SCENE IX

41 4 0
                                    

Perjalanan pulang diwarnai oleh lagu-lagu riang yang disuarakan oleh semua kecuali Taufik. Dessy yang kemauannya sudah dihormati dan dituruti oleh teman-temannya. memutuskan untuk melupakan insiden tadi pagi dan bergabung dalam gurawan dan nyanyian mereka. Dengan sedikit bangga Dessy menepuk dadanya sendiri di dalam hati _Ah..... kiranya mereka masih anak anak, belum matang, tidak seperti dirinya!_

Ternyata tak seorang pun menyesali keharusan mereka kembali ke Surabaya pada hari yang sama, tak seorang pun kecuali Taufik. Taufik yang merasa dirinya dikalahkan oleh teman-temannya, duduk membisu sambil merajuk. Hatinya merasa lebih panas lagi setelah melihat Dessy malah bergembira bersama yang lain.

Taufik juga marah kepada Kandar yang memutuskan untuk kembali hari ini. Tadinya ia bermaksud mendesak Kandar dan yang lain-lain untuk tetap bermalam di Tretes. Biarlah Dessy yang sok suci pulang sendiri kalau ia mau pulang. Biar tahu rasa. Tapi ternyata Kandar mempunyai rasa tanggung jawab yang lebih besar daripada dirinya. Dan Taufik merasa malu, malu pada dirinya sendiri dan malu pada Kandar.

Kandat mengatakan: "Aku kepala rombongan, Fik.... aku yang mengajak semua. Aku yang wajib memulangkan semua!"

Tak seorang pun dalam rombongan itu yang menyalahkan sikap Dessy bersikeras mau pulang. Mereka membayangkan bahwa orang tua mereka tentunya khawatir juga apabila mereka tidak pulang begitu saja tanpa memberi kabar. Tak seorang pun akhirnya mendukung ide Taufik. Dan Taufik merasa kecil, merasa disepelekan oleh teman-temannya, merasa dianggap tidak sportif.

Tadi sewaktu ia kembali seorang diri tanpa Dessy, Kandar menegurnya: "Kau seperti anak kecil saja, Fik! Sebagai laki-laki harus berjiwa besar. Kalau kalah ya ngaku kalah. Kok ngambek secara tidak sportif begini. Apalagi kamu menghadapi cewek. Lumrah kan kalau kita yang laki-laki ini mengalah sama cewek?"

Merah padam wajah Taufik mendapat teguran itu di depan teman-temannya-walaupun pada saat itu Dessy tidak ada. Sejak waktu itu ia tidak lagi membuka mulutnya. Bahkan dengan Iwan sahabatnya sendiri pun dia tidak mau berbicara.

Sekarang duduk di tengah bangku terakhir mini bus yang melaju ke Surabaya ini, Taufik merasa tersiksa. Ia telah dibuat malu hari ini, dibuat malu oleh seorang gadis. Dia harus bisa membalas!

Dan sepanjang perjalanan pulang ini Taufik mencari akal bagaimana caranya ia bisa membalas Dessy, bisa membuat gadis ini bertekuk lutut menyembah kakinya!

_***_

Begitu Dessy turun dari mobil di depan rumahnya, pintu rumah sudah terbuka dan adiknya -Teti- keluar menjemputnya.

"Mana oleh-olehnya, Mbak?" tanya Teti.

Sambil melambaikan tangannya kepada teman-temannya yang masih ada di dalam mobil, Dessy menggandeng adiknya masuk.

"Hari ini sepi, di stand oleh-oleh tidak ada yang berjualan."

"Jadi tidak bawa oleh-oleh ?" tanya Teti kecewa.

"Apa coba oleh-oleh khas dari Tretes?" tanya kakaknya.

"Tetel ketan!"

"Kalau besok Mbak buatkan, bagaimana?"

"Dengan kuah srikayanya sekali, Mbak?"

"Ya, dengan kuah srikaya."

"Mau, Mbak!"

Sambil tertawa mereka masuk ke belakang.

"Mas, aku sudah pulang!" teriak Dessy sambil mencari kakaknya.

"Iya.... Aku masih mandi!" sahut Bambang.

"Apa lauk kita untuk makan malam?" tanya Dessy pada adiknya, "Lodehnya masih ada?"

MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO - S. MARA Gd.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang