Radio -- @arloji

184 14 0
                                    

[Pukul tujuh malam di tempat kursus Bahasa Inggris]

"Hai, Kak," aku menyapanya yang sedang duduk di bangku kayu panjang. Setelah melewati pintu kelas yang tertutup, karena masih ada sepasang anak murid yang sedang tes di dalam, aku menghampiri dia yang sedang sibuk mengikat tali sepatunya.

Dia tersenyum menanggapi sapaanku. Aku duduk di sebelahnya dan mengeluarkan buku dari dalam tas. Membolak-balik dan membaca artikel serta petunjuk grammar di dalamnya. Beberapa jam yang lalu, saat makan siang tadi lebih tepatnya, aku sudah membaca sedikit banyak materi untuk tes malam ini dan masih tersisa dua bab terakhir karena harus pergi menemui teman reporter.

Aku cemberut. Panik karena urutan ujian tidak pernah sama. Bagaimana kalau sehabis ini aku yang dipanggil?

"Aku belum belajar..." rengekku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. Walaupun begitu, sebenarnya aku tidak bermaksud mengajaknya bicara, hanya saja aku memang belum selesai belajar. I have a target to be the top, jadi, ya, aku memang harus menyelesaikan program membaca sekilas buku itu.

"Aku juga belum, tadi aku ikut casting radio," katanya menanggapi keluhanku. Dia mengenakanfaded jeans yang sama seperti Sabtu malam kemarin, di pertemuan terakhir pada semester ini. Aku perhatian sekali, ya?

"Oh, casting di radio mana?" katanya. Lalu akhirnya aku menyerah, kutinggalkan artikel itu, berisi tentang bagaimana hidup tanpa televisi selama sebulan, tanpa menyelesaikan paragraf pertama untuk dipahami. Aku menatap ke arahnya, rambutnya terlihat lebih rapi dari biasanya. Tentu, dia habis ke acara melamar pekerjaan, kan?

Lalu aku teringat, dulu saat kami sedang belajar tentang paragraf deskripsi, dia mendeskripsikan dirinya dengan kata 'mempesona', dia bilang dia bisa membuat banyak perempuan terpana. Saat itu, aku mengintip ke arah kertas kecil di atas mejanya, lalu terkekeh melihat kalimatnya yang lucu. Tapi akhir-akhir ini, kurasa dia ada benarnya juga... Aku buktinya.

Aku tidak peduli dia ikut casting di radio mana, tetapi saat itu, aku langsung mengangguk-angguk dan pura-pura tahu dengan stasiun radio yang disebutnya. Pokoknya obrolan harus tetap ada kelanjutan, apapun harus dilakukan.

"Tahu, kan, stasiun radio itu?" dia mulai membuka buku yang sama dengan yang sedang terbuka di pangkuanku.

"Siarannya pakai bahasa inggris, ya?" aku bilang begitu karena namanya mirip dengan tempat kursus bahasa inggris.

"Bukan, itu beda dengan tempat les bahasa inggris itu. Stasiun radionya yang ada dekat jembatan layang," begitu katanya, sedangkan aku hanya mengangguk-anggukkan kepala. Pokoknya harus berlanjut.

"Oh, begitu," tapi aku bingung harus bicara apa.

Kadang, ada pandangan yang kucuri-curi untuk melihatnya. Juga sepanjang waktu itu ada kata-kata yang berkali-kali berusaha kususun dalam benak, tapi tak bernah berhasil terlontar.


Aku dan dia mendapat giliran yang saAku tidak pernah gelisah seperti saat itu sebelumnya. Aku ingin berhenti ditanya-tanya karena aku bingung mau menjawab apa. Tapi aku tidak ingin mengakhiri malam itu, tidak mau

Tapi waktu tetap berlalu. Aku keluar ruangan dan dia berjalan ke arah basement. Tanpa berkata apapun, malam yang berakhir tidak bisa dihalangi lagi.

Aku tidak pernah tahu, ternyata aku akan menunggu lebih lama dari yang aku kira. Atau mungkin aku akan menunggu sampai aku lupa untuk apa aku menunggu. Karena cerita tentang radio dan pernyataan tentang arti cinta adalah memori penutup dari secuil kenangan yang pernah dia tinggalkan di benakku. Belum sempat aku mengenali, apa lagi untuk mengerti, untuk memahami.. Begitu aneh, seperti meninggalkan tugas tanpa menyelesaikannya.

Dalam setiap penantian, hal yang paling dihindari adalah kesunyian. Di sana waktu berjalan relatif lebih lamban bagi penanti yang hampir habis kesabaran. Dalam setiap penantian, hal yang paling disuka adalah kesibukan. Di sana pikiran dikendalikan ketenggatan waktu dan keramaian. Seperti gelombang, ada pucuk bukit dan lembah. Seperti putih dan hitam. Saling memberi eksistensi. Begitulah penantian.

Beberapa jam saja

biarkan aku terjaga.

Malam ini, beribu malam telah berlalu, aku kembali rindu kamu.. dalam kesunyian.. dalam waktu yang sengaja kubiarkan melamban.


FF[1] - JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang