BAB 1

28.5K 1.3K 9
                                    

Kesempatan tidak datang dua kali.
Maka manfaatkan kesempatan itu dengan baik.

***

"Arrrrggghhhh!!!!"

Lily terbangun dengan keadaan yang tidak baik-baik saja.

Keringat yang bercucuran dipelipis hingga tubuh yang terasa dingin.

Tiba-tiba ingatan saat ia jatuh ke sungai kembali menyeruak di kepala gadis itu. Hingga napasnya semakin tidak teratur, ia kemudian mencari inhaler yang selalu ia taruh di nakas samping tempat tidur.

Setelah merasa lebih baik, Lily menyadari sesuatu.

"Gue selamat?" Gumam Lily sambil menyentuh seluruh tubuhnya yang masih utuh. Ia lalu bernapas lega.

Tapi...

Kenapa kamar ini sangat familiar?

Lily menatap sekelilingnya. Betapa terkejutnya ia melihat isi kamar ini yang sangat mirip dengan kamarnya dulu saat ia masih menjadi anak orang kaya, sebelum ia pidah ke rumah yang sangat sederhana.

Perlahan Lily menyusuri ruangan, ia bernostalgia dengan barang-barang yang ada di kamar itu. Ia kemudian menatap Foto yang menampilkan seorang laki-laki yang masih remaja sedang bermain basket. Laki-laki yang teramat Lily cintai seumur hidupnya.

"Asher." Ucap gadis itu lirih.

Ia sangat yakin bahwa kamar ini adalah kamar miliknya. Apa yang terjadi? Lily sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.

Mimpikah?

Lalu, ia mengambil sebuah handphone yang pernah menjadi miliknya dulu, diatas nakas.

07.00
28 Mei 2015.

Lily menutup mulutnya karena terkejut melihat tanggal yang tertera di handphone itu. Dia kembali ke 8 tahun yang lalu? Apa jangan-jangan handphone itu rusak?

Tapi kalau benar ia kembali ke masa lalu, maka...

Lily berlari kencang, menuruni tangga, menuju ruang makan. Tiba di ruang itu, ia menatap seorang laki-laki paruh baya yang terlihat sehat itu sedang makan sambil menatap iPad dengan serius, kemudian pandangannya beralih kepada wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makanan.

Lily yang sedang berdiri tak jauh dari sana, dengan napas tersengal-sengal pun menangis.

"Loh, kok anak mama nangis pagi-pagi?"

Ruby -Ibu Lily- menghentikan aktivitas nya menyajikan makanan dan menatap bingung anaknya yang menangis berdiri di ujung meja makan.

Danendra -Ayah Lily- pun, yang awalnya fokus ke iPad langsung menatap kearah Lily.

Lily berlari kecil ke arah ayahnya dan langsung memeluk laki-laki paruh baya itu dengan erat. "I miss you so much, dad."

"I miss you too, mom." Kini pelukannya beralih kepada Ruby.

"Mama sama Papa juga kangen banget sama kamu. Tumben banget juga kamu nangis, padahal cuma ditinggal seminggu. Biasanya juga ditinggal berbulan-bulan, fine fine aja." Ruby membalas pelukan anaknya.

Ruby pikir Lily menangis karena mereka meninggalkan Lily sendirian di rumah selama berminggu-minggu karena perjalanan dinas.

Lily kemudian melepas pelukannya dan menatap penuh arti kedua orang tunya. Ia merasa bersalah tidak bisa menolong kedua orang tuanya ketika mereka diseret.

"Udah ah, mellow mellow nya. Sana kamu mandi, terus Papa antar ke sekolah." Ucap Danendra yang membubarkan lamunan Lily.

"Hah? Sekolah?" Lily melongo. Aslinya ia telah lulus 7 tahun lalu, dan sekarang ia masih harus ke sekolah?

MEMORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang