#1.3 end of the day

539 56 13
                                    

chapter ini juga panjang. bacanya pas free yah hehe. seperti biasa,
warning: typo, pda

***

Mata Kiran bergerak aktif menatap deretan foto di dinding kamar Hazmi. Mulai dari Hazmi bayi, balita, pakai seragam SD, bersama dua adiknya, foto keluarga, foto dengan kuartet, hingga foto dengan medali silat dan futsal. Semua foto tersebut terpasang apik, membuat Kiran seakan-akan turut serta menyaksikan pertumbuhan Hazmi lewat foto-foto tesebut.

"Wah ternyata kamu kenal anak-anak kuartet dari kecil ya. Apalagi Nopal, ini pas kapan coba?"

Kiran menunjuk salah satu foto dimana Hazmi dan Naufal kecil yang sedang berangkulan dengan baju koko. Hazmi yang baru kembali dari kamar mandi melihat foto itu, "ohh itu pas masih tk apa sd kelas 1 gitu. Abis ngaji, pas itu baru lulus iqro jadi difoto deh sama Bunda. Buat dokumentasi katanya," jelas Hazmi.

Kiran mengangguk, matany bergerak lagi menyusuri foto yang terpasang. "Kamu silat udah tinggi kenapa berenti deh?"tanya Kiran penasaran. Tatapannya terpusat pada foto Hazmi yang sedang memegang medali.

"Bosen. Sebenernya aku udah masuk atlet provinsi dan dikirim biat POR cuma kalah terus kayak bosen, akhirnya berenti." jelas Hazmi.

"Ih sayang banget, kalo diseriusin bisa jadi atlet nasional." ujar Kiran sendu.

Hazmi terkekeh ia kemudian duduk di sofa kamar lalu menepuk posisi disebelahnya, member kode pada Kiran untuk duduk. "Sini, Na duduk."

Kiran menurut dan segera duduk disebelah Hazmi. Secara reflek, tangannya bergerak mengambil alih handuk di kepala Hazmi dan bergerak mengeringkannya. Hazmi kemudian menyamankan posisinya dengan bersandar sehingga Kiran tidak kesulitan melakukan kegiatannya.

"Eh kamu belum jawab, enggak sayangkah padahal bisa jadi atlet nasional?" Kiran mengulang pertanyannya.

Hazmi tersenyum, "iya bener. Sempet ditawarin emang buat ikut seleksi atlet nasional cuma aku beneran udah bosen. Lagian cita-cita aku bukan jadi atlet dan silat tuh awalnya buat pertahanan diri aja. Pas bosen, yaudah berenti."

Kiran mengangguk, "iya sih kalo bukan passion dipaksa juga enggak enak,"Lalu Kiran menatap Hazmi antusias, "terus cita-cita kamu apa?"

Hazmi tersenyum tipis, "udah Na, rambut aku udah kering." Hazmi mengambil alih handuk dari tangan kiran. Cowok itu kemudian keluar kamar untuk menjemur handuknya kemudian kembali dan duduk di posisi semula.

"Jangan kamu terus yang tanya, gantian aku dong. Lagian kata kamu kencan kita harusnya buat saling mengenal, hari ini kamu kenal aku doang tapi akunya enggak." kata Hazmi lembuat membuat Kiran tersenyum.

"Hahah iya yah, sampe lupa kencan kita ada misinya," ujar Kiran diantara tawanya. Hazmi mengangguk serius.

"Tadinya tuh aku berencana ngajak kamu ke Museum seni terus ikut kelas keramik gitu, terakhirnya kita duduk-duduk di taman buat ngobrol sambil nunggu buat nonton teater gitu tapi jadinya batal. Cuma agenda ngobrolnya enggak apa-apa kita pindah disini ya?" ucap Hazmi menjelaskan rencana awalnya.

Kiran yang mendengar itu tersenyum dan mengangguk, "yep. Sebenernya ya Mi, bukan rencama kegiatannya yang aku cari tapi waktu bisa ngobrol sama kamu kayak sekarang. Lagian jalantuh bisa diatur kapan aja kan."

Hazmi tersenyum mendengar ucapan Kiran, badannya kemudian berputar menghadap Kiran lalu kedua tangannya meraih tangan Kiran untuk digenggam. "Oke, aku mau tanya deh, gimana perasaan kamu tiba-tiba dibawah ke rumah aku dan ketemu adik-adik aku?"

Kiran tersenyum lebar, "serius tadinya aku tuh grogi paraaaah. Terus kepikiran yaudahlah batalin aja plan kita hari ini tapi terus aku mikir, kamu pernah ketemu keluarga aku walaupun sekilas. Mereka udah tau kamu pacar aku, tapi aku sama sekali belum pernah ketemu keluarga kamu so yeah akhirnya aku nekat iyain tawaran kamu. Turns out malah seru hehe ikutan ngobrol, bikin kerajinan tugas Bani, main sama mereka. Enggak seberat yang aku bayangin di awal ternyata."

FlippedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang