12. move on

508 86 2
                                    

FREEN


"Phi.."

Theeranat yang mengenakan kemeja putih nuansa pantai itu mendekat padaku. Memberikan buket bunga. Tanganku yang masih digenggam Becky pun merasakan genggamannya semakin erat.

Buket bunga itupun diambil oleh Saint yang mendekati kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buket bunga itupun diambil oleh Saint yang mendekati kami.

"Halo P'theeranat.", ucap Saint dengan senyum khasnya.

"Halo N'Saint. Sudah lama tidak ketemu ya?", ucap Theeranat.

"Iya P'Thee. Tidak kusangka bakal ketemu P'Thee disini.", ujar Saint.

"Mau ketemu Mama sama ngucapin selamat ke Sarocha. Bunga yang dikamu itu untuk Freen.", ujarnya dengan senyum lebar.

P'theeranat tersenyum padaku, "Hai Nong.. selamat atas kelulusannya. Sebenarnya aku mau bilang kalau aku bakal datang hari ini. Tapi sepertinya pesanku tidak terkirim? Mungkin bisa kalau kamu buka blokirannya Freen?", ucap P'theeranat padaku.

"Phi-", ucapanku terhenti saat Becky menahanku.

"P'thee, kami mau ke resto untuk makan nih soalnya yang lain sudah lapar semua. P'thee mau ikut?", ajak Saint pada Theeranat.

P'Theeranat tersenyum menggelengkan kepalanya, "Aku harus kembali bekerja setelah ini. Aku mencuri waktu aja kesini demi melihat Freen dan aku sudah melihatnya."

"Nak, main kerumah lain kali jika ada waktu ya.", ucap Mama pada P'theeranat.

"Iya Ma, aku akan main kerumah nanti.", ucapnya pada Mama.

"Freen selamat atas kelulusanmu ya.", sambung P'theeranat mengusap kepalaku lalu Becky menarikku masuk kedalam mobil saat aku menganggukan kepalaku kepada P'theeranat.

Saint dan temanku yang lain berpamitan dengan P'theeranat saat kami mulai meninggalkan tempat itu dan aku hanya mampu mengucapkan 'phi' berkali-kali padanya yang melambaikan tangan padaku.

*

*

*

Hari ini aku pindah ke apartemen ku sendiri, karena mulai minggu depan aku akan mulai bekerja di salah satu perusahaan media sebagai assistant manager marketing. Aku memutuskan untuk pindah ke apartemenku sendiri karena jarak menuju kantor lebih dekat dan aku bisa membagi waktuku lebih efisien untuk usaha yang kujalani.

Semua barang sudah dikirim dari rumah ke apartemen meski ada beberapa pakaian yang kutinggalkan dirumah agar lebih mudah jika aku mau menginap dirumah. Becky datang hari ini untuk membantuku menyusun beberapa barang dan membersihkan apartemen. Saat ini ia sedang membersihkan lantai dengan vacuum cleaner sembari mendengarkan music memalui earphone nya. Sudah seminggu berlalu semenjak hari wisuda ku, Becky menjadi seperti lebih diam. Aku tidak tahu kenapa, rasanya seperti ada yang ingin ia sampaikan tapi ia merasa seperti belum yakin untuk menyampaikannya padaku.

Tapi ia tidak menjauh, ia bahkan yang begitu ngotot ingin ikut merapikan apartemen ini. Dia juga hampir setiap hari kemari, saat kuliah nya selesai dia akan main kesini. Katanya dia takut dia tidak akan bisa sering lagi menemuiku. Aku hanya menggeleng kecil, melihat bagaimana lemariku hampir terisi pakaiannya juga, atau fakta bahwa alat gosok gigi nya ada di kamar mandiku. Belum lagi piring dan gelas yang juga ada khusus untuknya. Hal ini sudah seperti dia akan tinggal disini juga bersamaku.

Aku selesai membersihkan tempat tidur, Becky juga sudah bermalasan di sofa menonton Netflix. Lelah dan lapar membuatku berjalan untuk memeriksa isi kulkas ku. Hanya ada air mineral dan minuman kaleng. Aku lupa membeli persediaan makanan.

"Becky, aku mau ke supermarket untuk membeli bahan makanan dan mengisi kulkas.", Ucapku sembari mencatat apa saja yang harus kubeli.

"Ayo, aku sudah siap.", ucapnya sambil memakai hoodie hitamku yang digabungkan dengan celana jeans hitam pendek.

"Mau ikut?", tanyaku merapikan rambutnya.

"Tentu saja. Jika bukan pergi bersamaku, P'freen mau pergi dengan siapa?", jawabnya sedikit ketus. "Mau pergi sama P'theeranat?", tambahnya lagi dengan nada yang kesal.

Oke, aku tidak tau kenapa dia tiba-tiba membawa nama mantanku di pembicaraan ini.

"Hei Bec.. aku hanya bertanya apa kamu jadinya mau ikut. Karena kupikir kamu sedang menonton dan aku tidak masalah jika pergi sendirian. Kenapa kamu kesal?", ucapku menariknya kedalam pelukanku. Aku tidak tahu kenapa dia begitu mudah merasa kesal belakangan ini. "Kamu jadi mudah kesal, apa aku melakukan kesalahan? Kamu harus memberitahuku agar aku bisa memperbaiki apa yang salah Bec..", ucapku membelai rambutnya.

Becky menggelengkan kepalanya yang ia letakan di ceruk leherku. Memelukku erat.

"Mungkin gara-gara aku sedang menstruasi.", ucapnya dengan suara kecil. Aku bisa merasakan deru nafasnya menyentuh kulitku. Membuatku merinding.

"Kamu kesal padaku semenjak hari wisuda ku yang seminggu lalu Bec.", ucapku.

Ia mengangkat kedua bahunya tidak ingin menjawabku.

"Baiklah, kita sama-sama lapar dan lelah. Kita beli bahan makanan dulu lalu aku akan memasakanmu nasi goreng seafood kemudian kita menonton film. Setelah mood mu lebih baik, kamu bisa mulai bercerita padaku. Oke?", ucapku padanya. Becky menganggukan kepalanya menyetujui saranku.

Apartemenku berada di kawasan kantor dan pusat perbelanjaan. Hal ini juga yang membuatku memutuskan untuk tinggal disini. Karena semua hal sudah tersedia. Awal sekali saat aku membeli tempat ini, semuanya masih dalam tahap pembangunan jadi saat kubeli harganya belum semahal harga sekarang.

Kami sampai di supermarket dan mengambil troli belanja. Aku memasukkan beberapa sayur, dan juga mengambil potongan daging. Becky sibuk mengambil snack dan minuman.

"P'freen mau ini?", tanya Becky padaku menunjukan tao kae noi. Aku mengangguk dan dia langsung memasukkannya kedalam troli.

"Pad sew eew untuk makan malam bagaimana Bec?", tanyaku mengambil beberapa bahan makanan. Becky mengangguk dan aku memasukan bahan makanan itu kedalam troli.

Aku juga membeli detergen dan pewangi pakaian. Aku berencana untuk mencuci pakaian setelah makan nanti. Aku menikmati mencuci pakaianku seperti aku sedang menikmati liburan. Benar-benar melepas stres.

"P'freen aneh.", ujarnya yang melihatku memilih pewangi pakaian. "Cuma P'freen yang melepas stress dengan laundry.", ucapnya terkekeh.

Aku menaikkan satu alisku, "Kenapa? Mencuci itu menyenangkan tau. Sama seperti kamu yang suka boxing. Itu melelahkan tapi kamu merasa senang saat melakukannya kan?" Jawabku sambil menarik hidung nya lembut membuat Becky tertawa.

"Ah aku jadi ingat, apa aku boleh membawa peralatan workout ku ke apartemen?", tanya Becky.

"Bec.. kamu berencana tinggal disana bersamaku? Hampir semua barangmu ada di apartemenku.. seharusnya aku menarik biaya sewa kalau begini.", ucapku pura-pura keberatan.

"Aku tahu P'freen senang kutemani kan? Jika tidak kenapa P'freen memberikan ku kunci apartemen cadangan?", ujarnya menjulurkan lidah padaku seperti anak kecil.

Aku tertawa tidak bisa membalas perkataannya, "Baiklah kamu menang. Memang dari awal juga kamu pasti sudah membawa alat-alatmu itu saat kamu sudah mengamati ruang kosong di dekat beranda."

Becky tertawa kecil, "P'freen benar! Hehehe"

Aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum, mengingat bagaimana aku memang sengaja mengosongkan ruang itu untuknya.

Kami melanjutkan belanja dan segera membayarnya.

I Found Her - freenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang