ENAM BELAS

1.1K 67 15
                                    

🌼💔

Dewa baru tiba di sekolah Anggasta School, mata nya melihat sekitar yang tampak sepi sedetik kemudian raut wajah nya menunjukan hal aneh. Bukan kah sekarang sudah waktu nya makan siang?

Mengapa tidak ada satu pun murid yang berkeliaran seperti biasanya? Dewa mengangkat bahu nya acuh. Toh itu bukan hal yang membuat nya datang ke sekolah, menurut kabar burung kekasih pujaan hati nya sudah kembali ke sekolah ia ingin segera memeluk tubuh kecil milik Zea.

"Zeze, I'm coming honey" gumam Dewa sambil tersenyum geli.

Dilain tempat tepat nya di kantin sekolah kerumunan orang terus berdatangan ingin melihat tontonan yang menurut mereka adalah hal yang menarik. Ironis memang.

"Anjing! Ambilin gunting gua bilang! Budek lo ya!" Bentakan seorang gadis masih terus mengisi kantin yang sunyi, walaupun banyak manusia disana tapi mereka tidak bisa menjadi pahlawan kesiangan.

Mengingat siapa yang menjadi dekingan si gadis itu, membuat mereka menggurungkan niat untuk membantu gadis lain yang sedang di bully nya.

"I-ini Zea, k-kamu mau apa" cicit laki-laki berkacamata menahan gemetar di sekujur badan nya.

Zea tersenyum smirik, ide cantik melintas di otak nya di waktu yang tepat. Zea mengambil gunting itu dengan kasar hingga membuat tangan si lelaki terluka terkena gesekan gunting.

"Hmm buat seneng seneng lahhh!! Ya gak guys" ujar Zea ke teman-teman nya yang di sambut sorak kan penuh kegembiraan, seolah mereka menemukan mainan baru.

Zea jongkong mensejajarkan tinggi nya dengan tinggi si gadis yang ia bully, mata nya menelisik dari wajah hingga kaki yang memerah karena tumpahan air panas.

Tubuh Emma bergetar hebat, rentetan kejadian yang tidak ia inginkan terus berputar di kepala nya. Berharap Zea berbaik hati dan melepaskan ia dari tontonan seluruh murid di sekolah.

Namun dewi fortuna tidak berpihak kepada Emma. Zea tersenyum sangat cantik tapi berbeda dari sudut pandang Emma, air mata nya jatuh menanti apa yang akan Zea lakukan kepada diri nya.

Zea melirik ke arah seragam kebesaran yang Emma pakai sungguh norak! Zea bergedik ngeri "Ewhhh ini seragam apa lap dapur? Guys liat deh udah kumal terus bau lagi"

Ucap Zea dengan tertawa di iringi tawa teman-teman nya, Emma masih terdiam berharap ada seseorang yang menyelamatkan nya.

"Gua bantu rombak ya baju lo, biar cakepan dikit lahh gak kumal-kumal amat" Ujar Zea, tangan lentik nya yang memegang gunting ia arahkan ke bawah seragam Emma

Tapi belum sempat merealisasikan ide cantik nya, suara bariton mengagetkan nya membuat gunting itu terlepas

"ZEA!!"

Tangan nya di tarik dengan kencang membuat Zea meringis pelan "Shhh sakit bangsat!" Umpat Zea.

Dewa mematung terkejut mendengar umpatan yang di lontarkan gadis kesayangan nya kepada diri nya. Ia kira Zea sudah kembali seperti semula tapi Zea yang di rumah sakit dan Zea yang di depan mata nya adalah Zea yang sama.

Kemana hilang nya gadis yang menjadi candu untuk Dewa? Yang mampu menenangkan sisi iblis nya? Membuat nya tertawa dengan tingkah konyol gadis nya.

Sakit. Hati nya sangat sakit.

"Apaan si malah diem, heh goblok apa-apaan Lo narik narik tangan gue? Sakit ni!"

Lelaki yang masih bersetelan jas itu menatap nanar perubahan yang terjadi pada Zea, berbanding terbalik dengan gadis polos nya. Pakaian yang Zea kenakan sekarang sangat membentuk lekuk tubuh nya.

Atmosfer di sekitar kantin semakin menyeramkan aura permusuhan yang di layangkan Zea kepada Dewa membuat Dewa marah. Marah karena Zea mengumpat pada nya dan juga karena pakaian gadis itu.

Jas yang Dewa pakai ia lampirkan ke bahu mungil Zea, membuat sang empu terkejut tapi bisa menyembunyikan ekspresi nya dengan cepat.

"Lo-" belum sempat Zea berbicara tubuh nya sudah melayang di gendong oleh Dewa bak karung beras.

"Bangsat! Lepas anjing!! Turunin gua!!!" Seakan tuli Dewa tetap melanjutkan jalan nya menuju ruang pribadi tempat di mana ia dan Zea menghabiskan waktu bersama dulu.

Tangis salah satu dari dua sahabat nya pecah, chole menatap sedih punggung sahabat nya sayang semakin mengecil. Seolah memberi nya isyarat bahwa ia dan Zea tidak bisa kembali bersama.

"Hiks hiks Na, hiks gua kangen ama Zea hiks gua kepengen kita quality time lagi bertiga. Tapi hiks Zea sekarang berubah dia benci sama lo bahkan dia ikut geng nya Kala Na." Tutur Chole menahan isak tangis nya yang makin menjadi.

Karina mengangkat kepala nya keatas, menahan bendungan di sudut mata nya yang hampir pecah ia tidak boleh menangis. Jika ia menangis siapa yang memberi kekuatan kepada Chole

Karina membawa Chole ke pelukan nya "Sstt kita bakal kaya dulu lagi ko, lo sabar ya inget kata dokter kalo Zea cuma amnesia sementara dia bisa inget kita lagi kalo kita sabar oke?" Ucap Karina

Mencoba membuat sabahat nya tenang dan juga menenangkan diri nya bahwa semua akan kembali baik-baik saja. Mereka bertiga bisa berkumpul lagi.

"Hiks gua bakal sabar Na, tapi Zea benci sama lo perlakuan Zea ke lo lebih parah. Lo- hm lo gak papa Na?" Tanya Chole hati-hati takut menyinggung perasaan Karina

Karina tersenyum penuh arti "Gak papa Chole gua baik-baik aja gua yakin Zea gak bakal tahan jauh-jauh dari gua, lo tau kan selengket apa gua ama dia?" Canda Karina membuat Chole tertawa pelan.

"Iya juga ya ampe di bilang lesbi anjir lu berdua" chole tertawa terbahak-bahak tapi tidak dengan Karina. Karina hanya tertawa singkat karena ia menahan sakit di hati nya, ia sendiri tidak yakin apakah dia dan Zea bisa bersama lagi.

Tidak semua senyuman menandakan kebahagian, terkadang kita tersenyum hanya untuk meyakinkan orang lain bahwa kita baik-baik saja. Kalimat itu yang mewakilkan perasaan Karina saat ini.

💔🌼

Zea masih berusaha lepas dari gendongan Dewa, Mencakar mengigit bahkan menjambak rambut Dewa sudah dilakukan, tapi Dewa sama sekali tidak merasakan sakit dan tetap bergeming.

Mereka tiba di ruangan mereka dulu mungkin hanya Dewa yang mengingat nya, tidak dengan Zea.

Dewa menurunkan Zea di kasur king size milik nya dan satu tamparan lolos mengenai pipi sebelah kiri nya.

Plak

"Anjing! Dari tadi lo gua panggil-panggil tapi gak di gubris, maksud lo apa bajingan bawa gua kesini" ucap Zea nyalang.

Dewa menunduk menahan derai air mata nya yang siap meleleh jika ia mengedipkan mata nya sekali. Tapi ia tahan sekuat tenaga.

Dewa memandang wajah lugu gadis nya, ahh ralat Zea bukan gadis kesayangan nya yang dulu

Mata hazel nya memandang nya dengan tajam, hingga membuat hati nya berdenyut lagi.

"Zeze" ucap Dewa lembut

Zea menekuk alis nya bingung "Zeze? Nama gua bukan Zeze tapi Zea Z-E-A Zea. Gak usah ganti-ganti nama orang brengsek!"

Menahan denyutan di hati nya, Dewa memeluk tubuh mungil Zea. Zea memberontak sekuat tenaga mencoba melepaskan pelukan Dewa

"Arghhhh lepas babi, gua gak kenal sama lo!" Zea terus bergerak tapi Dewa tidak bergerak sedikit pun. Tentu saja tenaga Zea kalah dengan otot yang tersembunyi di balik kemeja yang Dewa kenakan.

Pertahanan Dewa runtuh air mata nya pecah, bendungan yang ia tahan akhir nya hancur sakit sangat sakit.

"Hiks Aku mohon kamu balik kaya dulu lagi, jangan kaya gini Ze hiks aku kangen sama kamu"

Tbc

Jahat gak si menurut kalian Zea ini?
Komen di bawah ya guys!



Our Of SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang