"deburan ombak yang mengikis setiap inci daratan, sedikit demi sedikit memperlihatkan keganasan dari kekuatan waktu."
Langkah Kirana terhenti tepat didepan pintu masuk rumahnya. Bukan tanpa alasan tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Melainkan mendengar suara gaduh yang sudah tak asing lagi ditelinganya. Kegaduhan yang selalu saja hadir tepat saat Kirana hendak menjatuhkan segala lelahnya.
Rumah yang kata orang-orang - tempat untuk beristirahat, menuangkan segala rasa penat yang dirasa. Menjadi penyembuh atas rasa sakit, menjadi pemanis atas rasa pahit. Bagi Kirana, pernyataan itu hanyalah suatu kebohongan belaka.
"Nakula! Gua udah bilang sama lu ya! Jangan bawa-bawa cewe kerumah gua. Gua ga peduli lu mau selingkuh main cewe dibelakang gua, tapi ingat satu hal! Jangan sampai lu bawa cewe masuk menginjak rumah ini!" Ucap Soviet bernada tinggi.
Saat tahu bahwa Nakula tengah melakukan adegan mesra dengan wanita lain, tak tanggung-tanggung, mereka melakukan hal itu didalam kamar yang biasa Soviet gunakan untuk tidur melepas lelah bersama Nakula sebagai suaminya.
"Sejak kapan rumah ini jadi rumah lu? Harusnya lu yang pergi, dan bawa anak hara-"
"Nakula!! Cukup! Pergi! Atau gua hubungin polisi?!"
Nakula beranjak pergi bersama dengan wanita disisinya, matanya sempat berpapasan dengan Kirana yang sedari tadi menguping pertengkaran mereka didalam. Nakula memandang Kirana sejenak, hingga akhirnya ia berjalan seakan tak menghiraukan siapa yang ada dihadapannya.
Bersama wanita selain Soviet.
Kirana beranjak masuk kedalam, berniat menghampiri Soviet yang tengah duduk disofa dengan nafas yang terengah-engah. Terpancar dalam kejauhan, wajah penuh amarah bercampur aduk dengan kesedihan dan luapan emosi yang tak terbendungkan.
"M-ma-"
"Diam!"
"Lu udah hancurin hidup gua! Harusnya lu mati aja Kirana! Harusnya lu gausa ada dalam hidup gua!."
"Pergi! Tinggalin gua sendiri!" Ucap Soviet tanpa sekalipun melirik insan yang kini berada dihadapannya.
Belum sempat melontarkan kata, Kirana dipukulnya mundur oleh kata-kata Soviet yang memintanya untuk tidak menghampirinya. Bukan hanya itu, ia menyelipkan kata-kata yang sudah melewati batas tampung kesabaran Kirana.
Kirana beranjak jalan menuju kamar, meninggalkan Soviet yang masih berjibaku dengan amarahnya. Kejadian seperti ini sudah sering terjadi, bahkan Kirana sudah hafal dengan dampak yang terjadi jika ada pertikaian seperti ini. Meskipun sudah terbiasa, tetapi rasa sakitnya masih terus ada. Kalau sudah seperti ini..
Pasti Kirana yang kena semburan apinya.
Setelah melepas seragam yang menempel seharian padanya, setelah berganti baju ia merebahkan tubuhnya diatas kasur. Memandangi langit-langit yang sebenarnya kosong, tidak ada apa-apa, hanya ada balutan warna putih yang menjadi media terbentuknya siluet cahaya, cahaya yang muncul dari luar jendela.
Cahaya senja..
Cahaya itu mengingatkan Kirana, pada lelaki misterius yang hari ini berperan menjadi pahlawan untuknya.
Kirana beranjak dari tempat tidurnya, menuju sumber dari datangnya cahaya jingga.
"Ko lu tau nama gua? Lu siapa?" Kirana bertanya ketika tubuhnya masih jatuh dalam pelukan lelaki tadi, yang sepertinya sudah lelah terengah-engah karena mengangkut badan Kirana menuju parkiran yang cukup jauh
"Seasing itukah gua dimatalu, Na."
Lelaki itu menurunkan tubuh Kirana, membantunya duduk dibangku dekat parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Kirana
Teen FictionNEW UPDATE ( Cerita ini insyaallah aku update setiap hari ^^ ) Halo, kembali lagi sama aku MasTirexx^^. Ini cerita baruku, semoga kalian suka ya^^. Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca. Prolog; Nabastala Kirana, seorang wanita cantik yang me...