THE ONLY ONE LOVE BAB 13: I KNOW I AM SUCH A COWARD

70 7 0
                                    

Aku tiba di basemen apartemen saat matahari sudah tergelincir ke Barat, sisa cahayanya seperti tumpahan cat di atas permukaan aspal pekat. Rupanya lari beberapa putaran di area Gelora Bung Karno tak juga membuat isi kepala senyap, hanya tubuh yang terasa kian lelah dan hati yang dikuasai amarah. Ketika lift membawaku ke lantai tujuan, aku bersusah payah menata perasaan. Namun saat pintu apartemen terbuka dan aroma lavender menyerbu indera penciuman, yang ingin kulakukan hanyalah meneriakinya dengan segala makian.

Rizal berdiri di tengah ruangan dengan ponsel menempel pada telinga, tirai-tirai masih terbuka, menamplikan langit Jakarta dari balik jendela kaca. Matanya segera tertuju padaku, dan aku bisa melihat kekhawatiran berganti dengan perasaan lega entah mengapa. Saat aku berjalan menuju lemari es untuk meraih sebotol air dingin, terdengar ia mengakhiri percakapan entah dengan siapa.

Membiarkan dinginnya air membasahi kerongkonganku, saat itu lah Rizal bersuara, "Boleh tahu kamunya dari mana, Bi?"

"Kenapa memangnya? Kamu nggak lagi berpikir kalau aku mencoba kabur dengan bawa harta kamu, kan, Zal?" mendengus menatapnya, dan ia tak berusaha menutup-nutupi keterkejutan di wajahnya.

Kemudian terlihat kalau ia menghela napas, dan kuacungi jempol kalau Rizal masih bisa tenang menghadapi ucapan barusan. "Kamu nggak ada saat aku bangun tidur, Thinkerbell. Hp pun nggak kamu bawa. Jadi aku reach out Adel dan Vika melalui Instagram."

"Kenapa?"

"Kamu pikir kenapa?" Ia tampak bingung, dan aku langsung mundur satu langkah saat tangan ini hendak diraihnya, membuat Rizal tertegun di tempat karena penolakan barusan.

Matanya mengunciku seolah ia tengah mencerna apa yang tengah terjadi di antara kami saat ini, dan aku yang tak betah berlama-lama ditatapnya seperti itu memilih untuk memutus kontak mata dengan menenggak minuman sampai habis sebelum memilih memberitahunya kemana aku pergi. "Aku lari di GBK." Dan pandangan Rizal mengikuti arah botol yang kulempar ke tong sampah sebelum kembali fokus padaku.

"Is there something wrong, Bi?"

Saat lari tadi, sudah kususun deret kalimat yang siap dilontarkan untuk menuntut jawaban perihal siapa wanita itu serta bagaimana perasaannya saat ini. Logika dan hatiku hanya tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia masih dengan sukarela menyimpan gambar kebersamaan mereka, jika bukan karena masih ada cinta, aku tak bisa menemukan alasan lain atas perbuatannya tersebut. Namun, menghadapi Rizal langsung seperti ini tak semudah yang dibayangkan, bahkan semua skenario yang kubuat di kepala ikut lesap terbawa cahaya matahari yang sudah benar-benar terlibas gelap. Jadi, yang bisa kulakukan adalah berkata sedingin mungkin sebelum beranjak dari hadapnnya.

"Aku mau bersih-bersih sebelum masak makan malam." Jeda sejenak, "Itu pun kalau kamu masih sudi makan masakanku."

Nasi goreng kencur yang terlintas di benakku untuk kumasak malam ini, jadi di jam berikutnya aku menyantap makananku dalam diam sementara Rizal terang-terangan berusaha mencairkan suasana dengan banyak bercerita yang sesekali kutanggapi dengan gumaman atau sakadar anggukan. Kali ini dia dengan sukarela menceritakan perjalanannya ke Karawang dua hari lalu, konon setelah menyelesaikan segala tetek bengek pekerjaan yang mengharuskan dia berkunjung ke Kota Pangkal Perjuangan tersebut, ia membawa dua rekan satu timnya melipir ke Cilamaya hanya untuk menyantap Bubur Cilamaya yang dia kangenin banget. Konon, menyantap bubur dengan kuah kecap bersama kerupuk mie kuning yang menjadi ciri khasnya itu lebih nikmat di santap langsung di tempat asalnya, sampai-sampai ia rela berbagi informasi tersebut kepada Bapak melalui sambungan video call, membuat mertuka itu minta diajak

“Pokoknya nanti aku akan ajak kamu ke sana juga, ya, Bi. Dan akunya jamin kamu akan ketagihan banget.” 

Mengangkat wajah untuk menatapnya yang duduk di seberang meja, aku mendapati ia tengah tersenyum lebar yang malah membuatku menghela napas panjang jengkel. Karena, bayangan kebersamaannya dengan Harumi langsung berkelebatan dalam benak ketika melihat senyumnya itu. Jadi, aku memilih tak menanggapi dengan kembali kembali fokus pada makanan saja. Seolah mengerti keenggananku untuk menanggapinya, Rizal pun menyerah. Selanjutnya kami pun melewati sisa makan malam dalam diam. 

__________________________

Cerita lengkap dari Bab ini bisa kamu baca di sini,  ya.

https://karyakarsa.com/RianiSuhandi/the-only-one-love-bab-13-i-know-i-am-such-a-coward

Di KaryaKarsa setiap bab yang diunggah akan lebih lengkap dan panjang dari yang kuunggah di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di KaryaKarsa setiap bab yang diunggah akan lebih lengkap dan panjang dari yang kuunggah di sini.
Di karyaKarsa pun cerita ini sudah memasuki Bab 22.
Jadi, kalau kamu nggak sabaran dan pengin cepat-cepat baca, sila meluncur ke akun KaryaKarsa akunya, ya.

Dapat salam nih dari Ibu Arimbi di Bab 22

Jangan lupa tinggalin komen dan like-nya, yaaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa tinggalin komen dan like-nya, yaaaa.
Terima kasih, lho.

Terima kasih, lho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE ONLY ONE LOVE #LoveAbleSeries Book1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang