Bab 33

7.4K 444 4
                                    

Tidak semua orang paham, betapa berharganya setitik cahaya dalam dunia yang gelap.
Sama seperti kamu, yang menjadi cahaya dalam hidupku yang fana.

****

Lily membuka matanya perlahan, alisnya mengernyit ketika ia mendapati dirinya sedang berdiri di suatu tempat yang entah dimana. 

Ia memperhatikan tubuhnya yang masih mengenakan piyama yang ia pakai semalam sebelum tidur. Matanya bergerak menyelusuri sekitar, sepertinya ia berada di sebuah ruangan sempit, kumuh dan sesak. 

"Apa ini? Gue diculik kah?" Tanyanya yang mulai panik.

prang...

Dengan terkejut Lily menoleh ke belakang dan mendapati seorang perempuan terduduk membelakanginya. Suara pecahan tadi berasal dari gelas yang sepertinya baru saja perempuan itu lempar.

Lily mulai merasa takut, terlebih melihat perempuan itu yang berpenampilan berantakan sedang menulis sesuatu di dinding sambil bergumam yang tak jelas, bahkan ada boneka aneh berada di samping gadis itu seakan menemaninya. Ia pun berlari ke arah pintu berusaha untuk membukanya tetapi itu tak juga terbuka.

"Pintunya gak akan terbuka." Ucap perempuan tadi tanpa menoleh sedikitpun.

Lily menatap perempuan itu dengan tubuh yang gemetar, sungguh apa perempuan itu manusia atau hantu? 

"K-K-Kamu si-siapa?" Lily memberanikan diri untuk bertanya, sembari berjalan mendekat meskipun bisa ia rasa kakinya bergetar hebat.

Lily semakin dekat dengan perempuan itu tanpa mengeluarkan suara, ia takut mengganggu dan membuat perempuan itu marah. Semakin ia mendekat ia bisa mendengar suara isakan kecil dari perempuan itu. 

"Ka-Kamu kenapa?" Tanya Lily lagi tapi perempuan itu sama sekali mengabaikan Lily.

Lily pun mengumpulkan keberanian untuk menyentuh bahu perempuan itu, jantungnya berdegup kencang. 

Deg...

Deg...

Deg...

Brakkk!!!! (suara pintu yang dibuka dengan keras)

----- 

"Arghh!!!!!!!!" 

Lily terbangun dari tidurnya sambil berteriak lantang. Ia menyeka keringat yang mengalir di dahinya.

Satu tahun terakhir ini ia sering memimpikan hal aneh. Lily heran jadinya.

Lily menyentuh dadanya yang berdegup sangat kencang dan entah mengapa ia merasakan sakit.

"Gue kenapa sih? Ketempelan kah?" Tanyanya pada dirinya dengan nada kesal. Sungguh, terkadang mimpi hal-hal yang Lily tidak mengerti membuatnya frustasi.

Tetapi dalam mimpinya tadi, sepertinya Lily melihat wajah perempuan itu, bahkan Lily melihat jelas wajah orang yang membuka pintu secara tiba-tiba. Tapi mengapa Lily tidak bisa mengingatnya sekarang?

Hah.... Sungguh membuat frustasi.

Lily menghela napas, sebaiknya ia segera bangun dan bersiap untuk masuk kelas pagi. Saat ini, ia telah menjadi seorang mahasiswi di salah satu universitas terbaik di Indonesia. Sudah setahun saat ia telah dinyatakan lulus dari sekolah dan menjalankan hari-hari yang cukup berat dalam mempersiapkan diri masuk universitas. Keinginan besar Lily agar bisa berkuliah sangat membantunya dalam belajar, sehingga ia bisa fokus pada tujuan. Terlebih ia diajari oleh mentor yang sangat handal, siapa lagi kalau bukan sang pacar.

Ting!

Sebuah pesan masuk, membuat Lily yang sedang bersiap di depan cermin mengalihkan perhatiannya pada pop up layar ponselnya.

MEMORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang