Ego itu dibentuk sebagai benteng pertahan diri agar tidak terluka.
Tapi, terkadang bisa mengecewakan orang lain.****
"Ly, denger gue baik-baik." Bisikan itu membuat sekujur tubuh Lily merinding. Ia tidak pernah melihat sosok Asher sedingin ini sebelumnya.
"Gue..."
Lily menelan salivanya.
"Pernah membunuh orang."
deg...
Asher menarik kepalanya menjauh dari Lily, matanya menyorot tajam ekspresi Lily yang terkejut.
Sudut kanan bibir Asher sedikit tertarik ke atas, "Lo tahu, gue gak pernah bercanda." Dari sorot mata laki-laki itu kini Lily tahu bahwa dia sedang tidak berbohong.
Kedua tangan Lily terkepal erat, matanya bergulir menghindari tatapan Asher. Gadis itu menunduk tanpa berkata apa-apa.
"Sebaiknya lo pulang sekarang." Kata Asher dengan suara pelan, bahkan hampir terdengar lirih. Namun, suasana malam yang tenang membuat perkataan laki-laki itu jelas terdengar di telinga Lily.
Tiba-tiba tangan Lily meraih tangan Asher. Ia genggam tangan laki-laki itu dengan erat, "Gue...Gue juga."
Laki-laki itu menghela napas lelah, ia rasa tidak ada lagi yang harus ia bicarakan dengan gadis ini "Cukup. Gue gak mau--"
"Gue juga pernah membunuh." Genggaman tangannya mengerat, ingatan tentang dirinya yang pernah membunuh anak Intan menyeruak di kepalanya. Jadi ia tidak berbohong, meskipun sekarang rasa bersalah itu kembali hadir.
"Lilybelle Danendra!"
Asher terlihat frustasi. Wajah laki-laki itu memerah karena marah. Matanya yang tajam tiba-tiba berkilat, bahkan Lily dapat melihat urat leher laki-laki itu yang tercetak jelas.
"Cukup." Jari telunjuk cowok itu mengarah tepat di depan wajah Lily, "Jangan bergerak terlalu jauh. Gue benci masa lalu gue diungkit sama siapapun. Baik Intan, ataupun Lo."
Setelah mengucapkan itu, Asher menyeret Lily dengan menarik paksa tangan gadis itu untuk keluar.
"Asher!!" Teriak Lily karena kesal dan berusaha melepas cengkraman laki-laki itu yang mulai terasa perih di pergelangannya.
Setelah Lily berhasil dibawa keluar dari kedai, Asher segera menutup pintu lalu menguncinya tanpa mengatakan apapun lagi kepada Lily.
Lily mendengus kesal. Asher benar-benar laki-laki paling keras kepala, jahat, dan tidak berperasaan yang pernah Lily kenal.
Gadis itu lalu memutar badan dan berjalan menuju mobil. Sambil berjalan, otaknya kembali berpikir.
Apa sebenarnya yang terjadi pada Asher di 2 tahun itu? Setelah mendengar cerita Intan, kepribadian cowok itu benar-benar berubah.
Gue pernah membunuh orang.
Ucapan Asher kembali teringang di kepalanya. Apa saat itu... Asher benar-benar membunuh orang?
****
Setelah malam itu, Lily tidak pernah bertemu dengan Asher lagi. Baik di sekolah ataupun tempat Asher bekerja, ia tidak bisa menemukan laki-laki itu kecuali pada saat jam pelajaran. Lily harus diam-diam mengintip kelasnya, barulah ia bisa melihat Asher.
Seperti sekarang ini.
Lily membolos kelas dan memilih untuk berdiri di depan kelas Asher. Setiap kali ada seseorang yang melintas, Lily dengan cekatan membuat seolah-olah dia baru saja keluar dari toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan untuk berfoya-foya dan mengejar cinta Asher yan...