007. Cerita Lalu

0 0 0
                                    

"Lo inget ngga, dulu gue di tolak berapa kali sama Jey?"

"Ehem, gue inget, ada 35 kali kan. Kenapa? Lo masih kesel sama cerita dulu?" jawab Anna setelah duduk di sampingku. Angin malam masuk bebas karena jendela kamar ku buka lebar.

Aku berdiri, mendekat ke arah jendela dan menatap dunia luar.

***

8 November 2021

"Happy birthday to you.... Happy birthday to you, happy birthday to Ajey, happy birthday Ajeyy....."

Lilin lilit yang berdiri tegak di atas kue tart padam setelah di tiup. Aku paham bagaimana perasaan senang Jey saat ini, tapi juga canggung dan enggan menatapku. Di tengah keramaian keluarga aku hanya tersenyum tipis.

"AJEY!!! Tessa mau kue nya!!! Tesa juga mau tiup lilin jugaa AAAA!!!!"

Mendengar teriakkan Tessa semua tawa keluarga ini pecah, aku pun ikut tertawa lepas, dan akhirnya kembali terhenti ketika melakukan eye contacts dengan Jey. 

"Kak Laras, aku ke kamar dulu ya," bisikku di tengah tawa.

---

"Astaga, bodoh banget si gue, kenapa lepas kendali lagi sihh!!! Dalam 3 bulan ini gue nyatain 30 kali?"

Aku menggerutu pada diriku sendiri. Aku merasa malu, dimana diriku yang dulu? Huft!!

"Nih, gue sisain buat Lo."

Aku menoleh kemudian langsung menunduk dan menutup wajah.

"Kenapa? Ngga suka kue? Bukannya paling doyan sama kue tart ya?"

"Ngga, udah ngga, abisin aja."

"Lo kenapa si? Oh iya, makasih ya kadonya, tapi maaf kalo nggak aku pake, aku kasih mama aja ya?"

"Loh? Kenapa? Nggak suka?"

"Kamu salah pilih parfum, Ret, itu parfum cewek. Yakali gue pake, yang ada dikira abis ngapain."

Aku  membatin, "Apa dia ngga sadar kalo tadi gue nyatain lagi? Kok santai banget? Apa jangan-jangan pernyataan gue dari 29 kali  sebelumnya juga nggak sadar?"

***

"Tunggu-tunggu!!! Gue belum pernah nanya ini ke Lo kan, Re? Gimana Lo nyatain perasaan Lo ke Jey dulu?" Anna memotong ceritaku. Aku menghela napas sabar, kemudian berbalik badan dan menyender di pinggir jendela.

"Ya gue cuma bilang 'Ini yang gue suka dari Lo, gue suka cara Lo yang ini itu, gue sayang sama Lo'. Gitu sih pa-"

"Lo nggak denger penolakan langsung dari Jey?!! Pantes 30 kali nyatain ngga sadar sama perasaan Lo!! Kenapa gue baru tanya ini sekarang astaga!!!" heboh Anna.

Aku menekuk alisku, mencerna kalimat Anna.

"Jadi, selama itu gue salting sendirian? Parno sendirian gitu, Na?"

" Ya iyalah. Lo mah, polos bangettt. Terus kalo yang lima pernyataan dari Lo lagi gimana?"

Aku menetralkan tubuhku kembali, menatap lagi Duni luar dengan angin menerpa menyambutku lembut. Aku suka seperti ini!

***

10 Maret 2022

"Jey!!! Gue suka sama Lo! Gue Cinta sama Lo, makanya Gue khawatir Lo dapat cewek yang salah lagi!!!"

Aku menangis di bawah hujan ini. Saat ini Aku dan Jey sedang bertengkar  hebat.

Jey terdiam mendengar kalimat ku tadi. Kedua tangannya yang bertengger, mencekal bahu ku kuat mulai ia jauhkan.

Aku menangis di tengah jalan ini, menatap Jey mulai mundur menjauh dariku.

"Tapi nggak seharusnya Lo ngerusak setiap hubungan gue sama mereka di depan mereka, Ret!! Lo egois, nggak mikirin perasaan dan hidup Gue. Pantes aja Lo selalu ngejauhin orang-orang yang gue suka. Biar apa?! Supaya hanya ada Lo di hidup Gue?!!"

Jey meninggalkan ku sendiri di bawah hujan, setelah hari ini, kita tidak pernah berkomunikasi lebih selain berpura-pura menyapa saat di hadapan keluarga.

***

"Itu ke tiga puluh lima kalinya gue nyatain perasaan sama Jey, dan mungkin itu pertama kalinya dia sadar ya, Na?"

Anna mengangguk pelan.

"Kenapa Lo nggak cerita ini sebelumnya ke gue, Re?"

"Ya, karena gue udah mulai sadar, Na, gue nggak bisa milikin dia. Gue pikir, mengulang cerita hari itu sama Lo, gue nggak akan bisa melepas hidup gue lagi buat lebih maju."

"Tapi Lo udah tahu kenapa Jey nolak Lo?"

Aku menutup jendela, melangkah dan menata diriku di atas kasur untuk tidur. Anna hanya mengekor, memahami diriku.

"Lo harus tahu jawabannya dulu, Re,"

"Gue udah tahu kok, dia nolak gue karena emang nggak suka sama gue. Kita punya perasaan yang berbeda, dan gue bukan tipenya."

"Em oke, silahkan tidur Re, tapi gue yakin bukan itu alasannya."

klik

Kamarku sudah menggelap.

***

"Iya-iya, Bapak Denan!!! Saya sedang menuju ke rumah klien kok. Saya pastikan kali ini selesai menangani klien. Dengan sempurna, tepat waktu, dan memuaskan, pastinya klien merasa terbantu. Iya-iya, A–"

Bruk

"Maaf, mba, saya ngga se–Retha?"

Itu Jey, cepat-cepat aku mengalihkan pandangan membersihkan kemejaku yang terkena tumpahan kopi.

"Tidak apa," Aku kembali melanjutkan jalanku memasuki gang kecil.

***

"Ya benar Anton, terbangkan layangan mu setinggi-tingginya!!! Huuu!" Aku berteriak ikut senang  melihat reaksi girang Anton–klien kecilku yang berumur 9 tahun.

Kita bermain layangan di atap rumahnya yang luas. Angin di sini sangat sejuk dan segar. Aku tidak mengira Rumah yang ku datangi akan seluas dan senyaman ini setelah melewati gang kecil di depan.

"Kak Retha mau coba?!" teriaknya sambil berlari menuju kearah ku.

"Kak Retha nggak bisa Anton, tapi gimana? kamu udah mulai lega kan?"

Anton tersenyum lebar, dia menarik tanganku untuk ikut mengontrol terbangnya layangan.

"Terima kasih ya Kak Retha, semoga saja Mama dan Papa yang di atas juga bisa tahu kalau itu layanganku. Aku bisa ikut dengan mereka melalu ini."

"Iya Anton, mereka juga pasti tahu, mereka akan senang jika dikunjungi Anton yang terbang tinggi tepat di samping mereka. Mereka akan senang jika  melihat  Anton senang juga!" ucapku semangat.

Kita bermain senang tanpa memikirkan masalah lain, akupun ikut terbawa. Aku senang sekali dengan pekerjaan ini, psikolog yang mau bekerja di lapangan ikut merasakan apa yang mereka rasakan dan mengatasi masalah mereka yang tanpa sadar juga mengatasi masalahku sendiri.

Dan ya, tanpa ku sadari pula, seseorang memperhatikan dari bawah.

***

gimana guys?
semoga bisa paham sama ceritanya yaa(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)


J&RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang