Bang Dallas -- @Dallas-D

143 13 10
                                    

Aku berjalan menyusuri geladak kapal yang nampak ramai. Hembusan angin meniup-niup rambut cokelatku yang kubiarkan tergerai. Langkahku terhenti di buritan kapal. Dari sini, nampak lautan lepas berwarna biru tua. Memang tak dapat kupungkiri, pemandangan di depanku ini membuatku ingin terus melihatnya. Warna biru langit berpadu dengan indahnya lautan.

Aku menghela nafas, sudah tiga hari aku terombang-ambing di atas lautan ini. Aku sangat bosan dengan rutinitasku selama berada di atas kapal. "Lebih baik aku ke kamar," ucapku sembari membalikkan badan.

Krakkk

Tubuhku oleng tiba-tiba. Aku kehilangan keseimbangan.

Gedubrakkk

"Awww..." ringisku sembari mengusap pergelangan kakiku. Ternyata, heels ku patah. Alhasil, aku pun jatuh terjerembab diatas dek kapal yang benar-benar tak empuk. Kakikku terasa tak bisa digerakkan, sepertinya terkilir. Beberapa orang nampak menahan tawanya. Sedangkan sisanya tertawa lebar. "Huh." dengusku sebal.

Dibantuin kek, di apain kek. Nah, ini malah di ketawain.sungutku.

Aku mengerucutkan bibirku, mukaku kutekuk, kebiasaanku jika sedang kesal. Mood ku hancur berantakan ditambah malu karena ditertawakan banyak orang.

Tiba-tiba, sebuah tangan terulur tepat di depan wajahku. Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati seorang pemuda tengah tersenyum amat lebar.

"Boleh, kubantu?"

.

.

"Bolehkah kita berkenalan?" tanyanya lembut.

"B-boleh." jawabku amat sangat gugup.

Ya ampun, aku tak boleh gugup.batinku

Ia mengulurkan tangannya. "Caramel Dallas,"

"Panggil aja Cam." Sebuah senyuman simpul terbentuk di wajah menawannya. Apa, aku bilang menawan? Kau baru mengenal beberapa menit yang lalu Sha.

Dengan antusias aku menyambut tangannya. "Kalo aku, Tasha."

"Tasha, nama yang cantik. Ya, cantik seperti orangnya." ujarnya tulus. Ya Tuhan, apa aku salah dengar? Ia memujiku? Ini mimpi kan?.

Tanpa kusadari pipiku merona, bibirku membentuk senyuman malu-malu.

"Kau juga Caramel, kau manis seperti namamu." ucapku tanpa sadar. Ups! Astaga, aku keceplosan.

"Hahahahaha," ia tertawa cukup lebar. Disaat ia tertawa pun, ia sangat manis. Tawanya perlahan mereda, tergantikan dengan senyuman simpul.

Cam tampak menghela nafas. "Bagaimana keadaan kakimu?" tanyanya dengan nada khawatir.

Aku bergumam, "Hmmm... semakin membaik." Ia mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ohh." tanggapnya datar.

"Kalo begitu, aku pergi dulu ya dan ..." ia tampak berfikir sejenak.

"Maukah kau datang ke acara makan malam nanti?" tanyanya.

Aku memainkan kedua jariku dan menundukkan kepalaku.

"B-boleh." jawabku gugup. Ah, kenapa kau gugup lagi Sha.

"Oke, see you." ujarnya sembari melangkahkan kakinya menjauhi buritan kapal.

"See you" jawabku cukup pelan. Aku memandang punggungnya yang perlahan menghilang. Tanpa sadar, bibir tipisku melengkung membentuk sebuah senyuman. Entah, aku sendiri tak mengerti arti senyuman itu.

FF[1] - JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang