Tanpa disadari, luka itu yang mengubah seseorang untuk lebih upgrade ke versi yang terbaik.
****
Hari ini Lily menghabiskan harinya dengan membaca buku. Mengingat kondisinya tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas yang berat, ia memilih berdiam diri di ranjang sambil membaca buku-buku pelajaran terutama matematika.
"Ini mau gue baca ulang 1000 kali pun gak akan ngerti gue." Oceh nya sambil menggaruk-garuk kepala.
Lily menatap ponsel miliknya yang rusak akibat insiden tabrakan kemarin di atas nakas, dan mengehela nafas.
"Pengen belajar lewat youtube juga gak bisa." Gumamnya, ia pikir saat ini orang-orang belum terlalu memanfaatkan platform online buat belajar.
Lily berdecak kesal, "Asher juga gak mau ngajarin gue. Aih, gue minta mama cariin guru bimbel aja kali ya."
Tok... Tok...
"Halo sayang." Sapa Ruby sambil tersenyum lebar saat memasuki ruangan.
"Mom!!" pekik Lily girang saat Ruby datang, namun seketika senyumnya hilang ketika melihat ternyata Ruby tidak sendiri.
"Ini temen kamu lagi jengukin loh." Ucap Ruby semangat terlihat dari wajahnya yang girang.
Selama ini Lily tidak pernah mengajak atau memperkenalkan temannya kepada Ruby maupun Denandra sehingga terkadang mereka khawatir apakah Lily tidak memiliki teman. Namun hari ini kekhawatiran itu lenyap melihat teman Lily yang datang untuk menjenguk.
"Kamu gak bilang kalau punya temen yang ganteng." Bisik Ruby pada Lily sambil mengode kearah Asher.
"Ini temen atau pacar nih?" Goda Ruby dan dibalas tatapan maut oleh Lily.
"Ini tante barang bawaannya." Ucap Asher sopan sambil menyerahkan barang bawaan yang dibawa Ruby sebelumnya.
"Makasih ya, nak...?"
"Asher."
"Ohiya, nak Asher."
Ruby lalu menyimpan barang tersebut tidak jauh dari nakas lalu tak lama ponsel miliknya berbunyi.
"Saya angkat telpon dulu ya, kalian silahkan ngobrol-ngobrol. " Ucap Ruby sambil tersenyum lalu mengelus kepala Lily sebelum keluar kamar.
Hening...
"Gimana?" Asher yang pertama kali bersuara. Berusaha menghilangkan kecanggungan diantara keduanya.
"Apanya?"
"Kabar."
"Kabar apa?"
Asher memutar bola matanya lalu menghela nafas. Kedua tangan yang tadinya ia masukkan dalam kantong celana terpaksa salah satunya keluar untuk menunjuk arah tangan kanan Lily yang di gips.
"Oh. Seperti yang lo liat." Jawab Lily sambil tersenyum canggung.
Asher menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia seperti orang bodoh yang menanyakan pertanyaan yang sudah jelas. Sejujurnya ia hanya ingin datang melihat kondisi Lily lalu pergi, tapi ia malah bertemu dengan Ruby dan menyuruhnya untuk masuk dan berbincang bersama Lily.
Kemudian kedua bola mata Asher menangkap sebuah buku yang sedang dipegang oleh gadis itu. Melihat arah pandang Asher, Lily segera menutup buku matematika itu lalu melempar tatapan tajam pada Asher.
Tercetak jelas senyum miring khas Asher yang sangat menyebalkan. Lily semakin kesal jadinya.
"Kenapa sih? Lagian kamu ngapain disini? Ini kan jam sekolah." Sewot Lily.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIA
FantasyIni semua adalah tentang memoria (ingatan) dari kehidupan sebelumnya. Tak pernah terpikirkan oleh Lily bahwa dirinya akan diberi kesempatan kedua untuk kembali hidup. Seumur hidupnya, hanya ia habiskan untuk berfoya-foya dan mengejar cinta Asher yan...