Bab 7

11 3 0
                                    

" Cinta itu menjagaku dari hal yang menyakitimu , bahkan dari diriku sendiri. Jika kehadiranku membuatmu merasa tersakiti, maka aku akan berhenti."

Pertandingan partai final perlombaan bola basket akan segera dimulai sebentar lagi. Kirana dan Zee sibuk berlarian dilorong menuju aula lapangan pertandingan, mereka takut terlambat karena harus mengurus tugas dari Bu Lizza yang tertunda. Lebih tepatnya si Zee yang takut telat, hingga Kirana terseret kedalamnya.

"Ah shitt! Untung belum telat." Ucap Zee dengan nafas yang Terengah-engah.

Kirana hanya terdiam, mengatur nafasnya pelan-pelan agar stabil kembali.

"Ah lu pake lari segala, padahal ketinggalan sebentar pun ga bakal masalah." Ucap Kirana setelah nafasnya berangsur membaik.

"Ga! Gabisa! Gabisa gua! Gua mau liat Raiden main fulltimeeeee!!"  Ucap Zee, sorot matanya sudah menukik tajam pada sosok Raiden yang tengah pemanasan dilapangan.

Sedangkan Kirana, ia melihat Sekala yang menyapa Arumi dengan senyuman hangat. Senyuman yang dulu menjadi senyuman favoritnya, senyuman dari Sekala.

Ia melihat Angkasa yang sedari tadi sudah melambai-lambaikan tangannya pada Kirana. Wajahnya sangat ceria, berseri seperti matahari pagi. Kirana membalas lambaian tangan itu, lalu memberikannya senyuman tipis-tipis.

Kirana tahu, siapa orang yang harus dia dukung. Orang yang selalu membawakan tawa untuknya, dikala insan lain memberikannya luka. Orang yang selalu ceria, menemukan setiap jalan menuju Roma untuk Kirana terlihat kembali bahagia.

Tapi, nampaknya Kirana masih belum bisa menghapus segala hal tentang Sekala. Ia masih mengharapkan dirinya kembali dalam pelukan lelaki yang membawanya hanyut dalam cinta 3 tahun lalu.

Pertandingan akan dimulai dalam hitungan 3, peluit panjang berbunyi tanda permainan dimulai. Terlihat Angkasa dan Sekala berada dititik tengah untuk memperbutkan bola yang melambung keatas.

Angkasa mendapatkan bola itu, ia langsung menggiring bola, melakukan dribling cantik, mengopernya pada Tenggara. Angkasa melakukan pergerakan tanpa bola, menerobos masuk kedalam area pertahanan lawan. Tenggara mengoper bola pada Abimanyu, Abi mendribbling bola, mencari-cari posisi temannya yang kosong.

Angkasa terlihat berdiri sendiri disisi kanan lapangan, Abi yang menyadari itu langsung mengoper bola pada Angkasa. Angkasa menerima bola dengan baik, berlari menyusuri sisi kanan lapangan, dan bumm ia melakukan lay up dan memasukan bola kedalam jaring. 1-0 untuk tim Angkasa.

Pertandingan berjalan alot, tim Angkasa dan Sekala saling bertukar point. Babak pertama menyisakan skor 20-20 untuk kedua tim, pertandingan yang menyisakan 1 babak terakhir, menjadi penentu tim mana yang akan keluar menjadi juara.

"Na, nih anterin minum ke Asa." Ucap Zee, menyodorkan minuman dingin pada Kirana.

"Ih ko gua?"

"Ga inget lu? Udh diajak jalan-jalan terus sama Angkasa. Masa gamau ngasih feedback si." Ucapan Zee menusuk hati Kirana.

"Iyah deh Iyah." Kirana pasrah, mengambil minuman yang diberi Zee, ia bergegas  menyusuri trubun untuk turun ke lapangan dengan sedikit wajah yang murung karena malu.

"Sa, nih minuman."

"Makasih, Na." Ucap Angkasa dibarengi senyuman.

"Behhh ciee ekhemmm, udh ada lampu ijo nich." Ucap Tenggara yang melihat Kirana dan Angkasa berdua.

"Ekhemmm." Seluruh tim Angkasa memberikan deheman dengan kompak.

"Awas Na, hati-hati kalo jalan sama Angkasa. Dia suka ngigit tiba-tiba." Ucap Abimanyu mengompori Angkasa.

 Senja Untuk KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang