THE ONLY ONE LOVE BAB 6 :RIZAL AGIANA PRATAMA SALIM

83 9 0
                                    

Saat menuliskan nama Rizal Agiana Pratama di mesin pencarian malam itu, dan muncul segala informasi tentangnya, ada satu pertanyaan yang terlintas di kepalaku, yaitu; seperti apa gerangan wanita yang sudah melahirkan serta membesarkannya? Juga siapa perempuan yang cukup beruntung untuk dimiliki dan memilikinya? Mengingat kalau Tuhan sudah royal sekali menghadiahi kesempuarnaan hidup pada sosok jangkung yang entah kenapa malah Tuhan munculkan malam itu di tengah-tengah kami.

Ia berdiri dengan percaya diri dalam balutan batik lengan panjang dan celana hitam. Kakinya dibungkus sepatu kulit berwarna gelap, sementara mata coklat itu memindai kami satu persatu. "Boleh gabung, ya?"

Band wedding masih melakukan tugasnya, pengantin berbahagia di pelaminan, tamu undangan asyik menyantap hidangan, sementara kedua teman SMA-ku terang-terangan menatap Rizal dengan satu pertanyaan; siapa laki-laki yang aroma parfumnya menyapa indra...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Band wedding masih melakukan tugasnya, pengantin berbahagia di pelaminan, tamu undangan asyik menyantap hidangan, sementara kedua teman SMA-ku terang-terangan menatap Rizal dengan satu pertanyaan; siapa laki-laki yang aroma parfumnya menyapa indra penciuman dengan cara yang menyenangkan ini?

"Guys, ini Rizal, lho." Aku berinisiatif membuka suara, "Mantannya teman sebangku elo, Wind. Yang sering banget gangguin gue sampai-sampai gue digosipin pacaran sama dia dan gara-gara itu gue dilabrak teman sebangku lo itu." Tambahku lagi saat Windi dan Nadia masih diliputi kebingungan. Barangkali lelaki itu tak mereka kenali mengingat penampilannya sudah banyak berubah.

Rizal tergelak mendengar penjelasan barusan, sementara Windi akhirnya mengenali. "Oooh Rizal yang itu?" Matanya berbinar seolah baru saja mendengar kabar baik.

"Iya, ini Gue. Rizal yang itu." Melirikku sekilas, dan aku melihat kilat geli di matanya. "Apa kabar, Win?" mengeluarkan sebelah tangannya dari saku celana untuk diulurkan pada Windi.

"Baik dong. Lo sendiri apa kabar, Zal?" Balik menjabat Rizal.

Menyalami Nadia dan aku secara bergantian, Rizal menjawab. "Kabar gue selama inibaik. Alhamdulillah. Sampai tahu kenyataan kalau gue cuma diingat sebagai Rizal yang itu." Tatapannya bertemu denganku sekali lagi, dan aku mendengar kekehan lolos dari bibir Windi serta Nadia.

"Elo kok baru kelihatan lagi, Zal? Kemana aja, sih, selama ini?"

"Biasalah." Menggedigkan bahunya ringan. "Gue ada aja sebenarnya."

Biasalah versi Rizal itu yang seperti apa, ya? Kuliah hukum di Universitas favorit? Pernah magang dan bekerja di firma hukum kenamaan sebelum pindah haluan menjadi bagian dari kantor staf khusus presiden yang dilanjut mengampu S2 di Harvard Law School? Atau kembali ke Indonesia setelah menetap di Nowegia dan kini menjadi pengacara? Kalau biasalah versi Rizal seperti itu, aku ingin bersembunyi saja di balik tirai.

"You look good, dude, BTW." Nadia memuji tanpa ragu.

"As always, rite?" meski sebal mendengarnya, aku tetap setuju perihal itu.

Aku lupa siapa yang berinisiatif, kami kemudian saling bertukar kartu nama sebelum Windi pamit karena harus menjawab panggilan telepon di ponselnya, sementara Nadia berniat menemui Bunga sebelum bergegas pulang. Saat hanya tinggal berdua dengan Rizal, kuembuskan napas lega, dan hal tersebut tak luput dari perhatiannya.

THE ONLY ONE LOVE #LoveAbleSeries Book1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang