Bab 5

18 5 1
                                    

" Setiap orang pasti punya beloved humannya masing-masing. Tapi sebagian orang, tidak mampu untuk menawar takdir tuhan."

"semangat kalaa sayang ..."

"Wah ada Sekala main."

"Iiiii ganteng banget si pacar orang."

"Pasti Arumi bahagia bisa jadi pacar Sekala."

"Udah pas banget si, Arumi dan Sekala. Sama-sama famous."

"Ada Raiden juga, aaaa raidenn wofyu wofyuu."

"Iii punya guee itu." Zee ikut tenggelam dalam riuhan suara bersama para ciwi centil lainnya.

Riuh sorak para penonton mengisi ruang telinga Kirana. Zee menatap wajah Kirana yang sedikit ditekuk, wajah yang dipaksa untuk terlihat 'gapapa'. Padahal kenyataannya menyakitkan baginya.

Ditambah Arumi yang memberikan air minum untuk Sekala saat waktu break tiba, kemesraannya sangat terlihat jelas, hingga mengundang beberapa riuhan teriak dari penonton yang melihatnya.

"Na, mau keluar aja?"
"Tapi gua pengen liat Raiden, iiii ganteng banget tauu." Ucap Zee kembali mengalihkan pandanganya kebawah lapangan. Dimana ada Raiden dan Sekala yang sedang bermain basket melawan kelas sebelah.

Pesona wajahnya yang tampan, Raiden dan Sekala kerap menjadi bahan obrolan para ciwi-ciwi disekolah ini. Tak cuma anak seangkatan, bahkan kakak kelas pun ikut tenggelam dalam gosipan Raiden dan Sekala.

Raiden Anggara, adalah anak dari konglomerat terkenal dijakarta. Orang tuanya salah satu dari 5 orang terkaya di Indonesia, siapa yang tidak mau berpasangan dengannya coba?

Dan tanpa mereka ketahui, bahwa Sekala adalah mantan dari salah satu siswa favorit juga disekolahnya sekarang.

Nabastala Kirana.

Kedatangannya saat pertama kali, sudah mampu membuat seisi sekolah geger. Bagaimana tidak, saat dirinya dihukum karena lupa membawa tas karung saat MOS. Ia dihukum bernyanyi didepan para siswa, dan nyanyiannya berhasil membungkam seluruh suara dan mata.

Pesona cantiknya menjadi pelengkap suaranya yang merdua bagai kicau burung kenari.

Kirana keluar dari aula dan meninggalkan perlombaan yang sedang berlangsung. Toilet menjadi tujuannya saat ini, lagi-lagi rinai air mata selalu jatuh bahkan saat ia tidak menginginkannya jatuh.

"Lu harus jadi bumi, Na."

Suara yang muncul saat Kirana melangkah keluar pintu toilet, suara yang sudah mulai tidak asing ditelinganya.

Angkasa.

Lagi-lagi lelaki itu menemukannya dalam keadaan yang buruk, bahkan saat ia tidak menginginkannya terjadi. Kirana tidak ingin dirinya terlihat begitu lemah dihadapan orang lain, tapi kenyataannya dia tidak terlalu kuat untuk melakukan itu.

"Kenapa harus bumi?" Tanya Kirana.

Angkasa melangkah menuju kursi taman didekat toilet, menyandarkan tubuhnya dan menaikan satu kakinya.

Angkasa menghembuskan nafas berat.

"karena bumi itu kuat, walaupun berkali-kali ia diserang oleh hujan yang terus menjatuhinya."

"Tapi nyatanya gua gabisa jadi bumi, Sa." Kirana masih dengan posisi yang sama, berdiri terpaku dibelakang Angkasa.

"Tapi lu bisa jadi lautan, yang mendekap segala hal yang buat lu jatuh lalu menenggelamkannya."

"Gua gabisa, Sa. Gua terlalu lemah untuk menjadi insan yang terarah." Ucap Kirana, menurunkan badannya duduk diteras dekat taman.

"Lu hanya perlu pegangan, Na. Yang bisa bikin lu kembali berjalan, menyusuri lorong kehidupan bersama."

 Senja Untuk KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang