suka?

318 65 10
                                    

seperti biasa,
warning: harsh words, typo

***

Lima belas menit kemudian dihabiskan Hazmi bercerita pada Raihan panjang lebar soal pertemuan-pertemuan kecil dirinya dan Kiran. Dimulai dari pertemuan tidak sengaja mereka saat Hazmi mencari kado Ais, hingga pertemuan terakhir mereka di bianglala saat Kiran mengungkapkan perasaannya.

Beragam reaksi ditampilkan Raihan. Dari kaget, bingung, penasaran, tertawa hingga sendu. Semua tersaji tanpa ada satu suara yang keluar dari lisannya, sesuai perjanjian mereka berdua sebelum Hazmi bercerita.

"-jadi gitu ceritanya Han." ucap Hazmi mengakhiri ceritanya. Raihan mengerjap, berusaha memproses informasi yang ia diterimanya.

"Jadi kesimpulannya lo deket sama Kiran akhir-akhir semester 1 kemaren dan sering ketemu pas disekolah diem-diem?" Hazmi mengangguk.

Raihan menganga, "dan lo bilang Kiran, Dutanya Neo, Putri Kartini tahun ini, Si Ranking 3 paralel IPA, the one and only Kirana Ayu suka sama lo dan nembak lo waktu di Taman Fantasi? Demi apa?"

Hazmi mengangguk lagi. Raihan bertepuk tangan heboh. "Orgiiiil orgiiiil ini breaking news paling breaking yang gue denger selain Kiran sama Sabda. Wah kaget banget sih gue kacau kacauu."

"Lo kenapa sih kayak gini enggak diceritain anjriiiit? Siapa yang bakal nyangka coba Kiran sukanya sama lo?!" seru Raihan pada Hazmi.

Hazmi menggeleng, "enggaklah. Gue enggak setega itu ke Kiran dan cerita kemana-mana. Kiran aja ngasih taunya rnggak sengaja ke gue, masa gue pamer dan bikin Kiran malu? Enggak, udah cukup dia sampe enggak mau ketemu gue Han, jangan bikin makin kecewa."

Raihan terdiam dan mengangguk. Lalu ia menatap Hazmi, "terus hubungan lo sama Kiran gimana?"

Hazmi menghela nafas, "ya menjauh secara baik-baik. Kata Kiran dia enggak bisa tetep temenan kayak biasa kalo dia masih ada perasaan dan gue juga kayak mikir canggung aja karena pasti bakal inget soal confession itu," Hazmi lalu menatap Raihan serius, "Tapi ya Han gue bingung, secepat itukah cewek move on dari perasaannya ke seseorang?" lanjutnya.

Raihan mengedikkan bahunya, "tergantung? Lo tau, gue juga struggling soal move on kan." Hazmi tertawa kecil dan mengangguk.

"Sebenernya gue baru sadar kalo gue salah milih temen curhat soalnya dapet apa gue dari cowok belom move on kayak lo?"

Dengan penuh emosi, Raihan meninju lengan Hazmi membuat cowok itu meringis nyeri. "Emang bangke lu ye, enggak bisa banget dibaikin dikit ujungnya ngeledek."

Hazmi terkekeh, "gue cuma mengungkapkan fakta padahal."

"Diem deh lu babi, mending lo cerita ini lo kenapa setelah itu gusar terus sejak....Kiran sama lo menjauh?" tanya Raihan pada Hazmi.

Hazmi, sebagai yang ditanya hanya menghela nafas dengan raut kusut setelah mengacak rambutnya frustasi.

"Itulah yang jadi pertanyaan gue sekarang. Kenapa gue sebel ya Kiran menjauh? Kenapa gue marah pas sadar Kiran udah move on? Dan kenapa gue merasa sebel dan emosi tiap gue liat Kiran sama Sabda barengan?"

Raihan menatap Hazmi, "termasuk tadi?"

Hazmi menjawab dengan anggukan. "Iya, tapi lebih ke marah dan kecewa karena gue sadar Kiran udah ngajak Sabda ke hal-hal kecil yang gue lakuin sama Kiran. Mulai dari liat anak kucing, ngobrol di halaman belakang sampe dia bisa mampir ke pantinya Kiran. Gue bukan enggak seneng tapi apa ya.... enggak tau kenapa gue ngerasa kayak terusik dan-ARGH GATAU POKOKNTA GUE MARAH GIMANA SIH?!"

Emosi itu keluar lagi ketika Hazmi mengingat semua perasaan marah, kecewa, sedih, dan terganggunya yang ia tahan beberapa bulan ini. Raihan yang mendengar itu hanya melihat Hazmi dengan pandangan menilai tanpa berkomentar apapun.

Setelah Hazmi selesai dengan emosinya, Raihan menyerahkan gelas air minum yang sejak awal berada di hadapan mereka. "Minum dulu," ucap Raihan pada Hazmi. Cowok itu menerima gelasnya dan segera meminum air tersebut cepat seperti sedang meredakan api yang membara dalam dirinya.

"Tapi ya emang sih gue juga kalo ditembak tiba-tiba sama cewek dengan spek macam Kiran, kepikiran ya sampe mampus. Persis lo gini lah," ucap Raihan yang direspon tepukan tangan Hazmi.

"Yakaan? wajar kan gue kepikiran abis dia tembak tiba-tiba?" seru Hazmi meminta validasi Raihan.

Raihan mengangguk, "iya kepikiran. Soalnya kok bisa cowok spek macam lo disukain sama cewek macam Kiran. Sok-sok an nolak pula, ujungnya sebel liat Kiran move on. Aneh banget sumpah, labil banget kayak apaan."

Hazmi mendengus sambil menabok punggung tangan Raihan, "Lo ngatain mulu anjing. Bukannya ngebantu gue kenapa."

"emang tingkah lo pantes buat dikatain." mendengar ucapan tersebut, Hazmi langsung merengut sehingga refleks Raihan tertawa.

Setelah meredakan tawanya, Raihan menatap Hazmi serius dan menghela nafas, "Mi, lo suka ya sama Kiran?"

Pertanyaan itu membuat Hazmi yang awalnya bermain dengan gelas ditangannya, terdiam. Dengan perlahan, Hazmi mengangkat wajahnya menatap Raihan bingung, "gimana?" tanya Hazmi.

Raihan menghela nafas, "lo," Raihan menunjuk Hazmi, "suka sama Kiran. Enggak terbantahkan."

Hazmi yang mendengar ucapan Raihan terperangah, "lo...kenapa bisa nyimpulin begitu anjrit? Gue- gue gimana bisa gue suka sama Kiran?"

"Hazmi, kalo berdasarkan cerita semua perasaan itu tanda orang cemburu. Lo kecewa Kiran berusaha move on, lo terganggu Kiran deket sama Sabda, dan lo marah luar biasa karena hal-hal yang selama ini Kiran lakuin bareng lo ternyata dilakukan juga sama Kiran bareng Sabda. Semua perasaan itu cuma satu kesimpulannya, lo cemburu."

Hazmi mengerutkan dahinya. Masih berusaha memproses penjelasan yang diberikan Raihan.

"Gini deh gue tanya, lo seneng waktu bareng sama Kiran?" Hazmi mengangguk.

"Lo ikutan sedih enggak waktu Kiran sedih pas dia nangis stres?"

"Eum bukan sedih sih, lebih kayak gue ikutan sakit liat dia stres soal tekanan olimpiade."jawab Hazmi.

Raihan mengangguk, "okelah lo berarti simpati ya sama apa yang dirasain sama dia?" Hazmi mengangguk lagi.

"Hadiah yang lo kasih, lo pengen Kiran enggak sedih lagi atau gimana?"

"Gue pengen Kiran enggak sedih lagi dan jadi semangat pas persiapan lombanya." Raihan mengangguk mendnegar penjelasan Hazmi.

"Lo pengen liat dia seneng terus?" Hazmi mengangguk.

"Dan lo seneng liat dia seneng?" Hazmi mengangguk lagi.

"Nah yaudah, itu udah sangat amat jelas. Sesimpel lo simpati waktu dia sedih, lo seneng pas dia seneng, lo menghibur dia supaya enggak sedih lagi, lo seneng ngehabisin waktu sama dia tuh udah jadi alasan yang sangat cukup buat nyimpulin kalo lo suka sama Kiran."

Hazmi menatap Raihan sangsi, "bukannya itu normal dalam hubungan pertemanan?"

Raihan mengangguk, "ya normal tapi ketika lo tiba-tiba marah dia menghabiskan waktu sama temen cowoknya, kecewa waktu dia menjauh ya lo harus pikir-pikir lagi perasaan lo buat Kiran masih murni karena temen atau udah berubah jadi suka atau malah obsesi? Gue enggak tau, lo yang paham soal isi hati lo."

Hazmi terdiam memikirkan ucapan Raihan. Ia kembali menatap sahabatnya itu, "kenapa ada obsesi?"

Raihan memegang bahu kanan Hazmi, "ya lo musti tau bedanya suka sama obsesi. Perasaan cemburu lo itu mirip perasaan terganggu kalo milik lo diambil orang. Lo musti hentiin perasaan itu. Plis lo bukan siapa-siapa, kenapa lo marah dia sama temennya yang lain? Kalau suka yang beneran suka harusnya lo enggak marah apalagi berlaku kasar sih ke dia."

Raihan kemudian menatap Hazmi serius, "sekarang jelasin ke gue kenapa Kiran pulang dengan bete dan kenapa lo berantem sama Nopal kemaren? Gue punya feeling ini ada hubungannya sama perasaan lo ini ya?"

-bersambung

tiba-tiba pengen beresin cerita ini sebelum agustus kelar deh hmmmm

FlippedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang