10 | Royal Princess

47 53 22
                                    

~

Namun, ternyata mereka tidak menemukan keberadaan sahabat mereka sehingga memutuskan untuk memeriksa ruangan tempat dikurungnya para gadis.

Melihat sekelompok pria tadi yang sudah masuk kedalam ruangan tempat mereka dikurung, Leana segera berlari menuju pintu ruangan dan mengunci sekelompok pria itu bersama dengan lima pria lainnya.

Menyadari pintu telah dikunci dari luar, sekelompok pria yang sudah terjebak mulai mendobrak pintu secara paksa. Sebagian dari mereka juga membantu melepas ikatan kelima sahabat mereka yang sudah menjadi bulan-bulanan Leana dan gadis lainnya.

"Para jalang sialan!!!" Marah seorang dari mereka.

"Mereka semua sangat cerdik, terlebih lagi gadis pengembara dan putri kerajaan itu. Kalian harus segera menangkap mereka semua atau jika tidak nyonya besar akan menghabisi kita semua" Tukas salah satu dari kelima korban Leana dan Foula beberapa saat lalu.

"Madam tidak akan mengetahuinya, serahkan pada kami. Kalian obati saja luka-luka itu" Saran seorang pria lain.

"Baiklah, semoga berhasil" Jawab pria itu.

Tanpa berlama-lama, seorang dari mereka berhasil membuka pintu dengan tendangan kerasnya hingga pintu hitam tersebut hancur tak berbentuk.

Lalu kemudian dengan cepat mereka saling berpencar untuk menemukan dan menangkap kembali para gadis.

•••••

Setelah berhasil mengamankan para lawannya, Leana kembali bergabung bersama Foula dan yang lainnya lalu keluar bersama dari gudang tua minim pencahayaan itu sebelum para pria yang dikurungnya bebas.

Kini mereka semua sudah berada di sebuah ruangan yang lebih cerah dengan banyak pintu terpampang disisi kanan dan kirinya.

Leana bingung bagaimana caranya keluar dari bangunan membingungkan yang nampak seperti labirin ini. Jika membuka pintu satu demi satu, ada kemungkinan bahwa mereka bisa kembali ketahuan dan kembali tertangkap.

Melihat kedua pemimpin mereka kebingungan, salah seorang gadis berinisiatif memberi saran.

"Begini-" Gadis itu berhenti berucap-terkejut dengan semua tatapan mata yang seketika memandangnya.

"Aku....aku ingin memberi saran. Bagimana kalau kita bertanya padanya" Tunjuk sang gadis pada seorang pelayan yang tengah bersih-bersih di sekitar situ.

"Baiklah, mari kita coba. Kalau tidak mencoba maka kita tidak akan tahu kan?" Sosor Foula setuju akan ide dari gadis berambut coklat terang tersebut.

Mereka semua pun menghampiri sang pembantu yang masih fokus pada pekerjaannya.

"Hai!" Sapa Foula santai.

"Iya, apa nona memanggil saya?" Wanita itu balik bertanya.

"Ya. Begini, kami ingin menanyakan dimana letak pintu keluar" Pungkas Foula tanpa basa-basi.

"Oh, kalian hanya tinggal melewati pintu diujung sana dan akan langsung keluar menuju halaman belakang yang terdapat sebuah pintu keluar" Jawab wanita itu sambil menunduk.

"Baiklah, terimakasih banyak bu" Tutur Foula sebelum mereka pergi menuju pintu paling ujung di situ.

Wanita yang berpakaian seperti pembantu itu tersenyum penuh arti setelah kepergian sekelompok gadis tadi.

'jika kau sudah masuk, maka kau tidak akan bisa keluar' Ucap wanita paruh baya itu dalam hati.

Sepertinya ada yang aneh dengan pelayan itu

•••••

Setelah sampai pada tempat yang dituju, Leana memberanikan diri untuk membuka pintu hitam yang sejak tadi senantiasa menyatu dengan dinding.

Hal pertama yang dapat dilihat oleh kedua manik mata mereka hanyalah kegelapan. Namun, tetap saja sekumpulan gadis itu memaksa masuk dengan pikiran bahwa mungkin saja bagian halaman belakang dibiarkan tanpa penerangan.

Satu-persatu dari mereka mulai berpencar guna mencari letak pintu keluar, yang entah dimana keberadaannya.

Beberapa saat mencari, namun tak ada hasil hingga mereka memutuskan untuk berkumpul di satu titik.

Dalam kegelapan, sekelompok gadis malang itu mulai berdiskusi.

"Apa pelayan tadi berbohong?" Leana mulai bicara-walaupun tidak tahu letak keberadaan yang lain.

"Sepertinya kita dijebak Na" Foula berujar.

"Kau benar putri, bagaimana mungkin aku bisa melepaskan kalian?" Ucap seseorang dari dalam kegelapan.

Setelah orang tersebut berucap, tiba-tiba ruangan berubah menjadi terang benderang. Nyatanya memang benar jika mereka telah dibohongi dan akan berakhir dikurung lagi.

"Ternyata kau gemar menipu ya?" Sosor Foula.

"Maafkan aku putri, kau pun tahu kalau terkadang seseorang harus berbohong untuk kebaikan" Timpal sang pelayan dengan santainya.

"Oops, aku lupa jika sekarang kau bukan lagi seorang putri hahaha" Tawa renyah mengakhiri kalimat wanita itu.

"Jangan menganggap dirimu sudah menang, karena bayangan lawan masih mengawasimu" Lontar Foula yang juga tak mau kalah dalam adu mulut ini.

"Baik, kita lihat saja nanti" Wanita berpenampilan pelayan itu mengakhiri perbincangan.

Prokk

Satu tepukan tangan dan dengan cepat mengubah ruangan besar itu semakin berisi dipenuhi manusia. Entah darimana datangnya para wanita-wanita cantik dalam ruangan yang tertutup itu.

"Riaslah para emasku, dua jam lagi lelang dimulai dan ya, jangan sampai mereka kabur" Perintahnya sebelum keluar dari ruangan dan mengunci pintunya dari luar.

Selepas perginya wanita berpenampilan pelayan tadi, kini mereka beralih menghadapi wanita-wanita cantik dengan pakaian kurang bahannya.

"Jangan berani mendekat!" Peringat Leana.

Namun, perkataan Leana sama sekali tidak digubris dan mereka-pun tidak bisa melakukan perlawanan, karena jika tidak maka nyawa seorang dari mereka akan lenyap.

Ya, mungkin para gadis berpakaian kurang kain itu sudah belajar dari pengalaman, sehingga sebelum perlawanan sempat di lakukan, terlebih dahulu mereka sudah menyandera salah satu dari tawanan mereka agar yang lain tidak berani melakukan perlawanan.

Mau tak mau tim Leana dan Foula harus mengalah, jika saja ada sesuatu yang bisa mereka gunakan sebagai senjata untuk melawan. Namun, ruangan itu nyatanya hanya dipenuhi dengan peralatan rias, make-up serta pakaian kurang bahan.

Dalam diamnya Leana lagi-lagi merutuki diri sendiri, di saat seperti ini Leana tidak tahu harus bagaimana. Jika sudah berhubungan dengan nyawa seseorang, maka Leana pun rasanya kehilangan keberanian untuk melawan. Leana akan bimbang sebab dirinya sendiri pun tidak tahu akan dirinya yang sebenarnya.

Akhirnya dengan berat hati mereka semua menyerah. Foula pun terlihat hanya diam dalam pikirannya usai berdebat dengan wanita berpakaian pelayan beberapa saat lalu, entah apa yang tengah dipikirkannya.

•••••

Usai mendandani Leana dan para gadis lain, sekelompok wanita cantik dengan pakaian kurang bahannya itu pergi meninggalkan mereka dan mengunci pintu dari luar.

Melihat Foula yang sejak tadi melamun, Leana memberanikan diri untuk berbicara dengannya sebab memang Leana punya pertanyaan yang harus dijawab oleh Foula.

"Fou, kamu ngelamunin apa sih?" Ucap Leana santai.

Tak ada jawaban, hingga satu pertanyaan kembali Leana lontarkan.

"Apa benar yang dikatakan pelayan tadi, bahwa kau seorang putri kerajaan?" Tanya Leana langsung pada intinya.

Mendengar celetukan Leana, membuat Foula seketika menatapnya dengan tajam. Namun tatapan yang seperti hendak menerkam itu tak berlangsung lama, sampai Foula mulai membuka suara.

"Sebenarnya....






Wanderer [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang