" Saat kamu menyembunyikan kekuranganmu pada pasanganmu. Saat itulah kamu telah gagal membuatnya menerimamu."
Hari-hari yang menegangkan akhirnya tiba, para siswa dan siswi mondar-mandir tak karuan. Termasuk Kirana yang sedari tadi sangat terlihat jelas wajah pucat dan bimbangnya. Bagaimana tidak? Ia khawatir dengan hasil yang akan dia dapatkan satu semester ini.
Semester yang melelahkan untuk Kirana, karena ia harus terus - menerus merasakan rasa sakit, bahkan dari insan yang pernah selalu membuatnya bahagia.
Sekala Bimantara.
Semua itu berdampak pada pola belajar Kirana, ia tidak mengharap lebih dari satu semester yang telah ia lalui ini. Kirana hanya bisa berdoa, semoga Dewi Fortuna sedang berpihak padanya.
"Na, lu khawatir banget keliatannya. Napa si? Tenang aja kali, lu kan pinter pasti lu dapetlah." Ucap Zee risih melihat Kirana sedari tadi mondar-mandir dan khawatir tidak karuan.
"Gua takut Zee, tau sendirikan mamah gua kayak gmna."
"I-iyah si, eh lu kalo ada apa-apa bilang ya ke gua."
"Heum.." Kirana hanya berdehem dan melanjutkan rasa kekhawatirannya.
Satu persatu wali murid mulai berkeluaran, termasuk mamah Kirana yang terlihat berjalan kearahnya. Tak sedikit mata yang tertuju pada Soviet, aura kecantikannya memang bisa memabukkan para lelaki. Dan itu diturunkan pada Kirana anaknya, "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" pribahasa yang benar-benar cocok untuk Soviet dan Kirana.
"Naik ke mobil." Ucap Soviet tegas, lugas, singkat. Mengundang mata-mata para siswa dan wali lainnya sekelibat memperhatikannya.
Kirana mengikuti langkah Soviet berjalan cepat dihadapannya, rasa takut dan firasat buruk terus menghantui. Soviet masuk kedalam mobil , menutup pintu mobil dengan keras. Membuat tubuh Kirana bergetar, tubuhnya telah dipenuhi oleh cucuran keringat ketakutan.
"Sini kamu!" Soviet menyeret Kirana menuju halaman belakang rumah, ada kubangan bekas dipenuhi air kotor disana.
Byurrr
Soviet mendorong tubuh Kirana jatuh kedalam kubangan itu, tubuh dan pakaiannya basah dan dipenuhi tanah yang sudah menyatu dengan air.
"Liat! Liat sama mata kepala kamu!"
Soviet menunjukkan hasil raport semester ini, tertulis peringkat 5 dibarisan paling bawah dalam kertas tersebut.
"Mau jadi apa kamu? Mau jadii orang yang bodoh? Lebih baik mati! Gua ga sudi punya anak bodoh kayak lu."
Soviet pergi meninggalkan kirana yang masih terdiam mematung didalam kubangan, tubuhnya sudah tidak terlihat lagi, Soviet sudah sepenuhnya menghilang.
"Non, mari saya bantu naik." Ucap bi Ami menghampiri Kirana dan membantunya naik kepermukaan.
"Makasih ya bi." Ucap Kirana, menahan isakan tangis yang sedari tadi ia sembunyikan.
"Non bersih-bersih dulu, kalo takut masuk ke dalam, non bisa bersih-bersih ditempat bibi."
"Tapi baju saya diatas semua bi."
"Biar saya ambilkan non, mari saya antar non bersih-bersih dulu."
Tidak ada penolakan setelah itu.
"Makasih ya bi."
"Nggeh, sama-sama non."
Usai membersihkan tubuhnya, Kirana beranjak mengambil handphonenya didalam tas, beruntung ia sempat melempar tasnya agar tidak ikut menyebur bersamanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Untuk Kirana
Novela JuvenilNEW UPDATE ( Cerita ini insyaallah aku update setiap hari ^^ ) Halo, kembali lagi sama aku MasTirexx^^. Ini cerita baruku, semoga kalian suka ya^^. Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca. Prolog; Nabastala Kirana, seorang wanita cantik yang me...