008. Kembali Ceroboh

0 0 0
                                    

~Mesin waktu memang ada, hanya saja apakah kita paham atau tidak ketika mesin waktu tiba.~

Sudah dua puluh menit kita duduk berhadapan, seisi cafe ini cukup ramai tapi tidak dengan kita. Belum ada satu kata yang keluar, belum ada makanan yang kita santap.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Aku mendongak, akhirnya dia memulai perbincangan. Aku mengangguk pelan, "Em, baik-baik saja."

"Sudah lama kita tidak bertemu lagi, bagaimana kabar Jey?"

"Sepertinya baik,"

Aku bingung harus menjawab apa, tiga tahun sudah berlalu setelah aku menolaknya sekarang kita bertemu tiba-tiba. Aku merasa begitu canggung dan bersalah kepadanya.

Singkat cerita,
Dia adalah Ren, Reninda Ardenta, teman kuliahku. Dia yang membantuku dari awal hingga akhir kelulusanku, dia selalu ada di sisiku jika aku ada masalah kuliah. Dia teman dekatku waktu kuliah dulu, dia mengenal baik diriku.

Aku menolaknya ketika dia menyatakan perasaannya tepat di hari kelulusan kita. Dia mengutarakan semuanya dengan tulus, namun, aku malah menolaknya begitu saja.

Aku pikir, masih ada kesempatanku untuk memiliki Jey, dan aku pikir juga dia tahu betul kenapa aku menolaknya. Setelah hari itu, dia mulai menjauh dan akhirnya kita lost contact . Heh, ternyata aku salah, seharusnya aku yang memberinya kesempatan untuk berada di sampingku saat itu.

"Kamu masih sama seperti awal kita bertemu, Re, harus ditarik dulu baru bisa ngobrol." Dia kembali membuka topik pembicaraan.

Aku tersenyum tipis, "Maaf," balasku.

"Untuk apa?"

"Untuk saat itu, sepertinya aku terlalu kejam,"

Dia meminum kopi hitamnya, "Tidak masalah, aku mengerti dan akan ku coba lagi."

Aku membuka mataku lebar, terkejut mendengar kata 'akan ku coba lagi'.

"Hem, harus begitu terkejut mendengar ini? Maaf jika begitu mengejutkanmu, tapi ya, aku memang akan mencoba kembali, Re."

"Aku hilang begitu saja bukan berarti aku menyerah. Tolong beri aku kesempatan sekali lagi, Re, ketika waktunya sudah pas, aku akan bertanya kembali dan kamu boleh memilih lagi. Aku akan terima apapun nantinya."

Lagu lama yang berjudul 'Kesempatan Kedua' yang dinyanyikan di dalam cafe ini membuatku semakin bingung harus menjawab apa. Sepertinya keadaan sekitar begitu mendukung.

Aku mencoba mengangguk, "Emm, silahkan Ren, tapi maaf jika aku akan mengecewakanmu. Aku masih belum..."

"Aku paham, Re, Jey masih ada dipikiran mu. Tapi kamu juga harus mencoba untuk melupakannya, dia sudah berkeluarga, sudah hidup bahagia. Dan kamu juga harus berbahagia dalam hidupmu. Aku akan membantumu, Re."

***

Ku tutup pintu rumah dan langsung ku kunci. Tanpa kusadari, aku menuruti perintah Ren untuk mengunci pintu ketika sendirian. Aku sudah menghabiskan sore ku bersamanya, mengulik kembali hal-hal menyenangkan seperti dulu dan itu tidak terlalu buruk.

Sepertinya mesin waktu memang ada.

Dering telepon berbunyi, itu panggilan dari Kak Oni.

"Ya, hallo Kak, ada apa?"

"Besok kamu senggang? Kalau iya ke rumah Kaka yah, bantu nyiapin pesta ulang tahun Tessa."

"Em, akan ku coba kak."

"Oke terima kasih adikku, Kaka tutup dulu ya..."
Tut—

UPS!!

"Oyy!!! Kenapa nggak pikir panjang sih Retha!!! Pasti akan ada Jey dan keluarga kecilnya di sana. Kamu belum siap seluruhnya. Astaga!"

J&RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang