THE ONLY ONE LOVE BAB 16: MY HUSBAND EX

87 5 0
                                    

Pagi ini aku masih siaran bersama Ario Bayu, bersikap seprofeisonal mungkin di depan kamera dan teman-teman lain termasuk Adel. Sama sepertiku, barangkali Ario Bayu pun berusaha keras untuk membuat apa yang terjadi kemarin malam tetap tertinggal di belakang tanpa ada seorang pun tahu kalau sebenarnya tensi di antara kami lebih tegang dari seharusnya.

Namun, Adel tetap lah Adel, dengan pengelihatannya dia mampu menyadari kalau telah terjadi sesuatu di antara kami berdua, sehingga usai siaran dia langsung mengajakku naik ke roof top dengan segelas teh panas di tangan masing-masing. Dan, terik matahari yang menyambut kami ketika tiba di atap rupanya tak menyurutkan niat Adel untuk segera mengonfrontasiku.

 Aku menduduki bangku kayu panjang di dekat pintu yang tadi kami lewati, membiarkan cerita semalam meluncur begitu saja dari bibir ini sembari sesekali meniliki reaksi Adel yang kemudian memilih bergabung bersamaku ketika cerita berakhir.

Terdengar helaan napasnya, pandangan Adel menyalang ke depan, pada gedung-gedung tinggi di kejauhan yang diselimuti kabut polusi, ia seolah tengah mereka ulang adeganku bersama Ario Bayu malam lalu dalam kepalanya itu sebelum berujar. “Ya ampun, poor Ario Bayu.”

Menghirup aroma melati dan teh yang menguar dari paper glass di tangan, aku berkata, “Hubungan kita bakal balik kayak dulu lagi nggak, ya, Del?”

Mengangguk tegas, ia menatapku, “Harus dong!” ada keyakinan dalam suaranya, namun melihatku hanya bergeming karena keraguan yang tiba-tiba menyerang, ia pun tersenyum lembut sembari merangkul pundakku, “Mungkin memang nggak dalam waktu dekat ini, Bi. Tapi, guenya yakin kalau dia juga nggak pengin lama-lama canggung-canggungan kayak gini sama lo.” Ia menambahkan, “Evertything takes time, doesn’t it?

Anehnya aku lebih yakin, makadari itu kali ini aku mengangguk dan tersenyum, mengamini ucapannya diam-diam sembari menyesap teh tawarku lagi. Baru saja cairan pekat itu membasahi kerongkongan, dia malah mengucapkan sesuatu yang membuatku nyaris tersedak.

“Jadi, elonya nangis karena masalah ini atau ada hal lain yang nggak gue tahu, nih?”

Menatapnya horor, “Lo bukan cenayang kan, Del?!” 

 Pekikanku ditanggapinya dengan ledakan tawa, “Yakali, Bi. Pagi-pagi buta lo sampai di kantor dengan mata nyaris sebesar bola pimpong. Siapa pun itu yang lihat pasti langsung ngeuh kalau lo habis nangis semalaman entah karena apaan tahu.” Tandasnya, “Jadi… elonya kenapa?”

Aku mengerang sebal, barangkali aku memang setransparan itu di mata Adel. Jadi, setelah menandaskan minumanku dan meremas gelas kertas di tangan untuk dibuang pada tong sampah, aku menggandengnya untuk kembali turun, mau tak mau kuceritakan apa yang terjadi antara aku dan Rizal semalam lengkap dengan pengakuan lelaki itu yang mengatakan kalau cintanya pada Harumi sudah lama mati.

 “Terus apa yang lo takutin, Sayangku?” Lift mulai bergerak turun pasca Adel memijat tombol pada lantai tujuan, “Bukannya udah jelas, ya, kalau mereka cuma sahabatan?” Adel menanggapi setelah kuungkapan kalau ketakutan tetap saja bercokol di hati meski telah mengetahui kalau mereka berdua hanya bersahabat.

 “Del, kita sama-sama tahu kalau cewek dan cowok tuh nggak mungkin bisa sekadar sahabatan, salah satunya pasti ada yang terbawa perasaan. Contohnya gue dan Ario.” 

“Lo yakin cuma karena itu?”

Aku berkerut kening, “Maksud lo?”

Menatapku lekat, “Lo takut bukan karena cewek itu Harumi, kan, Bi?”

Dan suaraku hilang jatuh ke dasar bumi, semakin kumencari semakin terasa jauh jawaban itu, sehingga memalingkan wajah adalah satu-satunya jalan untuk menghindari tatapan Adel yang selain dipenuhi rasa penasaran juga kekhawatiran.

Saat itu lah pintu lift terbuka, dua orang masuk dan menyapa kami, mereka akan turun dua lantai setelah ini, meski begitu aku tetap bernapas lega karena pertanyaan Adel barusan tak harus lekas kujawab. Saat kemudian kami kembali hanya tinggal berdua, kukira dia akan segera menagih jawaban, namun Adel malah menggelontorkan pernyataan yang membuatku nyaris terjungkal ke belakang.

“Gue rasa elonya cinta Rizal, deh, Bi.” 

“Apaan sih, Del?! Suka ngaco nih kalau ngomong.” Sangkalku.

“Ya Tuhan, Arimbi! Masih aja denial, ih!” Adel gemas sendiri.

“Coba beritahu gue alasan kenapa lo sampai berpikir kalau gue mencintai Rizal.”

 “Ya tentu aja saat ini lo tuh lagi cemburu dengan kedekatan Rizal dan Harumi, makadari itu lo ketakutan kalau salah satu dari mereka ada yang terbawa perasaan sama kayak Ario yang diam-diam naksir lo padahal lo berdua selama ini sahabatan.” Jelas Adel panjang lebar, “Oke lah Rizal bilang kalau he doesn’t love her, tapi hati kecil lo menolak percaya, kan? Karena apa? Karena lo cemburu! Dan kenapa lo cemburu? Ya karena elonya cinta Rizal!

Tawaku lolos begitu saja mendengar segala teori Adel barusan, membuat dahinya sukses berkerut-kerut mendapati reaksiku. Bahkan pinggang ini sampai harus dicubitnya untuk bisa membuat tawaku lesap. 

 “Jujur, ya, Del—” mengatur napas yang nyaris habis karena menertawai teori asal-asalan Adel, “Kayaknya alasan Harumi lebih masuk akal deh daripada segala teori lo barusan.”

“Jadi lo mengakui nih kalau salah satu alasan ketakutan lo adalah karena cewek yang sahabatan sama Rizal ini Harumi?”

__________________

Jadi Arimbi cinta sama Rizal atau kayak gimana sih?
Kelanjutan Bab ini bisa kamu baca di KaryaKarsa, ya, karena hanya di sana aku mengunggah ini dengan lengkap.

Oh iya, di KaryaKarsa cerita Arimbi dan Rizal tuh sudah sampai Bab 24, lho.
Kalau kamu pengin cepat2 baca cerita ini, baca di KaryaKarsa, yaaaaa.
Di KaryaKarsa, setiap Bab yang diunggah jauh lebih panjang dan lengkap dibanding di sini.

Ini aku beri bocoran bab 24

Ini aku beri bocoran bab 24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE ONLY ONE LOVE #LoveAbleSeries Book1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang