4 : Jadi Beban Pikiran

1K 106 4
                                    

Setelah perpisahan yang terjadi begitu cepat, Boboiboy merasakan kehampaan yang membelenggunya, merayap dalam gelisah dan ketidaknyamanan yang tidak dapat diabaikan. Hatinya terluka dan tergores oleh kehilangan yang mendadak, meninggalkannya dalam keadaan bingung dan penuh dengan pertanyaan yang tak terjawab.

Di kesunyian remang-remang, Boboiboy merenungkan perasaannya yang bergejolak. Dia merasa benar-benar sendirian tanpa kehadiran Reverse yang telah lama menjadi teman setia dan penopangnya.

Ada kerinduan yang mendalam dalam dirinya, kerinduan akan kehangatan dan pemahaman yang hanya Reverse yang bisa memberikannya meskipun dengan cara yang sangat kejam.

Dan semua itu berakhir begitu saja karena penolakan singkat Boboiboy – sifat kebijaksanaan berkaratnya keluar begitu saja ketika mereka berargumen.

Dia pun merasa ada yang hilang pada bagian dirinya. Ada yang hampa.

Karena perasaan kehilangan itulah Boboiboy memutuskan keluar dari sarangnya, berharap bisa bertemu siapa pun untuk diajak berbincang dan juga berjalan-jalan di lorong stasiun TAPOPS dengan niat ke kantin untuk mencari makanan yang layak selain apa yang alien Mop antarkan untuknya.

Dia merasakan sedikit kebebasan setelah berpijak ke luar. Menghabiskan berhari-hari di dalam ruangan terisolasi terasa seperti sebuah penjara, lebih buruk daripada kamar kadet  yang ditempatinya selama ini.

Di tengah perjalanan, Boboiboy bertemu dengan teman-temannya yang selama ini setia dan telah melewati banyak petualangan sebagai tim dalam menjaga perdamaian galaksi.

Keadaan mereka tampaknya masih tidak bagus. Gopal, Yaya maupun Ying masih memiliki banyak perban maupun plaster yang membebat bagian tertentu di tubuh mereka.

Sempat bertarung dengan batin, Boboiboy memutuskan menyapa mereka. "Hai, teman-teman..." dia melambaikan tangan dengan senyum cerah alami, berjalan mendekat ke arah tiga orang tersebut.

Tiga kepala menoleh pada Boboiboy. Tak ada yang mereka katakan, hanya raut canggung yang mencoba menghindar.

"O-oh, hai, Boboiboy..." Yaya yang menyapa balik.

Ying hanya melambaikan tangan, begitupun Gopal yang cengengesan tak jelas. Lalu, laki-laki tambun itu menyeret Ying maupun Yaya menjauh dengan alasan mereka ingin kembali ke ruang istirahat untuk pengecekan, padahal jelas-jelas mereka sedang mencoba melangkah ke kantin tadi.

Boboiboy hanya tersenyum kosong saat ditinggalkan, sadar betul apa yang mereka rasakan. Mau bagaimanapun, penyerangan tak sengaja yang ia lakukan kali ini pasti membuat trauma yang sangat dalam pada ketiganya. Dia telah menyerang mereka habis-habisan tanpa ampun. Dia tidak bisa mencegat perasaan takut yang muncul sebagai akibat naluri pertahanan mereka.

'Mereka pasti mengalami guncangan mental karena seranganku...' pikir Boboiboy dengan sedih, sambil mencoba menengkan diri dan rasa bersalah.

Dengan hati yang berat, Boboiboy memilih untuk berjalan menuju perpustakaan TAPOPS yang selalu menjadi minat singgah terakhir orang-orang, yang artinya: perpustakaan adalah tempat paling tenang di antara deret menjulang buku-buku ilmu pengetahuan yang berdebu. Ia tidak lagi merasakan keinginan untuk merasakan hidangan lezat di kafetaria, meskipun aroma menggugah selera masih terasa menguar dari balik etalase kaca.

Suara langkah kakinya menggema di lorong-lorong sunyi, menciptakan melodi keheningan yang menenangkan.

Sesampainya di perpustakaan, Boboiboy merasakan atmosfer yang tenang dan damai. Barisan rak-rak buku menjulang tinggi di sekelilingnya, menyimpan harta karun pengetahuan dari berbagai era dan galaksi. Cahaya redup yang lembut dari jendela-jendela besar memancar, memberikan nuansa magis yang mengelilingi ruangan itu.

Cruel 『Reverse & Boboiboy』 ( ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang