Ditantang seorang News Anchor terkenal untuk menikahinya membuat pengacara seksi Yummy Rizal Agiana pratama melepaskan masa lajang di usia 29 tahun. Namun, trauma masa lalu dan orang-orang dari masalalu membuat pernikahan Rizal dan Arimbi tidak semu...
Di usia enam tahun, aku membayangkan kelak akan menikahi Pangeran tampan seperti yang sering kulihat di film-film Disney, jatuh cinta dan merayakan pesta pernikahan dengan mengenakan gaun lebar yang cantik serta rambut tergelung ke atas. Ruangan dipenuh bunga mawar putih, dan kue pengantin tiga tingkat dihiasi sedemikian rupa. Pada akhirnya kami pun akan berbahagia selamanya sampai maut memisakan.
Namun, tiba-tiba saja datang gelombang pekat, meluluhlantakkan bayangan impian pernikahan yang selama satu tahun bertahta dalam imajinasi Arimbi kecil, menarikku pada kenyataan yang membuatku menyimpulkan satu pemahaman; tak peduli seindah apapun suatu hubungan berjalan, pernikahan yang seharusnya membahagiakan bisa berakhir dengan menakutkan. Tak peduli seberapa besar cinta yang diberikan, pada akhirnya bisa dengan mudah dihempaskan.
Kemudian... tak ada lagi angan-angan perihal hubungan atau bahkan pernikahan impian di masa depan, nyaliku kadung ciut membayangkan sebuah hubungan percintaan yang berlanjut pada pesta pernikahan impian malah menjadi gerbang menuju kesengsaraan. Dan hal tersebut bertahan bertahun-tahun lamanya, sampai Adimas datang dan memantik yang sudah terkubur lama meski tak bertahan lama.
Jadi hari itu, jauh setelahnya, pada Sabtu malam, saat aku mendapatkan sebuah pertanyaan, "Lo pengin resepsi pernikahan kita nanti kayak gimana, Thinkerbell?" aku sama sekali tak memiliki jawaban.
Itu Rizal, dan kami tengah menyantap Nasi Goreng Menteng Armem setelah antre hampir satu jam untuk bisa makan ditempat, di pinggir jalan, beratapkan langit gelap. Beberapa hari pasca lamaran,dia datang ke rumah dengan penampilan casual, kaus abu-abu berpadu jean, pamitpada Ayah untuk mengajakku makan nasi goreng yang sejak kembali ke Jakartamenjadi langganannya dan kebetulan favoritku juga. Dan... kamu tahu? Makanan yang tengah kukunyah mendadak kehilangan rasa sebelum tersangkut di kerongkongan.Aku bahkan harus berdehem satu kali untuk mengenyahkan gumpalan itu sebelummenjawab pertanyaan barusan. Menggeleng, "Gue nggak tahu, Zal." Kami bertukarpandang. "Gue nggak pernah mikirin itu."
Rizal bergeming, matanya menyuarakan antara keterkejutan juga banyak pertanyaan namun kemudian senyum itu muncul dibarengi dengan anggukan pengertian. Sembari menyantap makanannya, dia mengutarakan keinginan perihal pesta pernikahan. Rizal rupanya lebih menyukai pesta yang intim, dihadiri tak lebih dari lima puluh orang. Namun, mengingat latar belakangnya yang berasal dari keluarga besar, itu agak sulit diwujudkan. "Nggak apa-apa, kan, kalau kita mengundang agak banyak orang, Bi? Tapi gue janji nggak sampai ribuan, kok." Ia nyengir lebar dan aku mengangguk menyetujui sembari membuat list dalam kepala siapa saja yang kelak akan kuundang.
"It's okay, Zal. Dan Ayah pasti senang banget kalau kita pakai adat Sunda."
"Noted."
Senyumku menular pada Rizal.
Kemudian... lima bulan setelah dia melamarku secara tak resmi di gerai makanan cepat saji, pesta pernikahan dengan adat Sunda bertema garden party pun digelar. Bertempat di Sanggar De Batavia, hampir empat ratus tamu undangan hadir untuk menyaksikan aku dan Rizal menyatu dalam ikatan suci pernikahan. Tampaknya Tuhan sangat bermurah hati karena aku merasa semua urusan kami selalu dimudahkan. Bahkan untuk urusan tempat tinggal pun kami tak perlu kesusahan karena aku sepakat untuk diboyong Rizal ke apartemen milik Kak Intan dan suami bulenya yang sudah Rizal tempati sejak kepulangannya dari Norwegia.
"Ini untuk sementara aja, kok, Bi. Sampai rumah selesai direnovasi. Nggak apa-apa, ya?" Itu yang dia katakana dalam suatu percakapan sebelum kami menikah. Tentu banyak hal yang harus dibicarakan salah satunya tempat tinggal setelah resepsi pernikahan.
"Tapi gue harus make sure satu hal, boleh?"
"Boleh, dong. Apa yang mau lo tahu, Thinkerbell?"
Menatapnya penasaran, "Kak Intan nggak keberatan kalau kita—" menggeleng, "Gue ikut tiggal di sana?"
____________________________
Cerita lengkap dari Bab ini bisa dibaca di akun KaryaKarsa akunya, ya. DI sana jauh lebih panjang pastinya.
Sekali klik link ini, kamu sudah bisa bertemu dengan mereka di sana.
DI KaryaKarsa cerita ini sudah sampai Bab 20, dan bab 20 ini tuh Rizal gemesin juga ngeselin pokoknya. Kalau kata Arimbi mah kelakuan Rizal yang kayak gitu tuh norak banget, untung ganteng sih :D
Oh iya, nanti di bawah aku mau kasih lihat bocoran chat si Bapak Brewok sama Ibu Arimbi, ya.
Oh satu lagi! Di bab ini juga Ada yang mengaku cemburu tuuuuuh. :D
Kamu komen dan Vote, dong. Biar akunya semangat.
Selamat membaca, ya. Selamat jatuh cinta.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.