Bab 4

18 5 0
                                    

" Terkadang sesuatu yang paling berharga buat kita, bisa hilang. Saat kita terlalu mencintainya."

Sekala menyodorkan minuman dingin pada Kirana, nafas Kirana terdengar terengah-engah. Setelah sepanjang jalan tadi, mereka menyusuri kota jakarta dengan berlari-lari.

Hari ini entah mengapa tiba-tiba Sekala mengajaknya berolahraga, Kirana merasa tumbenan saat Sekala mengajaknya.

"Tiba-tiba banget ngajak olahraga? Ada apa?"

"Gapapa, biar sehat aja. Sekalian pengen liat senja didekat Monas." Ucapnya sambil membenahi tali sepatu Kirana yang copot.

"Suka banget sama senja."

"Indah si, candu." Jawabnya segera menarik Kirana untuk berangkat.

"Naik motor? Katanya mau olahraga?"

"Dari sini ke Monas jaraknya 120 km, Na. Mau lari sejauh itu?"

"Kan kalo cape digendong kamu." Ucap Kirana cengengesan.

"Udah meninggoy duluan kayaknya."

"Jangan dong, kan udah janji gabakal ninggalin, selamanya bersama." Ucap Kirana, diakhiri dengan kecupan manis dipipi Sekala.

Sekala hanya bisa mematung kan dirinya, membulatkan matanya lebar-lebar. Kirana terlalu candu dan menggemaskan baginya.

"Ngapain berdiri disitu, ayo! Katanya mau olahraga hih." Teriak Kirana yang telah lebih dulu berdiri dipinggir motor.

"Na, Kirana!!" Teriak Sekala, karena suaranya terbawa hempasan angin.

"Iyaaa huniii ada apaa??" Balas Kirana teriak pula.

"Ko huniii? Hunii siapaaa?? Selingkuhanmu ya?"

"Ihh nggakk! Salah paham!".

Dan akhirnya mereka saling beradu vokal disepanjang jalan.

Kirana tiba-tiba memegang bahu Sekala, tubuhnya menjulang keatas langit membiarkan pijakan motor Sekala untuk membuatnya berdiri.

"Na, ngapain? Awas jatuh." Teriak Sekala saat tahu Kirana merubah posisi duduknya.

"Aku mau teriak teriakk." Ucap Kirana.

"Ngapain..?"

"Biar semua orang dijakarta tau, kalo Sekala itu milik Kirana." Ucapnya.

Sekala tersenyum manis, membiarkan tubuhnya menjadi pegangan Kirana agar tidak jatuh.

"Aaaaaaaaaaaaa, halo jakartaaaaa, kenalinnn aku NABASTALA KIRANA pacarnya SEKALA BIMANTARA." Teriaknya, ia tidak merasa malu meskipun teriakannya mengundang banyak mata yang akhirnya tertuju padanya dan Sekala.

" Teriaknya, ia tidak merasa malu meskipun teriakannya mengundang banyak mata yang akhirnya tertuju padanya dan Sekala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekala hanya tertawa receh, sudah tidak mengerti lagi sama tingkah anak satu ini.

Senja mulai meninggalkan warnanya, langit mulai beranjak menjadi gelap gulita. Bintang dan bulan mulai menunjukkan keberadaannya.

 Senja Untuk KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang