~~ Happy Reading ~~
Lily membuka matanya perlahan. Cahaya lampu masuk kedalam kornea matanya hingga perlahan ia dapat melihat dengan jelas. Sekujur tubuhnya kaku, kepalanya berdenyut, dan jantungnya terasa sakit. Tangannya perlahan terangkat untuk mengusap sesuatu yang basah di bawah matanya.
Sepertinya ia menangis dalam mimpinya.
Lily dengan tatapan kosong, mencabut infus yang melekat ditangan kanannya dan tertatih-tatih saat berjalan ke luar. Lily sebisa mungkin menghindari perawat dan dokter yang berada di sekitar dan berusaha secepat mungkin menuju lift. Saat pandangannya menangkap gemerlap cahaya kota di malam hari dari atap rumah sakit, ia tak ragu berjalan ke ujung tembok gedung ini.
Lily terdiam. Ia menatap lurus ke depan dengan tatapan yang masih kosong. Gadis itu tak meraskan apapun lagi. Rasanya ia ingin menghilang saja dari dunia ini. Sudah berapa kali ya Lily merasakan kekosongan ini?
Delapan? Ah, ini yang kesembilan.
Tangan Lily terangkat seakan menghitung. Tapi saat jumlah jarinya berhenti di angka sembilan, air matanya turun tanpa aba-aba.
Lily lelah. Kenapa Tuhan tak membiarkan dirinya mati saja? Kenapa ia harus mengulang waktu terus menerus dengan ingatan yang menyakitkan.
Andai saja Lily bisa dilahirkan kembali, ia tidak ingin dilahirkan menjadi anak Danendra dan Ruby.
Andai saja Lily bisa dilahirkan kembali, ia tidak ingin bertemu dengan Asher dan menjadi sumber penderitaan laki-laki itu.
Andai saja....
"Lily?!" Teriak seseorang dari arah pintu. Tanpa Lily menoleh pun, ia tahu siapa yang berdiri disana.
"Lily kamu ngapain? Turun dulu ya sayang, disitu bahaya." Lily dapat mendengar nada khawatir dari suara laki-laki itu.
Asher perlahan berjalan mendekati Lily sambil terus membujuk agar gadis mau pindah dari posisinya.
"Lily Awas!" Asher berteriak ketika Lily memutar tubuhnya dengan posisi yang semakin berada di ujung. Tubuh Asher bergetar karena takut jika gadis itu terjun dari atap ini.
"Jangan mendekat! Kalau kamu mendekat aku langsung lompat." Ancaman itu membuat Asher mengehentikan langkahnya.
"O-oke, kamu tenang dulu ya. Aku... aku diem." Ucap Asher berusaha untuk tenang meskipun jantungnya berdebar kencang.
"Ash..."
"Iya?" Jawab Asher penuh perhatian sekaligus khawatir.
Saat ini kedua mata mereka bertemu. Asher melihat mata Lily yang biasanya penuh kilatan sinar kini menjadi redup dan kosong. Apa yang terjadi pada gadisnya?
"Aku... Aku minta maaf." Suara Lily terdengar parau.
"Kenapa minta maaf? Kamu gak ada salah." Asher akan mendengarkan dulu apa yang akan Lily bicarakan sambil perlahan-lahan mendekatinya tanpa gadis itu sadari.
"Aku punya. Kesalahan yang gak akan pernah kamu maafkan."
"Apapun itu, kalau itu kamu akan aku maafkan."
"Gak! Kamu gak ngerti, kamu gak tahu!" Ucap Lily dengan air mata yang semakin deras, suaranya terdengar sangat frustasi.
"Kalau gitu kasih tahu aku. Kasih tahu aku, biar aku ngerti. Dan biar kamu tahu, aku akan selalu memaafkan kamu."
Lily terdiam. Bibir bawahnya ia gigit dan tubuhnya gemetaran. Bagaimana jika Asher tahu? Asher akan membencinya, dan Lily sepertinya tak akan sanggup melihat tatapan itu. Ia lebih baik mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan untuk berfoya-foya dan mengejar cinta Asher yan...