5

1.1K 202 12
                                    

Yang pertama Chanyeol dapati saat membuka mata adalah sisian sebelahnya yang telah kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Yang pertama Chanyeol dapati saat membuka mata adalah sisian sebelahnya yang telah kosong. Bahkan pagi baru saja menampakkan diri, sosok mungil itu sudah tak berada disana. Meninggalkan kasur tipis yang telah terlipat kembali meski bantal dan selimut itu tergeletak begitu saja di sekitarnya.

Chanyeol menghela nafas pelan lalu memilih untuk bangkit berdiri membersihkan diri sebelum membantu sang Ibu menyiapkan sarapan.

Ia hanya menjawab seadanya saat kedua orang tuanya bertanya tentang Baekhyun yang telah pergi di pagi buta dan untungnya mereka memaklumi dan tak bertanya banyak.

Diam-diam Chanyeol berdoa dalam hati agar Baekhyun tak lagi bertemu dengan orang-orang itu di seperjalanannya nanti.

Ah meski ia bahkan tak tahu Baekhyun sudi untuk di doakan olehnya. Setidaknya meski terkadang dinosaurus kerdil itu menyebalkan, Chanyeol masih memiliki hati untuk tetap mendoakan seseorang agar memperoleh hal-hal yang baik.

Setelah menggunakan seragamnya dan sarapan, kini Chanyeol berpamitan pada kedua orang tuanya untuk berangkat ke sekolah. Cuaca tak begitu bagus menurutnya hari ini karena terkesan mendung. Segera ia mempercepat langkah kakinya agar tiba di tujuan sebelum hujan turun.

Tak menempuh jarak dan waktu yang lama, ia berhasil sampai di sekolah sebelum hujan melanda. Kini ia berjalan menyusuri koridor besar yang ramai itu untuk mencapai kelasnya.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

20 menit.

25 menit.

30 menit.

TRINGGG!

Bel telah berbunyi.

Chanyeol menghela nafas pelan saat menoleh ke samping. Kosong.

Sebenarnya ini sudah biasa mengingat Baekhyun kadang hadir kadang pun absen. Hanya saja sejak kejadian kemarin membuatnya terus memikirkan—

TUKKK!

Chanyeol kembali menghela nafas panjang kala segerombolan anak-anak orang kaya itu sengaja menendang meja miliknya saat berlalu-lalang untuk bolos bakan di jam pertama pelajaran. Tidak penting untuk memberontak pikirnya, ini pun tidak akan lama lagi.

Hanya diam dan bersabar, itu lebih baik.

Tapi ada suatu hal yang terus mengganggu pikirannya. Karena bahkan setelah dua hari berlalu, Baekhyun tak kunjung hadir di sekolah.

Bagaimana jika orang-orang itu berhasil menangkap dan melukai Baekhyun?

Ah benar, sebenarnya ini bukan urusannya. Hanya saja Chanyeol tidak bisa tak memikirkan hal ini karena telah dua kali menyelamatkan Baekhyun dari sergapan sekelompok orang jahat itu. Bukankah seharusnya ia melapor kekhawatirannya pada pihak sekolah?

Atau apakah langsung ke polisi saja?

Tapi apakah mereka akan percaya apa yang Chanyeol ucapkan?

"Hey!" senggol seseorang pada siku si tinggi yang langsung saja lamunan itu buyar dalam sekejap.

"Y-yak! Kau membuatku terkejut" refleks Chanyeol sedikit menyahut pada Kyungsoo.

Yang di sahuti hanya berdecih remeh, "Ayo ke perpustakaan. Minseok sudah disana menunggu" ajaknya karena kebetulan saja sedang jam kosong.

Chanyeol menghela nafas pelan, "Kau saja. Aku sedang sulit untuk berfokus"

Mendengar itu membuat Kyungsoo heran, "Kau ini apa? Apakah kau pejabat negara yang memikirkan kesejahteraan seluruh warganya?" sindirnya.

Chanyeol memilih tak menjawab dan membuka buku pelajaran miliknya, "Kau saja. Nanti setelah beberapa saat aku akan menyusul"

Lelaki bermata doe itu kembali berdecih, "Yak~ bukankah seharusnya kau lebih bisa konsentrasi karena bangku di sebelahmu kosong? Atau jangan-jangan kau mulai merindukannya ya?" ujarnya terkekeh di akhir kalimat.

"Kau bicara apa? Jangan berasumsi yang tidak pasti" balas Chanyeol seadanya.

"Dengarkan aku. Jika memang benar kau mengkhawatirkannya dengan begitu gila, kau tak perlu melakukannya. Karena ia pasti sedang berjalan-jalan menghamburkan uang ke luar negeri. Uang Ayahnya tidak berseri dan ia memegang kendali atas dunia yang di pijaknya. Kau bahkan harus lebih memikirkan dirimu sendiri"

Benar juga.

"Aku tidak memikirkannya asal kau tahu. Pergilah, Minseok sudah menunggu kan?"

Kyungsoo hanya mengangguk, "Baiklah. Sampai ketemu di kantin nanti. Jangan lupa bawa catatan matematikamu karena kita akan membahasnya bersama Minseok nanti"

Chanyeol hanya mengangguk sebagai jawaban.

Di tengah riuhnya berbagai aktivitas di kelas pada jam kosong, keterdiaman Chanyeol kembali membuatnya menoleh pada meja dan kuris kosong di sebelahnya.

Perasaan tidak enak itu tak kunjung lenyap dari benaknya. Namun apa yang di katakan Kyungsoo juga menarik nalarnya untuk berpikir realistis.

Bisa saja Baekhyun sedang bersenang-senang menghamburkan uang karena ia memang mampu melakukan apapun. Benar. Untuk apa Chanyeol khawatir berlebihan?

Karena tak kunjung fokus dan pikirannya terbagi, ia pun menoleh sekali lagi, "Selamat bersenang-senang, dinosaurus kerdil" bisiknya lalu bangkit setelah menutup bukunya untuk menyusul Kyungsoo dan Minseok ke perpustakaan.

Tanpa tahu di tempat lain tubuh mungil itu meringis pilu di kamar mewah miliknya yang telah di kunci dari luar. Seluruh alat komunikasi di sita dan ia di biarkan merana tanpa makanan sejak 3 hari yang lalu. Hanya di berikan minum saja—mengabaikan lebam dan memar yang tercetak hampir di seluruh tubuh ringkih miliknya.

Bukan. Itu bukan air mata kesakitan atas tubuhnya.

"I-Ibu—khhh—jemput aku ku mohon" rintihnya mengenaskan.

Tapi air mata putus asa karena tak kunjung di jemput oleh sang Ibu untuk meninggalkan dunia kejam ini—karena Baekhyun tak sanggup lagi hidup di neraka yang di ciptakan oleh Ayahnya yang begitu ia benci hingga ke tulang.

•••
TBC

LOVERS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang