Part 8

983 115 54
                                    

*Tok... Tok... Tokk... Terdengar suara pintu ruangan di ketuk, membuat krist menghentikan pekerjaannya dan menyuruh orang tersebut untuk masuk.

Singto masuk dengan membawa alat pel.

"Phi belum pulang?" Tanya singto.

Karna sekarang sudah jam 8 malam, singto pikir krist sudah pulang, ia berniat untuk membersihkan ruangan krist.

"Kenapa kamu sudah masuk kerja? Apa kamu sudah baik-baik saja?" Tanya krist.

"Sudah dua hari aku tak masuk, aku takut di pecat nanti" ucap singto.

"Aku tak mungkin memecat mu" ucap krist.

"Kenapa phi belum pulang?" Tanya singto.

"Ada sedikit pekerjaan yang harus ku kerjakan" ucap krist.

"Baiklah, aku keluar dulu" ucap singto.

"Tunggu... Apa kamu ingin membersihkan ruangan ku?" Tanya krist.

"Iya, phi" ucap singto.

"Kamu bisa membersihkan itu sekarang, aku tak yakin pekerjaan ku akan selesai dalam waktu beberapa menit" ucap krist.

"Nanti saja, phi" ucap singto.

"Aku tak mau kamu pulang larut nanti jika kamu menunggu ku selesai bekerja" ucap krist.

"B-baiklah" Ucap singto

Krist tersenyum dan kembali melanjutkan pekerjaannya, sesekali ia menatap ke arah singto yang sepertinya juga tengah fokus bekerja.

"Hmm, sing... Apa aku boleh meminta nomor ponsel mu?" Tanya krist.

"Apa phi sudah membeli ponsel?" Ucap singto.

"Ya, aku membeli itu kemarin" ucap krist sembari memperlihatkan ponselnya.

"Aku mengkhawatirkan mu dan takut kamu sakit lagi, itu sebabnya aku membeli ponsel agar aku mudah menghubungi mu" ucap Krist.

"Hah? A-apa karna aku?" Tanya singto memastikan.

"B-bukan... Maksud ku... Aku sengaja membeli ponsel karna klien ku kesusahan saat menghubungi ku" ucap krist.

Bagaimana bisa krist mengatakan jika dia membeli ponsel karna singto? Otaknya benar-benar tak bisa berpikir dengan jernih sekarang.

Singto berjalan menghampiri krist dan mengetik nomor ponselnya di ponsel krist. Saat ia menyimpan nomornya, nomornya menjadi kontak pertama yang ada di ponsel krist.

"Kontaknya masih kosong" ucap singto.

"Y-ya... Aku belum sempat meminta nomor ponsel teman ku" ucap krist.

"Itu berarti nomor ku menjadi kontak pertama yang ada di sini. Apa memang aku orang pertama yang phi mintai nomor ponsel?" Ucap singto sambil tersenyum malu.

 Apa memang aku orang pertama yang phi mintai nomor ponsel?" Ucap singto sambil tersenyum malu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kembalikan ponsel ku!" Ucap krist sembari merebut ponselnya dari singto.

Krist benar-benar bingung harus menjawab apa sekarang.

"Kembali bekerja, sing" ucap krist.

"Baiklah" ucap singto.

Menit demi menit berlalu, tak terasa sudah hampir dua jam singto membereskan ruangan krist, akhirnya pekerjaannya selesai sekarang.

"Apa phi belum selesai?" Tanya singto.

"Hmm" jawab krist singkat.

"Pekerjaan ku sudah selesai, aku pulang dulu, phi" ucap singto.

Mendengar itu, krist langsung menutup laptopnya.

"Ayo ku antar" ucap krist.

"Bukankah pekerjaan phi belum selesai?" Ucap singto.

"Y-ya... Tapi... Sekarang sudah sangat larut, aku takut kamu kenapa-kenapa di jalan nanti" ucap krist.

"Phi benar-benar perhatian" ucap singto.

Krist tak menghiraukan itu dan berjalan lebih dulu dengan di susul oleh singto dari belakang.

Krist menggenggam tangan singto saat singto hendak masuk ke lift khusus karyawan.

"Bersama ku di sini" ucap krist.

Mereka masuk ke dalam lift khusus CEO, tangan krist masih betah menggenggam tangan singto entah dia lupa atau memang sengaja, singto juga tak berani untuk menegur itu.

Mereka keluar dari lift bersama dan berjalan menuju tempat parkir dengan tangan krist yang masih betah menggenggam tangannya. Saat tiba di tempat parkir, krist membukakan singto pintu mobil dan lagi singto sedikit terkejut dengan itu.

"Ayo masuk" ucap krist.

Singto mengangguk patuh dan masuk ke dalam mobil, setelah itu krist menutup pintu mobil, ia berjalan memutar dan membuka pintu pengemudi kemudian masuk ke sana.

Krist menjalankan mobilnya keluar dari area parkir. Singto merasa canggung sekarang, entah kenapa, mungkin karna tadi krist menggenggam tangannya dari lift hingga tempat parkir, krist sekarang juga tak mengeluarkan suaranya sedikit pun membuat singto memilih untuk memejamkan matanya menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

"Sing..." Ucap krist saat mobilnya tiba di depan rumah singto.

Singto masih betah memejamkan matanya membuat krist mengusap pipi gembul singto.

"Singto..." Ucap krist sekali lagi, namun dengan nada yang kecil. Entah kenapa dia takut akan membangunkan singto sekarang.

Tangan krist masih terus mengusap pipi singto, menikmati lembut pipi tersebut sesekali tatapan krist terarah ke bibir merah singto.

Bibir tersebut seakan menyapa krist agar mendekatkan wajah dan menyambar bibir itu.

Tunggu... Kenapa krist merasa ingin mengecup bibir singto? Kenapa dia sedikit bernafsu saat melihat itu? Apa dia mulai tertarik dengan pria sekarang?

Singto masih tidur dengan nyenyak terlihat dari hembusan nafas teratur yang keluar dari bibir singto. Bibirnya sedikit terbuka sekarang, jari tangan krist mulai menyentuh bibir itu, ia mengusapnya dengan penuh kelembutan, mengusap bibir singto dengan hati-hati takut itu akan membangunkan singto.

Krist meneguk saliva dengan kasar, bibir itu semakin menyapa krist agar menyentuhnya dengan bibir krist.

Perlahan krist mendekatkan wajahnya, hingga hembusan nafas singto mulai menyapa kulit wajahnya.

Krist menelan saliva sekali lagi, tiba-tiba singto membuka matanya hingga membuat tatapan mata mereka bertemu.

Singto terkejut karna wajah krist yang begitu dekat dengannya, begitu juga dengan krist yang terkejut karna hampir ketahuan ingin mencuri ciuman darinya.

"A-aku hanya ingin membangunkan mu" ucap krist sembari menjauhkan wajahnya.

"M-maaf aku ketiduran, phi" ucap singto.

Jantung keduanya berdetak sangat kencang sekarang.

"A-aku keluar dulu, phi" ucap singto sembari membuka pintu mobil kemudian keluar dari sana.

Krist meremas rambutnya memikirkan apa yang ingin di lakukannya tadi? Bagaimana bisa ia tiba-tiba bernafsu saat melihat bibir singto, hampir saja dia lepas kendali tadi, apa yang akan di jelaskan pada singto jika dia mencium singto tadi!?

















Tbc.

My crazy CEO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang