EPILOGUE

4.6K 304 53
                                    

Jika kamu berjalan dengan orang yang tepat, duniamu akan terasa ringan dan menyenangkan. Walaupun jutaan masalah yang menghadang, jika cinta yang kamu miliki itu tulus, masalah apa pun itu hanyalah ribuan butiran krikil kecil yang memang hadir untuk kamu langkahi dan lalui bersama.

Cinta sejati umumnya jarang di rasakan setiap manusia, kadang ada yang terombang-ambing dengan berbagai cerita kehidupan, dan merasa lelah melawan ombak. Becca selama ini menyelam di kehidupan banyak orang, walaupun dia tau ke mana hatinya ingin tinggal. Dia berusaha untuk berlayar, padahal dia tau di mana 'tempat' yang ingin dia tinggali untuk selamanya.

Selama ini dia berpikir tempat itu tidak pernah terbuka untuknya, padahal dia tidak menyadari bahwa dialah yang mempunyai rumah itu dari awal, dia yang mempunyai kunci untuk membuka pintu, dan kewajibannya hanyalah menekan lampu agar rumah itu tampak terang.

















Dalam kehidupan Becca, rumah itu adalah Freen.


















_____________










Puluhan orang camping bersama keluarga dan pasangan mereka, pemandangan tenda warna-warni memenuhi kaki gunung yang sepenuhnya hijau. Awan cirrus yang tak tampak itu mengelilingi gunung yang terbentang jauh dari mata memandang. Langit malam tampak cerah, bintang-bintang selalu hadir, ranting pohon menghalangi bulan menampilkan pesonanya.

Di setiap tenda ada lampu-lampu yang terang, memberikan kesan romantis bagi siapa pun yang melihatnya. Api unggun adalah peran utama di dunia pergunungan, banyak pengunjung membawa alat musik untuk bernyanyi bersama.

Freen dan Becca membentang alas yang cukup untuk mereka berdua, berbaring di pinggiran gunung yang sedikit miring, untuk menyaksikan betapa indahnya pemandangan semesta, bagi Freen lukisan yang sangat berharga adalah apa yang dia lihat sekarang. Freen selalu mengabdikan banyak momen jika camping seperti ini, di kamera ponselnya akan penuh dengan foto bintang, langit, bulan, gunung dan awan. Jika beruntung, Freen bisa memotret beberapa hewan lucu di sekitarnya.

Namun, Becca sedikit berbeda. Dia juga menyukai semua ini, semesta, tapi dia lebih menyukai Freen. Di setiap kesempatan, potret Freen adalah yang utama. Dia tak terlalu peduli dengan pelengkap isi semesta, yang dia inginkan adalah wanita cantik yang senyuman dan pelukannya bisa membuat hati Becca tenang dalam sekejap.

"Bec, lihat sini." Saat Becca melihat sumber suara itu, Freen sudah tersenyum dengan hasil foto yang dia ambil. Benar, Freen menambah Becca dalam lukisan terindah.

"Cantik." Freen tersenyum lagi saat melihat hasil jepretan itu. Becca memandangan senyuman itu sekali lagi, lalu dia berbisik, manis.

"Hm?" Freen tidak terlalu mendengar dengan jelas, alisnya terangkat meminta Becca untuk mengulang perkataannya lagi.

"Lapar." Becca mengalihkan pandangannya, wajahnya tersipu malu dengan apa yang dia katakan tadi, Freen tampaknya tidak mendengar ucapannya.

"Ini," Freen memberikan Becca roti isi cokelat, persediaan makanan Freen cukup untuk dua hari dan dua orang. Mereka merencanakan perjalanan ini cukup lama, satu bulan sebelumnya.

"Terima kasih." Becca memakannya, lalu dia berkata lagi, "Manis." Sekarang dengan suara yang lantang, Freen mendengarnya dengan jelas.

"Apakah itu rasa cokelat? Kamu mau rasa nanas, Bec?" Mendengar perkataan Freen dia hanya tertawa dan menggeleng, Becca cukup menikmati roti itu bersama angin malam.


















...........

















Banyak sekali suara orang yang berbicara, gunung tidak setenang itu. Ada kelompok yang bernyanyi dengan riang, dan bermain beberapa game yang menyenangkan. Ada juga yang berlakon dan bercerita tentang hantu. Tetapi, Becca dan Freen menikmati dunianya sendiri, bahu mereka saling berdekatan, duduk dengan tangan menopang badan. Bulan sabit itu tampak menjadi orang ke tiga dalam interaksi mereka berdua, Becca dan Freen tertawa satu sama lain, bercanda tentang apa pun itu. Mereka tampak senang.

"Freen," Becca menyebut nama Freen dengan nada yang sedikit serius. Tampaknya sesi canda sudah terlewati, kepala Freen dengan sigap mengalihkan pandangannya terpusat pada mata Becca.

Becca meraih pergelangan tangan Freen, dan menyentuh bekas luka itu. Dia sudah mempertimbangkannya tentang apa yang dia ingin katakan, baginya, tidak masalah untuk mengungkit masalah itu lagi.

"Aku kira ini semua karena Rane, aku merasa bersalah." Lagi, dia mengelus bekas luka itu.

Freen tersenyum, dan meraih tangan Becca dan saling mempertemukan telapak tangannya dengan Becca, lalu dia berkata, "Bec, ini hanyalah kebodohanku. Seharusnya aku lebih berani lagi, tidak pengecut."

Mendengar hal itu, Becca ingin menampik pikiran Freen. Namun, Freen masih ingin berkata.

"Mengenai Rane, rasa malu itu masih menghantuiku. Betapa malunya aku dengan penampilanku seperti dulu, memohon padanya untuk kembali. Padahal aku sudah dipermainkan oleh mereka." Freen tertawa saat menjelaskan semua ini, "Namun, saat aku bertemu dengannya bulan lalu, dia meminta maaf atas semua yang terjadi." Tidak sesingkat itu cerita Freen dan Rane bulan lalu, namun Freen merasa tidak ingin panjang lebar berbicara tentang mantannya itu. Dia tidak nyaman, takut pacarnya yang sekarang gusar.

"Dan setelah itu, tak ada satu pun mimpi buruk lagi yang menemaniku setiap malam." Freen melihat Becca dengan tatapan menggoda, "Sekarang ada wanita seksi yang selalu ada di sampingku, dan memenuhi mimpiku dengan kecantikannya."

Becca menajamkan alisnya, "Siapa?"

"Oh, kamu belum pernah menemuinya?"

"Pasti itu aku!"

"Kamu menganggap dirimu seksi, Bec?" Alis Freen berkerut, dia selalu menggoda Becca.

Becca menatap mata Freen, memperhatikan pupil Freen di bawah cahaya bulan. Saat tatapan itu terjaga, bibir Becca menaik sedikit sambil membuka satu kancing bajunya, saat itu juga pupil Freen membesar dan wajah Freen merah padam.

"Hahaha.." Becca tertawa melihat respon Freen yang selalu tergoda dengan tingkah Becca.

Freen merasa haus, dia langsung berdiri dan menarik tangan Becca untuk masuk ke tenda. Becca tersenyum dan merasa menang telah membangunkan birahi Freen. Tentu, di mana pun itu berada, jika bersama Freen dia tidak akan menolak.


















Tetapi, Freen menyesal melakukannya di tenda, karena Becca tidak bisa memelankan suaranya. Freen tidak akan pernah ke gunung ini lagi, untuk selamanya






























THE END










GL - Warm Heart - FreenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang