FREEN
Aku sedang mengeringkan rambutku dengan hairdryer saat kulihat layar ponselku menyala dan nama Becky muncul. aku mendengus kesal. Bukan karena aku tidak suka Becky menelponku, malah seharian ini aku berusaha menelponnya puluhan kali hanya karena aku merasa sangat khawatir dia tidak membalas pesanku sejak dia berada di kelas. Aku bahkan tidak bisa konsentrasi dengan acara pameran yang sudah disiapkan tim dari lama. Sangat tidak profesional untuk seorang ketua bukan?
Sampai akhirnya Richie memberitahuku Becky sudah pulang kerumahnya makan malam bersama teman lamanya. Maksudku apa susahnya memberitahuku dia tidak bisa datang karena akan bertemu dengan temannya itu? ya aku tau aku tidaklah lebih penting dari pada temannya itu dan aku juga baru kenal dengan Becky beberapa minggu ini tapi kukira kami sudah cukup dekat untukku tahu dimana keberadaannya apalagi dia sudah berjanji akan datang diacara yang penting bagiku ini.
Sekali lagi aku tahu Becky tidak memiliki kewajiban untuk itu, hanya saja rasanya sangat sakit saat aku tahu aku tidaklah begitu penting baginya. Ah aku benci saat aku sudah seperti ini kepada seseorang. Rasanya sangat bergantung dengan kehadirannya.
Aku masih mempertimbangkan untuk mengangkat teleponnya atau tidak karena aku tidak tahu bisa mengontrol emosiku. Becky mengirimkan pesan padaku. Meminta maaf dan memintaku untuk mengangkat teleponnya.
BB : Please angkat teleponku P'Freen.
BB : Aku sungguh minta maaf.
BB : Maafkan aku P'freen, tolong angkat teleponku.
BB : Jika tidak diangkat aku akan pergi kerumahmu sekarang.
Aku berdecak, gadis yang bahkan belum bisa menyetir sendiri itu mengancamku. Tapi aku sungguh tidak ingin berbicara dengannya saat ini meski aku tahu dia tidaklah salah. Lalu aku memutuskan untuk mensilent ponselku seperti yang ia lakukan hari ini. Menggunakan skincare ku lalu menyalakan musik lo-fi , mematikan lampu, dan menyalakan lampu tidur. Aku sangat lelah, energiku terkuras habis dan besok aku masih harus mengurus pameran hari kedua. Memeriksa jualananku. Juga Skripsiku. Begitu banyak yang harus kupikirkan, tetapi kepalaku hanya penuh dengan Rebecca Patricia Armstrong.
Entah sejak kapan aku tertidur dan kini aku merasa seseorang menepuk pundakku berkali-kali. Sungguh aku hanya ingin tidur.
"P'Freen"
"P'Freen kha."
"P'Freen tolong bangun sebentar.."
Becky kenapa kamu benar-benar datang, aku ingin sekali bangun dan berbicara padanya tetapi ternyata egoku masih begitu besar untuk itu.
Merasa tidak kurespon Becky berbaring disampingku dan memelukku dari belakang. Ia melingkarkan tangan dan kakinya ditubuhku.
"P'freen aku tau kamu sudah bangun. P'freen maafkan aku, tolong berbicaralah padaku.", ucapnya dengan suara kecil di telingaku.
"P'freen tolong jangan mengabaikanku. P'freen..", ujarnya lagi mengeratkan pelukannya.
"Kalau P'freen tidak mau berbicara tolong dengarkan aku saja kalau begitu. P'Freen aku benar-benar minta maaf karena tidak mengabarimu, lalu aku tidak hadir dipameran padahal aku sudah berjanji, aku membuatmu cemas, aku pasti sangat menyakiti P'freen. Aku salah P'freen. Aku minta maaf, tolong jangan benci aku P'freen. P'freen aku minta maaf..", isaknya membuatku terkejut.
Becky menangis sesenggukan di antara leher dan bahuku. Air matanya membasahi leher dan pakaianku. Aku mengusap kepalanya pelan. Membiarkan dia menangis. Merasakan aku membelai kepalanya, Becky semakin memelukku dan meletakkan wajahnya di ceruk leherku sehingga tidak ada lagi jarak diantara kami sekarang.
"P'freen.. aku berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi.. P'freen sangat penting bagiku. P'freen orang yang sangat penting bagiku. Aku minta maaf P'freen.", ujarnya masih menangis di ceruk leherku.
"P'Freen kecewa Bec.. jika P'freen begitu penting kenapa Becky sampai lupa? Becky juga tidak mengabari P'freen sama sekali. P'Freen menunggu kabar Becky seharian. P'freen cemas sekali. P'freen tidak menuntut Becky untuk selalu mengabari P'freen hanya saja P'freen berharap paling tidak Becky memberitahu P'freen jika Becky tidak bisa datang karena menemui seseorang. P'freen pasti mengerti. P'freen juga tidak akan melarang Becky untuk bertemu dengannya. P'freen tahu P'freen orang baru dikehidupan Becky, P'freen juga bukan orang yang begitu penting tapi P'freen tidak bisa untuk tidak merasakan kecewa saat Becky melupakan janji Becky ke P'freen. ", ucapku padanya.
Becky mengangkat sedikit tubuhnya untuk melihatku. Tangannya kini membelai pipiku. Aku membuka mataku dan melihat kewajahnya yang penuh air mata.
"P'freen.. P'freen sangat penting untukku. Sungguh, hanya saja hari ini aku menjadi seperti orang bodoh. Aku sangat bodoh dan menyakiti P'freen. Maafkan aku P'freen..", ucapnya sambil menangis dan membelai pipiku dengan ibu jarinya.
Aku menghela nafas panjang, "Baiklah.. tapi Becky harus berjanji Becky tidak akan mengulanginya lagi?"
Becky mengangguk senang lalu mencium kedua pipiku dan keningku. Aku tersenyum lalu menariknya kedalam pelukanku.
"Aku berjanji tidak akan melupakan P'freen lagi dan selalu mengabari P'freen. Aku tidak akan membuat P'freen cemas lagi.", ucapnya didalam pelukanku.
"Baiklah. Aku memaafkanmu.", ucapku padanya.
"P'freen.", panggilanya lalu sepenuhnya memeluk tubuhku.
"Bagaimana kamu bisa kesini? minta antar Richie?", tanyaku padanya baru sadar dia benar-benar datang kerumah.
Aku merasakan dia menggelengkan kepalanya, "Aku naik taksi.", ucapnya membuatku terkejut.
"Kamu memberitahu Mami kan?", kumohon Becky jangan melakukan hal bodoh lagi.
Becky menggelengkan kepalanya lagi, "Aku sangat panik karena P'freen tidak mengangkat teleponku juga tidak membalas pesanku. Aku buru-buru keluar rumah dan lupa mengabari Mami."
"ya tuhan Becky.."
"Aku telepon Mami sekarang?", tanya nya seperti anak kecil.
Aku mengangguk, sudah membayangkan Mami pasti akan mengomel padanya dan ucapanku terbukti saat deringan pertama dari ponsel Becky, Mami sudah mencerca nya dengan berbagai pertanyaannya.
Gadis ini pintar sekali membuat semua orang disekitarnya mengkhawatirkannya ya. Aku harus mulai terbiasa dengan ini.
Becky mematikan telpon nya dan melihatku dengan senyuman diwajahnya.
"Aku menginap disini ya Phi?"
Aku menghela nafas lalu tersenyum, "Tentu saja. Aku juga tidak memiliki tenaga untuk menyetir mobil dan mengantarmu pulang."
"Yey!"
"Tapi kamu mandi dulu.."
"Ah benar", ujar Becky terkekeh, "Maaf Phi aku belum mandi seharian."
Aku berdecak, "Pasti teman mu ini sangat penting ya sampai kamu lupa untuk membersihkan diri."
"Phi..", ujar Becky merengut.
Aku hanya diam beranjak ke lemari ku dan mengambil piyama untuk dipakai Becky.
"Ini bersihkan dirimu dulu lalu kita tidur. Aku tau kamu tidak lapar lagi, kan sudah makan bersama temanmu yang sangat spesial itu.", ujarku tidak bisa menahan diri untuk menggodanya.
"P'Freen kumohon hentikan.."
"Rasanya aku tidak mengantuk lagi, bagaimana kalau kamu menceritakan tentang orang yang spesial ini padaku setelah kamu mandi?", ujarku membaringkan kembali tubuhku di kasur.
"Phi katanya mengantuk.. kita istirahat saja ya.."
"Ya Tentu saja kamu pasti lelah, kan menghabiskan waktu seharian dengan orang yang sangat spesial itu."
"P'Freen!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found Her - freenbecky
FanfictionIni hanya tentang bagaimana mereka menemukan orang yang tepat baginya.