05

954 123 2
                                    

Jam makan malam telah tiba. Namun lelaki dengan surai merah itu masih saja berada di dalam kamarnya. Lebih tepatnya, sibuk memandangi wajahnya di cermin.

"Kenapa masih merah sih? Menyebalkan sekali! "Gerutunya.

Asik mengomel sendiri, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk. Dan mau tak mau, ia harus pergi meninggalkan kegiatan mengacanya. Juga harus kembali memakai masker.

Tangannya terangkat memegang gagang ointu, lalu menariknya ke bawah. Menampakkan Hendery yang berdiri di depan kamarnya.

"Dery hyung? Ada apa? "

"Kau masih bertanya ada apa? Hei anak kecil, jam di kamarmu mati atau bagaimana? Ini waktunya makan malam"

"Iya. Aku tahu, kok"

"Yasudah. Kalau tahu kenapa tidak segera pergi ke ruang makan? "

"Aku tidak bisa"

"Kenapa? "

"Aku tidak nau melepas maskerku! "

"Memangnya apa yang salah dngan wajahmu? "

"Hidungku"

"Ada apa? "

"Merah"

"Kenapa merah? "

"Aku pilek"

"Pfftt---"

"Jangan tertawa! "

"Pasti lucu. Hanya pilek, Wonie... Kau tak peelu merasa khawatir"

"Tidak tidak! "

"Lalu bagaimana? Kau mau kelaparan? Menunggu sampai hidungmu tidak merah lagi baru kau makan? "

"Tentu saja tidak! Aku sudah lapar! "

"Yasudah. Ayo. Lagian tadi siang bukankah kau juga ikut makan bersama? "

"Tidak. Kau ini kemana saja, hyung? "

"Aku dari kemarin berada di rumahku"

"Oh.. Begitu"

"Yasudah. Ayo"

"Tidak! "

"Tolong. Jangan membuat ku di hukum oleh pimpinan park karena tak berhasil membujukmu. Kau tega padaku? "

"Lalu bagaimana dengan hidungku? "

"Sudah biarkan saja. Lagipula itu tak mengurangi kadar manismu"

"Aku tampan"

"Iya. Tampan dan manis"

"Hyung! "

"Apa? Ayo cepat"

Hendery berjalan lebih dulu. Meninggalkan Jungwon yang masih ragu untuk berjalan.

"Cepat. Kau mau mati kelaparan? "

Jungwon mengerucutkan bibirnya di balik masker. Ia berjalan agak cepat untuk menyamai langkah Hendery.

Ruang makan itu terlihat penuh. Semua atensi tertuju padanya dan Hendery yang baru saja masuk.

"Duduk dengan anak-anak baru tidak papa, kan? "

"Heh! Mana bisa begitu! Nanti hidungku bagaimana? "

"Sudah kubilang, hidung merahmu tak akan menyebabkan masalah besar. Lagipula di sana juga ada Jaemin dan Haechan"

Yasudah. Mau tak mau, Jungwon harus mau.

Jungwon berjalan mendekat ke arah meja yang dimaksud Hendery. Ia duduk di samping Jaemin dan... Ia tidak tahu namanya. Tapi mukanya terlihat seperti orang Jepang. Dan di depannya, juga ada seseorang dengan kulit yang sangat putih. Terlihat dingin.

"Kau mau makan dengan masker yang masih menempel di mukamu?"Tanya Haechan yang berada di sebelah Jaemin.

"Tidak"

"Lepas saja. Memang wajahmu kenapa, sih? "Jaemin ikut bertanya.

"Hidungku merah karena aku pilek! Bagaimana ini? "Jungwon berbisik pada Jaemin.

"Tidak papa. Memang sangat merah ya? "

"Tidak.... Tapi.... "

"Sudahlah. Mereka tak akan menertawakanmu karena itu"

Benar juga?

Jungwon menarik napas dalam, sebelum akhirnya membuka masker yang ia kenakan.

'Uhuk! '

"Eh? Kau tidak papa, Jake? Minum dulu"ujar Haechan pada pemuda yang baru saja batuk.

"Maaf-maaf. Aku sedikit terkejut"

"Ada apa? "Tanya Jaemin

"Sunbae sangat manis"

Mata Jungwon melotot kaget. Namun ia segera menetralkan ekspresinya, lalu tersenyum.

"Haha. Terimakasih"

"Padahal tadi dia sangat takut membuka masker"

Jungwon menyikut perut Jaemin. Pemuda itu meringis.

"Ada apa? "Tanya seseorang dengan pipi yang berisi.

"Karena hidungnya merah"timpal Haechan.

"Hyung! "Jungwon menatap tajam Haechan yang di balas senyuman bodoh.

"Sunbae sedang flu, ya? Perbanyak minum air hangat. Atau olesi hidungnya dengan minyak. Bukan minyak goreng, ya"

"Iya. Terimakasih sarannya"

"Sudah. Ayo makan. Nanti kita adakan sesi perkenalan"




"Saya Lee Heeseung"

"Saya Jay Park"

"Saya Jake Shim"

"Saya Park Sunghoon"

"Halo sunbae. Saya Kim Sunoo"

"Saya Nishimura Riki"

Jungwon mengangguk. "Selamat datang. Salam kenal semuanya. Kuharap kedepannya, kita dapat bekerjasama dengan baik"

"Itu pasti"jawab Jake

"Kami juga mohon bimbingannya, sunbae"Heeseung menimpali.

Jungwon mengangguk lalu tersenyum. "Pasti"

Hm. Tidak buruk. Ia hanya terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak karena hidungnya.

AGENT-WON! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang