13. My Nong

503 75 3
                                    

FREEN


Aku dan Becky beranjak dari supermarket untuk kembali ke apartemen tetapi seseorang memanggil nama Becky dan menghentikan langkah kami. Laki-laki yang terlihat seumuran dengan Becky ini memiliki perawakan tinggi dengan wajah yang british sekali. Ia mengenalkan namanya padaku sebagai Paul teman Becky dari SMA. Ia mengatakan kenapa Becky begitu sibuk belakangan ini dan tidak membalas pesan darinya. Jujur aku bingung apa aku harus mengatakan kepada becky untuk pergi berbicara dahulu dengan temannya dan aku pergi ke apartemen duluan atau tetap menunggu mereka berdua selesai berbicara.

Becky terlihat seperti ingin berbicara pada Paul karena ia terlihat sangat gelisah. Dari yang aku tahu laki-laki ini yang Becky temui sampai melupakan janjinya untuk ke galeri seni. Mungkin mereka punya hubungan yang sangat dekat. Ya aku pernah mengalaminya juga, mungkin lebih baik jika aku pergi keapartemen lebih dahulu dan memberikan waktu untuk mereka berbicara.

"Becky berikan kantong belanjaanmu. P'freen bawa ke apartemen ya, kamu ajak Paul bicara dulu saja.", ucapku padanya sembari mengambil kantong belanjaan dari tangannnya. Kini aku memegang kantong belanjaan di kedua tanganku.

"P'freen..", protes Becky padaku . "Paul aku akan meng-"

"Hush, temanmu kan sudah disini. Bicara dulu sebentar dengannya. P'freen juga mau masak dulu. Nanti balik lagi ke apartemen untuk makan ya.", potongku padanya yang tersenyum lebar dan menganggukan kepalanya.

"Paul, Aku balik duluan ya. Kamu ngobrol aja sama Becky, Cuma nanti waktu makan malam kembalikan lagi ke aku ya.", candaku padanya membuat Paul terkekeh kecil.

"Aku pasti balik P'freen!", protes Becky padaku.

Kemudian aku pergi meninggalkan mereka berdua. Tidak tau apa yang akan mereka bahas, aku hanya berharap Becky akan menyelesaikan masalahnya dengan bijak.

Aku sampai di depan lift dan menekan tombol untuk naik ke atas. Saat menunggu lift yang turun ke bawah, seseorang menyapaku. Aku mengenali wajahnya karena dia tinggal di sebelah apartemenku.

"Mau kubantu bawakan? Aku Gulf, apartemenku tepat disebelah apartemenmu.", tawarnya padaku. Aku mencium bau parfume bvlgari aqua yang biasa Theeranat pakai membuatku sedikit tidak nyaman yang terlihat olehnya. "eh? Apa aku bau?", ucapnya lagi sedikit menjauh membuatku merasa tidak enak.

 "eh? Apa aku bau?", ucapnya lagi sedikit menjauh membuatku merasa tidak enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bukan, bukan begitu. Bau parfume mu itu mengingatkan ku pada seseorang. Maaf ya, kamu tidak bau kok.", ucapku dengan ekspresi merasa bersalah terlihat sangat jelas di wajahku.

Gulf terkekeh kecil, "Ah aku pikir aku bau, soalnya aku habis dari Gym dan memang belum mandi hehehe. Sini belanjaanmu aku bantu bawakan. Tanganmu sudah memutih itu haha", Ia mengambil belanjaan ku dan pintu lift terbuka.

"Makasih ya, emang ternyata berat sekali bawanya tapi aku tahan aja, karena bentar lagi sampai.", ucapku berjalan masuk lift dan memeriksa tanganku yang memang memutih.

"Belanja sebanyak ini emang untuk kebutuhan sebulan?", tanya nya padaku.

"Oh itu untuk dua orang. Temanku juga sering menginap di apartemen soalnya.", jawabku padanya.

"Oh yang orang luar itu ya? Atau yang suaranya besar banget? Atau yang cewek tampan?", tanyanya padaku wah dia ternyata tau Becky, Nam, dan Noey.

"Kamu..", aku melihatnya dengan tatapan menghakimi.

Dia melihatku dan dengan panik menjawab, "Bu-bukan ya! Aku bukan stalker! Aku emang kebetulan aja selalu keluar apartemen dan melihat teman-temanmu. Aku bahkan sudah bertegur sapa dengan si suara nyaring!", ucapnya dengan panik membuatku tertawa.

"Aku hanya bercanda Gulf.", pintu lift terbuka kami pun berjalan menuju apartemenku. "Sudah sampai, terimakasih ya atas bantuannya.", ucapku mengambil kantong belanjaan dari tangannya.

"Ah jangan sungkan, kurasa kita juga akan sering bertemu sekarang. Kamu pindah kesini dengan pacarmu kan?", ucapnya menungguku masuk.

"Pacar?", tanyaku heran, sejak kapan aku punya pacar?

"itu yang orang asing?", ucapnya ragu.

"Ohh Becky? Hahah dia sudah seperti adikku kok.", ucapku sambil tersenyum.

"Adik? Yakin?", dia seperti tidak yakin dengan ucapanku.

Aku mengangguk, "Aku sudah menjawabmu ya, percaya atau tidak itu urusanmu. Aku masuk dulu mau masak makan malam."

Gulf mehanan pintu apartemenku, "tidak menawariku? Kan aku sudah bantu bawa kantong belanjaan.", rengeknya padaku. Okay, kami baru bertemu berapa menit dan dia sudah bersikap seperti ini.

Aku berusaha melepaskan tangannya yang menahan pintu, lalu meletakkan kantong belanjaan di dekat rak sepatu dan mengambil sekotak susu.

"Ini bayaranmu. Untuk makan malam akan kupikirkan lain kali.",karena aku akan makan berdua malam ini dengan Becky. Aku menyodorkan kotak susu itu padanya yang diterima nya dengan senang hati.

"Baiklah kutunggu janjimu ya. Terima kasih untuk susunya!", ucapnya sambil sedikit berteriak karena aku segera menutup pintu apartemenku.

Aku menggelengkan kepalaku, ada-ada saja kejadian hari ini. Aku membawa kantong belanjaan menuju dapurku dan mulai menata nya ke dalam lemari dan kulkasku. Aku menggelengkan kepalaku melihat banyaknya makanan yang ada. Membuatku tersenyum karena melihat semuanya terisi dengan makanan kesukaanku dan Becky. Siapa sangka aku yang sudah mengira akan begitu kesepian, tidak merasa kesepian sama sekali melihat ini.

Aku sudah selesai memasak som tam, nasi goreng sea food, dan pad see eew dan bersiap untuk mandi. Melihat ponselku sejenak untuk membalas pesan Becky yang menawariku milk tea. Aku berendam di bathtub ku sembari mendengar lagu, selesai mandi aku mengeringkan rambut dan melihat Becky sudah duduk disofa dan menonton TV.

"Kamu tidak minum air putih sama sekali kan Bec. Makan malam nanti minum air putih ya.", ucapku melihatnya menyesap milk tea boba kesukaannya.

"Iya nanti aku minum air putih. Aku butuh asupan gula yang banyak karena tenaga ku habis untuk bersih-bersih.", ucapnya berjalan kearahku dan aku menghindar membuatnya kesal. "P'freen!"

"mandi dulu sana, lalu kita makan. Baru pelukan sambil nonton film, okay?", bujukku merubah wajahnya yang cemberut menjadi tersenyum cerah.

"Siappppp~"

Becky tidak terlalu lama mandi dan aku sudah menghidangkan makan malam diatas meja. Menunggunya untuk bergabung denganku.

"Som tam!", ucapnya senang, "tidak pedaskan?", tanyanya padaku.

Aku menunjukan jari telunjuk dan ibu jari ku yang hampir menyentuh, "Hanya sedikit, aku ingin membuatmu terbiasa.", jawabku tersenyum.

Kami mulai menyantap makan malam dengan tenang sampai akhirnya Becky memulai pembicaraan.

"Itu tadi Paul, temanku sejak SMA.", ujarnya sambil berusaha menahan rasa pedas dari Som tam yang kubuat. "Kami dulu sangat dekat, sering mengerjakan project bareng. Beberapa waktu lalu dia pindah kuliah di chulalongkorn karena akan mengurusi perusahaan ayahnya yang disini."

"Dia yang Becky temui saat pembukaan galeri seni hari pertama kan?", tanyaku tanpa bermaksud apapun.

Becky menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk, "iya.. maaf P'freen."

Aku tertegun kebingungan, "Hei, tidak perlu minta maaf lagi Bec, itu semua sudah berlalu. Kamu boleh punya prioritasmu kok, P'freen mengerti."

"P'freen jangan salah paham. Paul tidak sepenting P'freen. Maksudku P'freen orang yang sangat penting bagiku, setelah Mami dan Papi."

I Found Her - freenbeckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang