Felix seperti biasa duduk di balkom kamar, kedua orang tuannya sudah ada di rumah membuat suasana rumah kembali seperti biasanya, tidak sepi lagi, pandangan cowok itu mengarah pada kamar Livia yang tidak kunjung muncul, Felix jadi uring-uringan sekarang, dengan jail Felix melempar jendela kamar Livia dengan pulpen di tangannya.
Gadis itu muncul mengucek matanya membuat Felix berusaha menahan diri, tingkat keimutan gadis itu meningkat berkali-kali lipat, "cewek", teriaknya membuat Livia menatap ke arahnya dengan alis terangkat.
"Kenapa?", tanyanya.
Felix terkekeh, "ngak apa-apa, gue cuma mau mastiin lo baik-baik saja", ujarnya membuat Livia memutar bola mata malas beranjak masuk kambali kedalam kamar membuat Felix melongo di seberang.
"Sial, kenapa semua tingkahnya bikin gue terpesona, kayaknya gue sudah gila", racaunya akhirnya kembali masuk kedalam kamar merutuki dirinya sendiri yang begitu terpesona sama gadis berhati beku di seberang rumahnya.
Felix akhirnya membaringkan tubuhnya senyuman kian menghiasi wajah tampannya sampai masuk kedalam mimpinya.
Kelas pagi hari ini sudah riuh tidak ada lagi batasan antara mereka setelah hukuman saat itu, lihat saja mereka sudah begosip riang, semua mereka bahas dari gosip artis sampai gosip di sekolah, Tobi datang masuk kedalam kelas seperti biasa menambah kehebohan dalam kelas.
"Gays gaysss gue bawa info anjir kita kedatangan murid baru lagi, kali ini cewek, katanya sih cantik bangat", ujarnya berlebihan, membuat yang lain memutar bola mata malas.
"Ck mau cantik kek mau kayak monyet kek, ngak peduli gue", celetuk Nina langsung di angguli oleh Siti.
"Iri bilang", ujar Regil membuat Nina langsung menoleh melotot gadang, Regil meringis seketika, suasana kelas menjadi hening setelah seorang guru masuk bersama dengan seorang gadis cantik berjalan di belakanganya.
Felix yang melihat itu menatap sinis, memberi kode ke arah Lisa untuk gantian, Lisa mengangguk berpindah, Livia menaikan alis bingung melihat tingkah Felix sekarang yang kini mendekat berbisik ke arahnya, setelah mendengar bisikan dari Felix, Livia menoleh menatap ke depan tepat ke arah gadis cantik di sana.
"Silahkan kamu perkenalkan diri terlebih dahulu", ujar guru.
"Halo, perkenalkan gue Latifa, pindahan dari bandung", ujarnya tersenyum manis gencar menebar pesona, Siti mengidik ngeri, diam-diam yang lain saling pandang, bahkan Tobi sang ketua kelas awalnya heboh ikut saling pandang merasakan ada hal yang tidak baik dari kehadiran cewek di depan kelas.
"Baiklah kamu duduk di banku kosong di belakang, maaf karena akan di adakan rapat kelas hari ini free jadi bapak harap kalian tidak ribut", ujar gurh tersebut beranjak meninggalkan kelas.
Gadis tadi berubah begitu saja, matanya berbinar, "FELIX SAYANG HUAAA KANGEN BANGAT", teriaknya membuat yang lain langsung menutup telinga kompak dengan tatapan sinis.
"Iuhhh ternyata cabe", celetuk Feli tidak segan sama sekali.
Dira terkekeh mengangguk setuju, semuanya kembali merinding melihat Tifa menempelkan tubuhnya pada Felix yang terlihat sangat risih, Livia yang awalnya ngak peduli, langsung menoleh mengingat bisikan Felix tadi akhirnya Livia bereaksi.
Hanya satu sentakan saja Tifa terlepas dari tubuh Felix.
"Huaaaaa Liviaaaa, senggol dong"
"Hantam Liv"
"Jangan kasi ampun"
"Gitu dong, Liv, ikutan senang akhirnya anak kita sudah aktif pah"
"Ih anjir jijik tai"
Tifa menatap tajam ke arah Livia menunjuk "he ngak usah ikut campur lo, gue sudah di jodohkan sama Felix", ujarnya tersenyum remeh, Felix memijit pelipisnya jengah sendiri merasa frustasi dengan kehadiran gadis yang notabeanya adalah sepupu tiri Felix.
"Baru juga di jodohkan, sudah angkuh", celetuk Siti
Tifa mengabaikan celetukan dari teman kelas barunya, gadis itu benar-benar mencari musuh di hari pertama masuk ke sekolah barunya.
"Kenalin gue Livia, PACAR Felix", ujar Livia lantang dengan wajah datarnya menekan kata 'pacar' membuat wajah Felix memerah, sedangkan teman kelasnya menahan nafas, bahkan Lisa sudah melongo
Walaupun hanya sandiwara namun mampu membuat Felix terbang begitu saja, dia bahkan sampai lupa permintaannya pada Livia tadi.
"Gue mohon pura-pura jadi pacar gue di depan lintah darat"
Tifa menatap tajam ke arah Livia penuh permusuhan, "gue lapor lo ya, gue ngadu sama ayah dan mama, gue pindah ke sini karena gue dengar lo sudah kembali dari ausralia", ujarnya kini menatap Felix.
"Yeeee tukang ngadu"
"Hadeh kirain bidadari eh taunya saitan yang terkutuk"
"Tobi lebih baik lo menghadap deh minta tu murid baru pindah kelas aja"
"Iya, dia datang hanya ngancurin kelas kita aja"
"Setuju gue, kita baru saja menyatu seperti ini sudah ada penganggu aja"
"Iya iya nanti gue menghadap ke guru"
"Gitu dong, itu baru ketua kelas gila kita"
Livia mengatupkan bibir kembali duduk di bangkunya menatap ke depan dengan pandangan kosong tanpa menghiraukan Tifa yang sudah keluar kelas melapor kepada kepala sekolah dan Felix yang kini fokus menatapnya dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Frozen Heart (Selesai)
Short StoryCinta, satu kata penuh makna. Tapi Cinta, tidak ada artinya bagi yang pernah merasa patah dan kecewa. Namun apakah Cinta mampu meluluhkan hati yang beku ? hati yang sudah tertutup rapat dengan benteng kokoh dan kuat. Ini kisahnya, kisah seorang Feli...