Chapter 4

501 125 72
                                    

Jangan lupa vote & komen yg banyak❤️
Happy reading🫶🏻

Jangan lupa vote & komen yg banyak❤️Happy reading🫶🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepertinya kesabaran Ezar diuji lagi mulai pagi ini. Adara udah ngerengek nggak mau ke kampus sejak dia masuk mobil.

"Gue nggak mau anter kalo lo nggak masuk kuliah dulu." Ezar kekeuh.

"Matkul gue nggak penting hari ini. Ayolah." rengek Adara.

"Kuliah lo cuma 2 matkul. Jam 8 sampai jam 12. Jadwal ketemuannya jam 2 sore. Masih ada waktu 2 jam buat elo jalan-jalan, dandan. makan, mandi, tidur sebelum ketemu gebetan lo."

Adara cemberut. Percuma, Ezar tetap jalan ke kampus. Akhirnya, Ezar berhasil membawa Adara ke kampus untuk mengikuti kelas. Bukan nongkrong.

Dalam perjalanan menuju mall, Adara beberapa kali memoles ulang wajahnya. Padahal kalau diperhatikan, tanpa make up pun, Adara udah cantik. Tapi namanya juga baru pertama ketemuan, harus memberikan first impression yang baik.

Sampai saat Ezar sudah parkir dengan sempurna, masih belum ada tanda-tanda Adara akan keluar mobil.

Ezar noleh ke belakang karena Adara nggak turun-turun. "Ngapain?"

"Temenin..."

"Ogah. Ngapain gue nemenin orang pacaran. Lagian jobdesk gue kan driver doang."

"Pendendam banget sih lo." Adara manyun tapi tetap bujuk Ezar. "Elo nggak ikut duduk sama gue, agak jauhan. Gue bayarin makanan lo. Terserah makan apa aja."

"Bukan gitu, Adara—"

"Ayolah..." suara Adara memelas.

Ezar mendengus lalu mengiyakan. "Yaudah ayo. Tapi gue duduk jauhan."

Adara memamerkan giginya setelah mendapat persetujuan dari Ezar.

"Dipake cardigannya." Ezar ngasih tau Adara waktu gadis itu keluar mobil.

"Jadi fashion stylist juga sekarang?" sindir Adara. Lupa barusan saja dia mohon-mohon minta temenin. Ezar menghela nafas lalu ikut turun. Terserah Adara, terserah.

Do'a yang ada di kepala Adara sekarang cuma "Semoga gak ada ceweknya. Semoga gak ada ceweknya.". Nggak lucu kalo dia kena labrak lagi. Bisa-bisa mukanya viral karena cafe yang dia datangi rame sekali.

Ezar memilih kursi dekat jendela, samping pintu masuk. Sedangkan Adara duduk di bangku pojok dalam. Masih dalam pengelihatan Ezar.

Nggak lama setelah Adara pesan minuman, cewek itu melihat sosok yang dia yakini kalau itu gebetannya—Rio. Tapi kok...ada perempuan paruh baya gandeng lengan dia?

Adara berpositive thinking kalau itu ibunya, dan Rio sekalian ngantar beliau ke mall. Sayang mama banget, batin Adara lalu gadis melambaikan tangan sambil senyum. Rio melihat tanda dari Adara, yakin betul kalo itu cewek yang janjian sama dia dari aplikasi bubble. Emang sih, Adara nggak ada bedanya dari foto profil maupun aslinya. Rio balas senyum sambil jalan kearah Adara.

My Beloved ChauffeurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang