaat wajah yang lain memancarkan kebahagiaan, berbeda dengan Aliza yang tetap diam dengan pandangan kosong.

Sudah ada penghulu yang siap menikahkan mereka. Juga beberapa saksi yang tak lain adalah Dokter Farhan, Dokter yang merawat Sarah, dan beberapa orang perawat.

Adnan menghela nafas pelan saat prosesi akad segera dilaksanakan. Sarah yang melihat putrinya sebentar lagi menikah pun hanya bisa menangis haru. Begitu pula dengan Hafsyah.

"Sudah siap saudara, Adnan?" Tanya Bapak penghulu.

"In Sya Allah, saya siap." Jawab Adnan mantap.

Penghulu itu tersenyum lantas membaca Al-Fatihah, istigfar dan terakhir syahadat yang diikuti semua orang sebelum menyodorkan tangannya pada Adnan.

"Saya nikahkan engkau ananda Adnan Mirza Rafasyah bin Fahri El Vano dengan Aliza Saskia Zenara binti Raka Biantara dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Aliza Saskia Zenara bin Raka Biantara dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Ucap Adnan mantap dalam satu tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" Tanya penghulu pada saksi.

"SAH!"

"Alhamdulillah." Ucap semua orang orang. Mereka sama-sama memanjatkan doa untuk Aliza dan Adnan.

Tubuh Aliza menegang saat Adnan meletakkan salah satu tangan laki-laki itu diatas kepalanya.

"Allahumma inni as 'aluka khairaha wa khairama jabaltaha alaih. Wa a 'udzubika min syarriha wa syarrima jabaltaha alaih."

Bisiknya diakhiri dengan mencium pucuk kepala Aliza yang berhasil membuat jantung gadis itu berdetak tidak normal.

Kemudian mengulurkan tangannya pada Aliza yang hanya menatapnya bingung. Hafsyah yang melihat kebingungan Aliza hanya bisa tersenyum gemas. Sedangkan Sarah hanya bisa tersenyum lemah. Wanita itu mendekati Aliza kemudian membisikkan sesuatu pada gadis itu.

"Itu, kamu harus nyalimi tangan suami kamu, Sayang."

Kedua mata Aliza melebar sempurna. Menatap ngeri pada tangan Adnan yang terulur padanya.

"Harus banget, ya?" Pikirnya.

Menoleh pada sang Mama, bahu Aliza melemas ketika Sarah menganggukkan kepalanya. Seolah tahu apa yang sedang Aliza fikirkan.

Dengan ragu, Aliza mengambil tangan Adnan yang sejak tadi mengudara lalu menciumnya canggung.

Baru saja akan mengangkat kepalanya, Aliza lagi-lagi menegang saat Adnan mencium dahinya lembut.

Menatap Adnan dengan tatapan tak terbaca. Jujur saja, Aliza tidak membenci laki-laki ini. Dirinya hanya tidak bisa menerima jika dia harus menikah dengan orang asing. Terlebih mereka tidak saling mecintai. Sedang Adnan hanya tersenyum lembut membalas tatapannya.

"Aliza," panggil Sarah lirih. Merentangkan tangannya pada Aliza.

Gadis itu langsung menoleh dan berhambur dalam pelukan Sarah. Tangisnya pecah seketika. Begitupun Sarah.

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang