Third-Person POV
Freen tidak membiarkan Becca pulang ke rumahnya, dia masih khawatir jika Mike yang terobsesi dengan temannya ini akan melakukan hal yang tidak diinginkan, dan juga Becca takut dengan petir yang bersahutan.
Freen melihat Becca yang tertidur lelap di sampingnya. Freen memperhatikan satu per satu paras indah itu, dia sangat suka dengan wajah Becca yang sudah bersih dari make up, selain itu mata dan hidungnya sedikit sembab karena tangisan sebelumnya. Mata Freen melekat pada bibir merah muda, dia mengingat kejadian di sofa beberapa waktu lalu.
Freen menyadari bahwa hatinya selalu lembut pada Becca, dia tidak pernah merasa takut dengan kasih sayang yang diberikan Becca, berbeda dengan wanita lain, Freen tidak mempercayai sedikit pun wanita lain di luar sana. Becca selalu hadir di hidup Freen, selalu ada untuknya, bersamanya setiap waktu, memberikan Freen pelukan setiap saat, kehangatan dan rasa cinta yang Becca pancarkan sebenarnya selalu dia rasakan, tetapi dia berpikir hanya sebatas sahabat saja. Dia juga masih meragukan apa arti ciuman yang mereka lakukan tadi, karena status Becca yang straight dan emosi Becca yang tampaknya tidak stabil, bisa jadi apa yang dilakukan oleh Becca hanyalah sebatas ciuman tanpa arti.
Memikirkan itu, hati Freen menjadi sakit, bolehkah aku berharap Becca akan mencintaiku sebagai perempuan suatu hari nanti? Freen sadar, dia tak pernah menanyakan apa arti kata Aku mencintai mu yang di katakan Becca berulang kali, sekarang dia merasa penasaran dengan perasaan Becca yang sebenarnya, walaupun dia tidak terlalu berharap akan lebih, karena pikirannya belum berubah tentang Becca, Becca straight.
Freen menghela napas, dan mencoba untuk tidak terlalu memikirkan hal itu. Lalu pandangan Freen melihat ponsel Becca. Ada ide yang terlintas dalam pikirannya.
Freen meraih ponsel Becca yang berada di atas meja di samping kasurnya. Dia mengetahui kata sandi Becca, dan mulai melihat pesan antara Becca dan Mike. Di sana, Freen menyadari bahwa Becca tidak melayani satu pun pesan Mike setelah dia mengatakan putus sekitar lima belas hari yang lalu. Dari pesan yang Mike kirim, isinya berupa perasaan Mike yang masih menginginkan Becca, rasa bersalah, meminta kesempatan, dan ancaman jika Becca tidak menuruti pintanya.
Freen bisa memahami jika Mike terobsesi dengan Becca, karena selama ini Freen juga melihat Becca sebagai sosok yang luar biasa dan sangat cantik. Namun, apa yang dilakukan oleh Mike tetap sebuah kejahatan, menganggu ketenangan orang lain khususnya Becca adalah kesalahan besar bagi Freen.
Sekarang hampir tengah malam, Freen perlahan turun dari kasur dan keluar kamar. Tangannya masih mengenggam ponsel milik Becca. Setelah agak jauh dari keberadaan Becca, Freen menghubungi lelaki brengsek itu.
Calling Mike
"Becca!" Mike mengangkat panggilan itu sangat cepat, suaranya sangat terdengar senang dan antusias, tampaknya dia sungguh tergila-gila dengan Becca.
"Aku pikir kamu sudah mengerti Mike." Freen berkata dengan suara yang mengintimidasi, dia sudah tak mau berurusan dengan lelaki ini, tak ingin membuang waktu dengan bukti apa pun yang Mike minta.
"......" Mike terdiam, sepertinya dia menyadari pesan tersirat dari perkataan itu. Yaitu, Freen menggunakan nomor Becca untuk menghubunginya di malam hari, bukankah manusia normal akan berpikir bahwa mereka tidur bersama?
"Bicara, Brengsek!" Freen berbicara tidak terlalu keras, tapi nadanya sangat tajam saat membentak lelaki penipu itu. Mike terdiam cukup lama, hal itu membuat kesabaran Freen habis.
"Aku tidak akan percaya itu," Nada Mike sepertinya ingin berkata lebih banyak lagi, "Kami baru saja putus, dan kamu mengaku-ngaku sebagai pacarnya. Itu tidak mungkin." Mike menggunakan logikanya kali ini, keraguan Mike ada benarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GL - Warm Heart - Freenbecky
FanfictionFreen tidak ingin menjalin hubungan baru, setelah depresi yang dialaminya. Becca menganggap Freen memiliki alergi cinta, dan Becca takut mengungkapkan rasa cintanya kepada Freen, ingatannya selalu tertuju pada kejadian yang menimpa Freen beberapa wa...