Azzazia Asiana, gadis sederhana yang hidup di antara ketidak kebahagian keluarga. Zia gadis cuek, kasar, dan pemalas. Sangat benci saat kedua orang tuanya bertengkar. Sangat mendambakan kehidupan yang harmonis, mendambakan orang tua yang sayang dengannya, dan perhatian terhadapnya. Tapi impian itu rasanya sulit sekali di wujudkan. seperti butuh bertahun- tahun untuk mewujudkannya.
***
Prakk..
Zia bosan mendengar Ayah dan Ibunya bertengkar. Melempar barang ini itu ke segala arah. Saling Menampar dan memukul. Yang akhir-akhirnya Zia lah yang harus membersihkan rumah. Ya, walau tak terlalu bersih. Zia bukanlah anak rajin yang selalu membersihkan rumah dengan bersih dan rapi. Itu terlalu melelahkan bagi Zia.
Zia keluar dari kamar saat menyadari benda yang pecah.
"Mama!!" Teriak Zia histeris. Saat melihat sang Mama yang tergeletak di lantai denfan sebuah beling yang tertancap di leher dan pergelangan tangan. membuat darah mengucur keluar.
Zia memeluk sang Mama sembari menangis. Memanggil - manggil Mamanya agar kembali terbangun.
Tapi, apa daya. Sang Mama telah kembali kepada- Nya.
"Papa!" Teriak Zia marah sambil menangis. Marah dengan sang Papa yang berani-beraninya membunuh sang Mama. Zia segera menelfon pihak polisi.
***
Polisi beserta ambulan telah datang ke rumahnya. Membawa sang Mama ke Rumah Sakit untuk di otopsi.
Seorang Polwan menghampiri Zia. Memeluk erat Zia. Mencoba memberi ketegaran untuk Zia.
"Sabar ya, kita ke Rumah Sakit. Disana Kamu ceritakan tentang hal ini." Polwan tersebut membawa Zia masuk ke dalam mobil Polisi.
Menuju Rumah Sakit yang akan mengotopsi sang Mama.
Zia naik ke Rooftop Rumah Sakit. Mungkin saja di sana ia dapat lebih tenang. Meringankan beban pikirannya.
Zia duduk di pinggir Rooftop. Duduk dengan, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
Zia merasakan seseorang duduk di sampingnya. Zia menatap laki-laki yang duduk di sampingnya. Begitu pula laki-laki tersebut.
"Sean. Lo?" tanya laki-laki tersebut tanpa menatap Zia.
"Zia" gumam Zia, tapi mampu di dengar oleh Sean.
Tak ada percakapan dari keduanya. Hanya hening saja. Angin masih setia menemani Zia.
Zia menatap langit yang tampak berwarna hitam.
"Sepertinya akan turun hujan" gumam Sean.
Zia menoleh pada Sean yang mendongak ke atas.
Zia berdiri dari duduk. Turun dari Rooftop. Ingin melihat hasil otopsi dari sang Mama.
Zia duduk di ruang dokter yang akan menjelaskan hasil otopsi.
Zia duduk dengan tenang, sembari mendengarkan penjelasan Dokter.
"Terima Kasih Dokter" Zia berlalu dari hadapan Dokter. Berjalan perlahan ke Rumahnya.
"Zia tunggu!" Zia menoleh kebelakang saat suara Sean memanggilnya. Beberapa pasang mata memandangi Sean yang berlari mengejar Zia.
"Ada apa?" tanya Zia saat Sean berada di sampingnya.
Sean menyerahkan sebuah kamera pocket pada Zia.
"Untuk apa?"
"Simpan saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
FF[1] - June
RandomKumpulan Flash Fiction yang ditulis oleh beberapa member Sahabat Pena. Dengan tema yang berbeda dan masing-masing keunikannya. Selamat Membaca^^ Juni. @raezhyla - @insanaya - @arloji - @SaberAsh - @TalentaSaritha - @Hyderia - @luminous-rare - @ir...