After Marriage

254 23 0
                                    

"Swimming date, deh?"

Prima tersentak kecil, netranya bergeser ke arah Sabin, "gue ga bisa renang ya! Nggak usah ngeledek!"

"Hhe lupa..."

"...eh tapi! Gimana dong kan kita mau mesra mesraan anjerrr!!"—Sabin, heboh.

Bahu Prima mengedik, "gatau."

Sabin misuh misuh, tepat seminggu setelah pernikahan mereka, mereka nggak ada ngapa ngapain, gabut aja di rumah berduaan itu juga Sabin belum berani ngapa ngapain Prima, galak euy.

Dan hari ini Sabin nggak mau gabut lagi, Sabin mencoba mengajak Prima keluar untuk yaa sekadar ngedate mungkin. "Lo mikir juga dong, masa gue doang yang mikir??"

"SANTAI DONG! Kan lo sendiri yang mau, pikir aja sendiri!" Prima mengoper siaran televisinya.

Sabin diam, netranya terus menelusuri Prima. Sampai akhirnya senyum setan terpampang di wajah tampannya.

Sekarang aja kali ya? -batin Sabin.

Prima yang merasa ada yang janggal langsung melotot ke ara Sabin. "Ngapain lo liatin gue! Ini aset suami gue!"

Sabin, "lo lupa gue suami lo?"

Prima cengo, "iya ya?"

Sedetik kemudian tubuh Prima dibawa pergi Sang Suami ke arah kamar ala karung beras, "yaudah mesra mesraannya gini aja, ya? Bikin dede bayi hhe."

"SABIN MESUM ENYAH LO—MPHHH!!!!"

💌💌💌

"1... 2... 3... 4... 5... "

"SAYANG!!!!!"

Irin terlonjak kaget dengan teriakan sang suami, pasti suaminya itu lupa membawa handuk ke kamar mandi. Kebiasaan.

Irin membawa handuk dan berjalan ke arah kamar mandi, benar saja, tangan Tarez sudah menyembul di pintu sana.

"Makasih sayang~"

"Hmm."

Irin lanjut melakukan kegiatannya, ngapain? Hitung uang wkwk.

"1... 2... 3..."

"SAYANG!!!"

"Kenapa lagi??" Irin bertanya, Tarez sudah di luar kamar mandi.

"AIRNYA MATI YANGGG TOLONG INI MATAKU PERIHH!!!" Teriaknya dengan mata terpejam, pinggangnya sudah terlilit dengan handuk.

Irin mengambil segelas air dari galon dan menyerahkannya pada Tarez. Irin membantu Tarez membersihkan matanya yang terkena sabun di wastafel.

"Yang~"

"Hmm?" Irin menyimpan uang yang tadi dihitungnya di nakas, kemudian mendekat pada Tarez.

"Papa mau ke sini katanya." Tarez mengeringkan rambut dengan handuk yang melilit pinggangnya tadi, tenang dia pakai kolor kok.

"Kapan?"

"Nanti malam, sama suster Shana juga."

"Shana? Ngapain tuh anak ngikut?"

"Ya, dia kangen kamu kali..."

"Gue-"

"Ssst sayang bahasanya...., kita kan udah sepakat kalau nikah panggilnya 'aku kamu'. " Tarez mengomel dengan tangan yang sibuk mengancingkan kemejanya.

"Ehe, maap maap. " Irin membantu mengancingkan kemeja sang suami, "enaknya aku masak apa ya buat mereka?"

Tarez yang mendengar perkataan Irin langsung merinding, duh Irin masakannya luar biasa, jangan sampai orang lain nyicipin. Cukup dia yang boleh rasain.

"Emmm mending beli aja sih yang, papa kurang suka makanan rumah..." Bohong Tarez, padahal mah bukannya nggak suka, emang nggak ada yang bisa masak di rumah selain Tarez sendiri yang inisiatif mau masak. Tarez kan mageran, masakan maid juga papanya itu kurang suka.

"Ihh papa kamu kan dokter, masa iya dokter makan makanan dari luar? Nggak sehat atuh yang..."

Tarez bingung sendiri, kasian kalau papanya coba makanan buatan Irin...

"Aku aja deh yang masak, gimana?" Tarez menawarkan diri berharap Irin nggak ngeh kalau Tarez berusaha cegah dia masak.

"Yakin kamu-"

Ting tong!

Irin membuka pintu, "oalah Kak Daniel, ada apa kak?"

"Ini ada undangan makan malam, di lapangan komplek nanti, datang ya, ajak suami kamu juga." Ucap Daniel sembari memberikan sebuah kartu undangan.

"Acara sekomplek ini, kak?" Irin menerimanya dan membolak balik kartu tersebut.

"Nggak sih, cuman acara kecil kecilan, yang deket aja. Datang ya, dada~" 

Daniel sudah pergi dengan motor scoopy pink nya. Gila tuh suami orang ganteng banget, tapi motornya pink.

Orang ganteng kalau nggak gay, ya suami orang. Nggak deng canda, suaminya juga ganteng kok, banget malah.

 Nggak deng canda, suaminya juga ganteng kok, banget malah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


—tbc
Vanilla

FARUTA 12 || Blok ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang