SCENE XXVI

50 5 0
                                    

Surabaya, Minggu 7 Juli tahun.......

"Mbak, Teti nonton video di rumah Bu Usman ya?" Teti berlari-lari masuk ke dalam rumah mencari kakaknya yang baru mulai menggosok pakaian.

"Hari ini lakonnya asyik, Mbak!" suara Teti memohon.

"Eh.... kau kok setiap hari nonton video toh, Tet!" Kata Dessy, "Jumat sudah nonton di rumah Wiwik, sekarang mau nonton lagi! jangan banyak-banyak nonton video, nanti matamu rusak!"

"Ah, nonton video kok matanya rusak? Banyak yang nonton setiap hari nggak apa-apa lho, Mbak!"

"Memakai mata terlalu lama untuk memandang terus ke satu arah itu tidak baik, Tet. itu mengakibatkan kelelahan. Ingat lho, mata tidak bisa diganti. Kalau rusak mau beli di toko tidak ada gantinya. Kalau kau sampai harus pakai kacamata karena terlalu sering nonton TV kan sayang. Matamu yang bagus akhirnya harus tertutup di balik kacamata."

Teti berdiri ragu-ragu. Ia sih tidak Ingin memakai kacamata tapi hatinya ingin sekali nonton video.

Dessy tersenyum melihat kebimbangan adiknya

"Aku sih hanya mengingatkan, Tet. Terserah kau sendiri mau nonton atau tidak." katanya.

"Sebentar saja ya, Mbak?" kata Teti berusaha berkompromi.

"Aku sih nggak keberatan kau mau nonton atau tidak, asal kau tahu apa risikonya."

"Iya deh, sekali ini saja. Besok nggak lagi." kata Teti.

"Oke. Mau nonton sampai jam berapa?"

"Siang pulang makan kok, Mbak. Nanti sehabis nonton, mungkin masih ngobrol dulu sama Bu Usman. Lihat Bu Usman merajut. Teti ingin bisa merajut juga, Mbak. Lucu-lucu lho mainan yang dibuat oleh Bu Usman. Ada anjing, ada kelinci, ada bebek!"

"Iya, lebih baik kau belajar sesuatu yang bermanfaat begitu daripada menghabiskan waktumu hanya dengan nonton video saja."

"Iya, Mbak. Teti pergi dulu ya?"

Gadis itu berlari keluar menyusul Lastri, putri Bu Usman yang sebaya dengannya.

Matahari bersinar terang benderang. Minggu pagi yang cerah. Dessy memandang ke luar jendela dan melihat tanamannya bersinar ceria. Subuh tadi di luar dugaan hujan turun-hanya sebentar saja-tapi itu pun cukup untuk menyegarkan tanaman-tanaman. Beberapa butir air masih tertinggal di atas dedaunan, berkilat-kilat ditimpa sinar mentari. Alangkah indahnya. Manusia terlalu sering disibukkan oleh keruwetannya sendiri sampai-sampai tidak lagi punya waktu dan perhatian untuk menikmati keindahan alami yang dikaruniakan Khalik Pencipta. Seandainya saja manusia itu berhenti sebentar dalam langkahnya sehari-hari untuk mereguk keindahan yang terdapat pada hal-hal yang sederhana, tentunya hatinya akan merasa lebih ringan dan pandangannya lebih positif.

Dessy meneruskan pekerjaannya menyeterika pakaian. Hari masih pagi, masih banyak waktu nanti untuk menyiapkan makan siang. Kakaknya baru akan pulang menjelang pukul dua belas. Sebenarnya Mas Bambang tadi tidak mau pergi karena takut meninggalkan Dessy tanpa penjagaan, tetapi teman-temannya datang dan mengabarkan bahwa ada masalah mendesak mengenai persiapan rencana darmawisata mereka ke Jawa Tengah yang harus segera diputuskan. Dan Bambang sebagai Ketua Dua dalam organisasinya harus hadir.

Dessy berdendang kecil sambil bekerja. Ia rindu pada orang tuanya, rindu pada adik bungsunya. Tak lama lagi mereka tentunya pulang dan rumah ini akan menjadi ramai dan hidup kembali. Moga-moga awan mendung yang menyelubungi kehidupannya sekarang cepat terangkat, dia sekali-kali tidak menghendaki ibu maupun adiknya ikut terancam bahaya gara-gara dirinya. Karena itu walaupun di satu pihak dia merindukan mereka, ia tidak mendorong agar mereka pulang lebih cepat. Justru dalam surat balasannya kepada ibunya ia menganjurkan agar mereka tinggal di sana sampai Ari betul-betul sembuh dan cukup sehat untuk melakukan perjalanan jauh.

MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO - S. MARA Gd.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang