Keesokan harinya Hermione terbangun karena ada suara keributan di lantai bawah atau di ruang rekreasi. Dia memakai jubah, menuruni tangga, dan mendapati semua penghuni asrama ada disana.
"Ada apa ini?" Tanyanya pada Oliver Wood yang berada di dekatnya saat itu.
"Kau-tahu-siapa, dia sudah kembali."
"Apa buktinya?" Tanyanya lagi.
"Semalam ada Professor yang menemui salah seorang siswa yang memakai jubah asrama kita sedang berbicara di lorong. Ketika Professor itu semakin mendekatinya, ternyata dia memakai porseltongue dan kau tahu dia berbicara dengan siapa? Kau-tahu-siapa," Oliver menjelaskan.
"Lalu siapa siswa itu?" Tanya Hermione.
"Itu masih di rahasiakan, tapi setahu kita hanya Harry Potter yang bisa porseltongue, kan?"
"Tapi Harry semalam sama gua!" Kata Parvati Patil, "maksudku, dia membantuku untuk mengerjakan tugas dari Professor McGonagall," lanjutnya.
"Attention please!!" Teriak Professor McGonagall yang baru memasuki ruang rekreasi.
"Semuanya tolong segera ke aula utama, jangan sampai ada yang tidak kesana!" Setelah Professor McGonagall mengatakannya, tanpa terkecuali murid asrama Gryffindoor menuju aula utama, sampai Hermione menyadari sesuatu.
"Ginny, lo liat Stela gak?"
"Oiya dia kemana? Apa udah ke aula duluan?"
"Mungkin, kita kesana aja dulu siapa tahu dia udah disana. Dia kan lagi mabuk cinta sama Draco."
"Iya bener."
Sesampainya mereka di aula utama. Ternyata disana hanya ada murid asrama Gryffindoor. Tidak ada yang lain, kecuali para Professor, Hagrid, dan Mr. Filch.
"Malam ini kalian di kumpulkan disini hanya murid asrama Gryffindoor, karena ada hal penting yang ingin ku sampaikan," kata Professor Dumbledore.
"Ada seorang Professor - lebih tepatnya, Professor Quirinus menemukan salah satu dari kalian berbicara dengan penyihir hitam yang sering kita sebut Voldemort," katanya, seketika bulu kuduk semua yang mendengar nama itu merinding.
"Dan aku ingin memeriksa dari kalian semua, apa semuanya sudah ada disini?" Tanyanya, Hermione mengacungkan tangan.
"Ya, Miss Granger?"
"Stela, dia belum berada disini Professor," katanya.
Tok tok tok
Pintu aula utama terbuka, memperlihatkan seorang perempuan yang paling di tunggu-tunggu oleh Professor McGonagall dan Dumbledore.
"Ah, Ms. John silahkan bergabung," kata Professor Dumbledore.
"Argus!" Teriak Professor Dumbledore, memanggil Argus Filch yang membawa keranjang yang tertutup dengan kain hitam. Semuanya penasaran terutama Stela, dia merasakan akan ada hal yang akan membuatnya kesulitan.
"Semuanya tolong berbaris....Argus, silahkan dibuka!" Perintah Professor Dumbledore. Ketika kain hitam di buka, yang memperlihatkan seekor ular besar bermata merah delima. Dengan sangat pelan ular itu menghampiri seseorang, yang tak lain adalah Stela. Ular itu menunduk di hadapan Stela. Padma Patil yang berada di sebelah Stela berjingkat ketika melihatnya.
"Apollo," bisik Stela, yang masih bisa di dengar Professor McGonagall.
"Benar, Miss John. Tolong semuanya kembali ke asrama, jangan ada yang keluar sampai aku memperbolehkan! Kecuali kalian ber empat," Professor McGonagall menunjuk ke arah Stela, Harry, Ron, dan Hermione.
Setelah seluruh murid Gryffindoor meninggalkan aula utama yang kini hanya tersisa keheningan.
"Ms. Granger, apa yang bisa kau tangkap dari teka-teki yang ku buat," tanya Professor McGonagall, sementara Hermione masih mengingat-ingat.
"Aku sekarang mengerti Professor, sangat mengerti," Harry dan Ron hanya keheranan. Stela? Hanya terdiam.
"Ms. John, kau bisa jelaskan?" Ucap Professor Dumbledore.
"Jika itu yang Anda inginkan Professor, tapi jangan berharap banyak kepada saya," kata Stela.
"~," Stela mengucapkan kalimat menggunakan porseltongue atau bahasa ular. Ular yang tadi di bawa Mr. Filch mendatangi Stela dan seketika berubah wujud menjadi manusia. Wajahnya sangat mirip dengan Stela, tapi dia seorang laki-laki.
"Perkenalkan, Apollo. Apollo John Salazar Slytherin, he's my twin brother. Seperti yang kalian tahu, aku dan dia adalah keturunan Salazar Slytherin yang ke tujuh puluh. Karena kami kembar, jadi kami mewarisi setengah kekuatan dari leluhur kami. Dan sepertinya cukup untuk hari ini," kata Stela, seketika itu juga dia dan Apollo menghilang dalam sekejap.
"Apa maksudnya tadi? Jadi selama ini kami berteman dengan saudara Voldemort," kata Ron, seketika merinding karena dia telah menyebut nama yang seharusnya tidak dia sebut.
"Professor, jika dia keturunan Slytherin. Seharusnya dia membunuhku bukan?" Tanya Hermione, bodoh memang menanyakan kenapa dirinya tidak di bunuh, tapi memang itu kan yang seharusnya dilakukan oleh seorang Slytherin, menuntaskan tugas yang di mulai oleh Salazar.
"She's different Miss Granger, kau lihat dari tatapannya tadi sangat menyejukkan bedakan saja dengan tatapan Apollo yang sangat tajam. Itulah perbedaan dari mereka berdua, Apollo cenderung pemarah dan mudah di hasut Miss Granger. Sedangkan Stela, dia kukuh dengan pendiriannya. Ku harap dia tidak akan meneruskan tugas dari Salazar, seperti orang tuanya Joanne yang jelas menentang keras akan perbedaan pureblood dan muggleborn," kata Professor McGonagall.
"Minerva, itu karena Joanne tidak mewarisi sifat turun-temurun dari Salazar Slytherin, tapi dua anak tadi punya. Kita harus berhati-hati mungkin suatu saat Stela dan Apollo bertindak," Professor Dumbledore membenarkan.
"Harry, ini tantangan terberat untukmu. Karena jika sampai Stela bertindak, kau harus bisa melawannya sebagai musuh ataupun teman," kata Professor Dumbledore.
"Untuk saat ini tidak ada yang perlu tau tentang identitas Stela, bahkan Professor yang lain tidak tahu," Professor McGonagall mengingatkan.
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Dracosta ➤ Draco Malfoy
Fiksi PenggemarStela J. S. Slytherin adalah keturunan dari penyihir pendiri Hogwarts, Salazar Slytherin. Dia memasuki Hogwarts seperti penyihir pada umumnya. Di tahun ketiganya bersekolah di Hogwarts, mulailah tugas yang sudah di bebankan kepadanya harus segera d...