11/. Posesif II

418 21 0
                                    

"Semakin besar cinta yang dimiliki seseorang, semakin besar pula rasa cemburunya."









Reno tertawa keras mendengar ancaman Adnan. Laki-laki maju selangkah di depan Adnan. Lalu menatap remeh pada Aliza. Melihat itu, Adnan segera membawa Aliza ke belakang punggungnya. Membuat gadis itu merengut tidak senang. Aliza menyembulkan kepalanya dari balik punggung Adnan.

"Jaga. pandangan. kamu." Ucap Adnan penuh penekanan.

Reno terkekeh geli. "Slow, gue gak bakalan gangguin dia. Gue cuman mau ngasih tau sama kalian. Terutama lo, Aliza." Ujar Reno diakhiri tatapan rumit yang mengarah pada Aliza.

"Kalian salah kalau ngira gue yang salah disini. Karena, kalian semua gak tau apa masalah antara gue sama anak sialan itu!" Tunjuknya pada Gibran yang sama sekali tidak berubah posisi.

"Lo, Aliza. Lo salah besar karena lo udah belain dan percaya sama dia! Dia gak seperti yang lo pikirin. Dia manipulatif, licik, dan dia-"

"Gila." Lanjut Reno dengan wajah berubah datar.

"Dia!" Tunjuknya kembali pada Gibran. Matanya menatap penuh kebencian pada laki-laki yang terlihat menyedihkan itu.

"Dia manusia paling licik dan gila yang pernah gue kenal! Dia udah bunuh bokap gue! Dia! Dia gila!" Teriaknya.

"Stop, Reno!" Bentak Aliza. Gadis itu sama sekali tidak percaya dengan omongan laki-laki yang berstatus saudara tiri Gibran itu.

Reno berdecih sinis. "Lo, percaya banget kan sama dia?"

Aliza bergidig ngeri saat melihat Reno tertawa tanpa sebab. Tanpa sadar gadis itu merapatkan dirinya pada Adnan. Menyadari itu, Adnan langsung menggenggam tangan Aliza erat.

"Lo dengerin gue baik-baik, Aliza. Suatu hari lo bakalan hancur karena kepercayaan lo sama laki-laki yang lo anggap sahabat itu. Dia bakalan buat lo ngerasain apa yang gue rasain. Lo bakal kehilangan orang yang paling berharga buat lo karena dia! Dia bakal buat lo menderita, Za! Lo inget itu, Za." katanya kemudian berbalik hendak pergi.

Namun sebelumnya, langkahnya terhenti. Menoleh ke belakang di mana Adnan masih menatap dengan tajam. Lalu pandangannya turun pada genggaman Adnan pada Aliza. Laki-laki itu tersenyum tipis. Sangat tipis hingga tidak ada yang menyadarinya.

Dengan santai, Reno mendekati Adnan. Setelahnya laki-laki itu membisikkan sesuatu tepat di telinga Adnan.

"Sebenernya gue gadak masalah sama lo. Gue cuman mau ngingetin lo. Kalau lo beneran cinta sama istri lo, jangan pernah biarin Aliza deket sama Gibran. Atau, lo bakal menyesal." Bisiknya. Kali ini Reno benar-benar pergi.

Adnan terdiam di tempat. Sedangkan Aliza menatap julid kepergian laki-laki itu. "Dasar Renoanjing." Gumam Aliza pelan. Detik kemudian, ringisan keluar dari bibir tipis semerah cerry miliknya.

"Apaan sih lo?!" Protesnya tidak terima saat Adnan menyentil dahinya.

"Mulutnya jangan dibiasain ngomong yang gak baik, Al." Katanya sambil mengusap dengan lembut dahi Aliza. Walaupun dia yakin, sentilannya tidak akan menyakitkan karena dia melakukannya dengan sangat pelan.

"Suka-suka gue lah! Mulut gue kok." Sewot Aliza. Gadis itu segera melangkah mendekati Gibran yang masih meringkuk dengan wajah yang dibenamkan pada lipatan kakinya.

"Gib." Panggil Aliza pelan.

Mendengar suara yang dikenalinya, Gibran perlahan-lahan mengangkat wajahnya.

"Aliza?"

"Iya. Ini gue."

Gibran langsung bangkit dan hendak memeluk Aliza. Namun sebelum itu, Adnan lebih dulu menarik Aliza mundur. Alhasil, Adnan lah yang dipeluk Gibran. Bukan Aliza.

The Perfect Husband For AlizaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang