SCENE XXX

39 4 0
                                    

Gozali duduk membisu di boncengan Bambang yang sudah melajukan kendaraannya keluar dari kawasan industri Rungkut. Otaknya bekerja keras. Tadi ada sesuatu yang sempat menimbulkan tanda alarm di kepalanya, tadi sewaktu berbicara dengan Yusman Rasidi di kantornya. Tapi apakah itu? Gozali tidak tahu.

Keterkejutan Yusman tampaknya tulen, tidak dibuat-buat. Gozali yakin akan hal ini. Ia selalu punya indria keenam yang peka terhadap keterangan dan reaksi yang palsu. Entah dari mana ia memperoleh bakat ini, tetapi bakat ini ternyata sangat efektif. Dan dari pengalamannya Gozali sudah tahu bahwa ia bisa mengandalkan indria keenamnya sepenuhnya.

Kalau Yusman Rasidi tidak berbohong mengenai mobil pickup biru itu, mengapa ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam pembicaraan mereka tadi? Apanya yang tidak beres? Menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Yusman Rasidi cukup spontan dan juiur, sama sekali tidak menimbulkan sikap atau kesan yang mencurigakan. Gozali percava bahwa direktur utama ini tidak tahu menahu tentang terlibat atau tidaknya pickup biru perusahaan itu dalam kasus kejahatan. Sekarang apa yang bisa diperbuatnya hanyalah menunggu. Kalau Yusman Rasidi memang tidak punya rahasia yang perlu disembunyikan, dia pasti akan mencarikan informasi yang lengkap mengenai pickup biru itu.

Sementara menunggu kabar dari direktur utama PT Melki ini, Gozali dan Bambang memutuskan untuk mengunjungi kedua alamat yang lain yang didapatnya dari Peter Halliday. Siapa tahu pickup biru itu bukan milik PT Melki melainkan milik salah satu di antara kedua perusahaan itu.

Mereka baru tiba di tikungan untuk membelok kembali ke Surabaya ketika sebuah mobil putih dari belakang ngebut melewati mereka. Angin menyambar dan dengung tinggi mesin mobil mengagetkan Gozali. Ia mengangkat matanya dan sempat melihat bagian belakang kepala Yusman Rasidi yang mengemudikan mobil itu. Ditimpa sinar mentari sore hari yang mulai merendah ke ufuk barat, mobil itu tampak seperti seekor ikan silver yang berenang di antara ikan-ikan lainnya.

Gozali tersentak! Sedan yang berwarna silver! Bukankah sedan berwarna silver pula yang telah menubruk Dessy dan Teti?

Nalurinya saat itu segera memberikan aba-aba lewat lisannya; "Mbang, ikuti mobil putih itu!"

Bambang yang juga melihat Yusman Rasidi mengangguk. Segera ia mempercepat laju kendaraannya. Di tengah-tengah lalu lintas yang padat ternyata sepeda motor lebih lincah dan mudah dipacu daripada mobil. Sebentar saja mereka sudah membayangi mobil putih Yusman Rasidi.

"Jangan terlalu dekat. Aku tidak ingin dia melihat kita !" teriak Gozali melawan suara angin.

Bambang memperlambat kendaraannya, membiarkan mobil-mobil lain yang tadi berada di belakangnya, menyalip. Ia menjaga jarak tetapi tidak melepaskan pandangan matanya dari mobil putih yang bergerak gesit di depan.

Mobil ini terus membelok masuk Jalan Kutai, kemudian melaju di Jalan Mayjen Soengkono, dan memasuki daerah perumahan elit kota satelit Surabaya. Akhirnya ia berhenti di depan sebuah rumah.

Rumah ini masih belum selesai seluruhnya. Pagarnya masih baru sebagian ditancapkan. Halaman juga masih belum ditanami apa-apa.

Yusman Rasidi melompat keluar dari mobilnya dan naik ke beranda depan. Dia mengeluarkan dompet kuncinya dan membuka pintu. Di dalam rumah gelap karena rumah ini menghadap ke timur dan pukul setengah enam sore begini tidak ada sinar matahari lagi yang tersisa. Yusman menyalakan lampu.

Di dalam ruang tamu hanya ada seperangkat meja-kursi tamu. Perabotan yang lain masih belum ada, maklum rumah ini juga belum ada yang menempati.

Yusman berjalan ke belakang untuk memeriksa kebun di sana. Tukang rumput seharusnya hari Sabtu kemarin sudah menanami kebun belakang. Kemarin dia belum sempat memeriksanya.

Untuk sementara waktu Bambang dan Gozali kehilangan jejak mobil putih itu. Membayangi orang di daerah kota satelit tanpa menimbulkan kecurigaan orang yang dikuntit bukanlah pekerjaan yang mudah. Di kota satelit, kendaraan lebih lengang dan jalan-jalan banyak dibagi dalam blok-blok.

MISTERI PEMBUNUHAN DI KAKEK BODO - S. MARA Gd.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang