Envelope or Love

322 28 0
                                    

Karina menatap malas amplop berlogo pemerintah yang tergeletak di meja. Amplop tersebut berisikan surat yang menyatakan nama calon suaminya. "Sialan, napa harus ada sistem beginian sih!" Cacinya merasa kesal.

Sang Ibu menghampiri, ia mengusak lembut kepala putrinya itu, "memangnya kenapa sama Heza? Dia lelaki yang baik, dulu dia satu sekolah sama kamu kan?"

"Nggak suka sama dia, lagian aku juga udah punya pacar..."

"Nah, terus kenapa pacar kamu itu belum nikahin kamu juga? Dia tahu kan umur kamu lusa udah dua puluh tiga??"

Si gadis diam, pertanyaan sang ibu membuatnya kembali berpikir. Sebenarnya, ia sudah mendesak kekasihnya itu untuk segera menikahinya, hanya saja lelaki itu seperti enggan membahasnya.

"Karina sayang, jodoh nggak akan kemana. Jadi enjoy aja sama yang sekarang, ya?"

"Dengerin mama, Yohan itu nggak serius sama kamu, sayang. Terbukti kan dia masih bodo amat meskipun tahu kamu udah dapat surat ini? "

"Percaya sama mama, ya? Heza yang terbaik buat kamu."

💌💌💌

"Gimana tawaran gue sebulan yang lalu?"

"Tawaran apaan??" Gadis itu-Prima- mencoba berkilah.

"Prim, kalau bulan depan lo ultah yang ke 23 terus belum punya calon. Gue siap kok!"

"Jangan sok nggak tahu!" Si pemuda menjitak pelipis Prima.

"Ck, sakit Sabin bangsat!"

"Heh mulut lo! Jadi istri gue nggak boleh kasar gitu dong!"

"Emang siapa yang terima tawaran lo sih? GR banget lo!"

"Yaudah sih, lagian kita sama sama jomblo. Palingan lo dijodohin sama tetangga lo itu—siapa namanya?"

"—Si Bara?? Ogah!! Bisa kena mental gue kawin sama tu anak!"

"Yaudah jadi diterima nggak nih tawaran gue??" Sabin berlagak santai, dan itu sangat menyebalkan di mata Prima.

Prima berpikir kembali, apa harus ia iyakan saja tawaran sahabatnya ini? Prima harus segera konfirmasi pada pemerintah sebelum surat itu datang. Dan sampai sekarang Prima tak punya kandidat untuk ia jadikan suami.

"Ish iya! Gw terima, nyebelin banget ni aturan satu, bikin gue harus nikah sama lo segala!"

"Emang kenapa sih nggak mau nikah sama gue?"

"Lo nyebelin anj—!"

"Apa yang gue nggak bisa? Gw bisa cari duit, masak, ngurus rumah, rawat anak—"

"Yaudah, nanti lo aja yang gue jadiin babu!" Prima berucap demikian sambil melengos pergi meninggalkan Si Pemuda yang sudah terpingkal karena berhasil menggoda Prima.

"Yaudah, nanti lo aja yang gue jadiin babu!" Prima berucap demikian sambil melengos pergi meninggalkan Si Pemuda yang sudah terpingkal karena berhasil menggoda Prima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

—tbc
Vanilla

FARUTA 12 || Blok ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang