Heeseung melangkahkan kakinya perlahan. Setelah menemukan sebuah pintu dengan cat berwarna abu-abu, ia menarik diri untuk masuk kedalam. Karena setelah menyusuri sebagian dari dalam rumah ini, pintu yang ditemukan Heeseung kali ini yang berbeda. Jika pintu yang lain berwarna coklat, tidak dengan pintu ini.
Matanya menjelajah kesekitar. Melihat apakah ada sesuatu petunjuk atau apapun itu.
Berbanding terbalik dengan Jungwon. Jika Heeseung baru saja memasuki satu ruangan, Jungwon sudah beberapa kali masuk ke sebuah ruangan. Setiap kali menemukan pintu, saat itu juga Jungwon akan masuk kedalamnya.
Seperti saat ini. Jungwon tengah melihat-lihat satu ruangan yang tidak terlalu luas. Ada dua rak buku yang berukuran sedang, kursi, juga meja.
Saat matanya sibuk menelisik buku-buju yang tertata rapi, sebuah suara tepukan tangan terdengar. Dengan segera Jungwon membalikkan tubuhnya. Mendapati pria yang sudah cukup berumur menampakkan senyum remehnya.
"Selamat, Yang. Kau masuk kedalam jebakan ini"
Jungwon terkekeh. Ikut memandang remeh lawan bicaranya.
"Rencanamu cukup bagus, tuan Im""Cukup katamu? Tidak baik terlalu meremehkan oranglain. Bagaimana jika kali ini kau kalah untuk yang ke sekian kalinya? "
Tangan Jungwon terkepal kuat. Menahan amarah yang sudah memuncak. "Dan tidak baik juga jika terlalu menyombongkan diri, tuan. Kau sudah semakin tua sejak pertarungan terakhir kita. Apakah otot-ototmu masih sekuat dulu? "
"Bocah sialan! "Wohan berlari mendekat pada Jungwon. Dengan tangan yang sudah terkepal, siap untuk membogem wajah paripurna milik lawannya.
Namun Jungwon juga memiliki reflek yang bagus. Ia segera menghindari tangan yang akan melesakkan tinjuan keras pada wajahnya.
Wohan yang sudah terpancing emosi, kembali mengincar Jungwon untuk dipukul. Namun gagal. Malah dirinya yang terkena bogeman keras dari Jungwon. Saking kuatnya tenaga yang di berikan, Wohan kini tersungkur di lantai dingin yang cukup berdebu itu.
Namun tak berselang lama. Karena dirinya kembali bangkit. Melanjutkan pertarungan panas bersama Jungwon.
Awalnya pertarungan ini bisa dikatakan imbang karena jumlahnya juga imbang. Satu lawan satu. Namun kini, setelah Wohan agak kesusahan mengalahkan Jungwon, dua pria berbadan kekar masuk kedalam ruangan yang kini terlihat ciut itu.
"Tidak asik. Ini tidak adil"ujar Jungwon tidak terima.
Kekehan keluar dari bibir milik Wohan. "Nikmati pertarunganmu, Yang Jungwon"
Kini sosok Wohan telah hilang. Dirinya keluar dari ruangan itu, meninggalkan Jungwon dengan dua pria berbadan besar yang sekarang sedang beradu tinju.
Heeseung masih tetap melanjutkan perjalanannya. Setelah tak menemukan apapun dari ruangan dengan pintu abu itu.
Hingga ia memutuskan untuk menghentikan langkahnya. Tangannya bergerak mencari sebuah alat komunikasi yang berada dalam saku celananya. Menekan suatu tombol dari alat itu.
"Sunbae? "
Namun Heeseung tak mendapatkan balasan apapun. Malah hanya terdengar suara aneh dari sebrang sana.
"Sunbae? "
Sunghoon, Riki dan Sunoo tengah berada di luar rumah itu saat hari sudah malam. Namun saat ingin masuk, kendala datang. Lima orang berbadan tegap datang menghalangi langkah mereka. Yang mengharuskan ketiganya melawannya.
"Noo, cepat masuk! "Teriak Sunghoon.
Sunoo mengangguk. Sedangkan Sunghoon dan Riki masih sibuk menghadang empat orang itu agar tidak mengganggu aksi Sunoo.
Sementara itu, Heeseung yang sudah berada di dalam rumah itu sejak tadi, kini berlari-lari mencari keberadaan Jungwon. Mengingat tadi ia mendengar suara aneh dari tempat Jungwon.
"Heeseung hyung! "
Heeseung menoleh, memberhentikan langkahnya untuk berlari. Mendapati Sunoo yang berlari kearahnya. Sunoo berhenti berlari kala ia sudah sampai disamping Heeseung. Napasnya terengah. Ia mendudukkan dirinya sejenak.
"Hanya kau? "
"Tidak. Sunghoon hyung dan Riki maaih berada di luar mengurus empat orang"
Mata Heeseung tampak membola. "Empat katamu? "
Sunoo mengangguk menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Heeseung.
"Kupikir rumah ini sepi"
"Ayo mencari Jungwon sunbae"
Sunoo lantas berdiri, menyeret Heeseung untuk segera berlari lagi.Jungwon menatap dua orang di depannya dengan nyalang. Kini dirinya tersungkur dilantai dingin nan berdebu ruangan itu akibat dirinya lengah, dan berakhir mendapat bogeman kuat pada perutnya.
Jungwon hanya mendesis menahan rasa sakit kala salah satu dari mereka mencengkram kerah bajunya. Dipaksa duduk tegak saa perutnya terasa sangat ngilu.
"Bocah sepertimu dijadikan tangan kanan pemimpin? Sangat tidak cocok"
"Jangan berlagar sok kuat, dasar bocah"
Jungwon kembali mengerang sakit, kala lehernya dicekik. Pasokan oksigennya kian lama makin tipis. Membuat dirinya merasakan sesak juga sakit. Tenaga yang ingin ia keluarkan untuk melawan nyatanya sudah tidak ada. Mengharuskannya untuk pasrha saat ini, menerima perlakuan kurang ajar dari lawannya.
Saat diambang kesadaran, dapat Jungwon lihat. Dua orang yang mulanya berdiri di depannya kini mundur beberapa langkah. Membuat cengkraman dan cekikan itu terlepas dari dirinya.
Menampakkan Sunoo juga Heeseung yang menatap dua orang itu dengan tajam. Jungwon hanya mampu menyaksikan sambil terus memegangi area perutnya yang masih sakit.
Lalu tak lama kemudian, datanglah Sunghoon dan Riki yang langsung ikut membantu pertarungan itu. Tak butuh waktu lama untuk menumbangkan dua orang musuh.
Sunoo lantas berlari kecil menghampiri Jungwon. Menyejajarkan tingginya dengan sang sunbae."Apa masih sakit, sunbae? "
Jungwon mengangguk lemas.
"Maaf, sunbae"
Jungwon terkejut kala Sunghoon yang tiba-tiba mendekat dan langsung menggendongnya dengan bridal. Tapi untuk saat ini Jungwon tak akan bereaksi banyak. Karena demi apapun, perutnya masih terasa nyeri.
Setelahnya, mereka keluar dari ruangan itu."Bagaimana kalian bisa masuk? "Tanya Sunoo. Matanya memincing menatap Riki.
"Jay hyung dan Jake hyung datang"
"Telat sekali. Mereka darimana? "
Riki mengangkat bahunya acuh.
"Tidak tahu"
KAMU SEDANG MEMBACA
AGENT-WON!
Fiksi PenggemarWARN!!! Jungwon harem! Don't like, don't read Thankyou...