PROLOGUE

4.3K 362 53
                                    

[hanya fiksi]•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[hanya fiksi]
•••

TRIIIIINGGG!

Bel sekolah telah berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel sekolah telah berbunyi. Siswa-siswi yang masih berlarian di koridor sontak memasuki kelas masing-masing di selingi dengan tawa dan canda satu sama lain. Suasana kelas tingkat akhir tersebut cukup riuh dengan siswa dan siswi yang masih sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ada yang sibuk membahas tentang idol; cafe yang baru buka; juga merk skincare yang sedang laku keras saat ini. Masih ada yang berdandan di cermin kecil; menyisir rambut; menggunakan liptint; juga membereskan loker di belakang kelas. Ada pun yang sibuk menyalin tugas; beberapa siswa yang berkumpul di belakang sambil bercanda dan bahkan bermain gitar.

SREEEEK!

"Selamat pagi!" sahut sang guru yang lantas membuat seisi ruangan duduk manis di tempat masing-masing. "Yak~ kau! Berhenti mengunyah!" tegurnya langsung pada salah satu siswa yang kedapatan makan di kelas.

"Maaf, Guru" jawabnya menunduk singkat.

"Kau juga, berhenti bermain ponsel!" tegurnya pada seorang siswi di deretan tengah.

Sang Guru kembali menghela nafas pelan, "Dengarkan baik-baik. Karena ini masih hari kedua di semester baru, maka tidak ada sesi belajar mengajar hingga jam istirahat di mulai. Setelah itu, jadwal belajar mulai kembali seperti biasa. Kalian mengerti?"

"Ya, kami mengerti" jawab seisi kelas serentak.

"Ketua kelas?" panggilnya.

Yang di panggil kini bangkit berdiri dari tempatnya, "Ya, Guru?"

"Siapa namamu?" tanya pria paruh baya tersebut dengan gaya santai sambil menenteng buku pelajaran.

"Kim Jumnyeon, Guru" jawabnya.

"Setelah jam istirahat selesai, jangan lupa ke ruangan Guru Shin untuk mengambil paper ekstrakurikuler. Kumpulkan sebelum jam pulang sekolah. Kalian mengerti?" titahnya.

"Baik, Guru" / "Ya, kami mengerti"

"Sekarang nikmati waktu santai kalian sembari memikirkan ekstrakurikuler apa yang akan kalian ambil untuk tahun terakhir ini. Ku sarankan untuk mengambil sesi penambahan mata pelajaran agar lebih siap untuk ujian masuk universitas. Dan—oh! Ya, kemari—ya, kau. Kelas ini kedatangan satu siswa baru pindahan dari Cheonan. Perkenalkan dirimu"

Yang sedari tadi berdiri di balik pintu kelas itu kini perlahan masuk dengan langkah tenang dan sedikit menunduk. Kini berdiri tak jauh dari sang Guru yang menghadap ke seisi kelas.

"Ayo, perkenalkan dirimu"

Satu helaan nafas pelan setelah melirik seisi kelas dengan perasaan asing. "Halo, perkenalkan. Aku Park Chanyeol pindahan dari SMA NNG Cheonam. Salam kenal" ujarnya dengan raut tak tertebak setelah membungkuk singkat.

Hening.

Sang Guru berdesis kecil, "Kau duduk di belakang sana" tunjuknya pada barisan belakang sebelah kanan dari depan kelas—sebelah jendela.

Chanyeol tak bergeming kala melihat satu kursi kosong tersebut. Ada perasaan sungkan kala melihat sebelah kursi tersebut telah berpenghuni dengan seorang siswa yang kini menatapnya tak bersahabat.

"Ayo, duduklah segera"

"Aku tidak ingin duduk bersebelahan dengannya"

Bukan. Bukan Chanyeol yang berujar seperti itu.

Sang Guru menghela nafas kasar, "Jangan berulah, Byun. Ini masih pagi jika kau waras"

Bisa di dengar cekikikan khas bisik-bisik seisi kelas yang menertawai Chanyeol. Ya, Chanyeol. Meski lelaki mungil bermarga Byun yang di tegur oleh Guru Kim.

"Duduklah" titahnya lagi pada Chanyeol. Dengan langkah ragu lelaki tinggi itu berjalan menghampiri tempat duduk yang di perintahkan oleh sang Guru.

Saat jarak 2 meter mulai mengikis kecil, tatapan mereka kembali bertemu. Tentu dengan sengit nan sinis yang di layangkan lebih dulu oleh si mungil. Terlihat menyebalkan, sungguh. Namun Chanyeol memilih untuk mengabaikannya—mengingat ini adalah hari pertamanya di sekolahan baru. Guru Kim sudah meninggalkan kelas setelahnya.

Chanyeol mendudukkan diri setelah menyampirkan tas ransel miliknya di sebelah meja. Diam dan tak bersuara. Meski pandangannya lurus ke depan, ia bisa melihat lelaki di sebelahnya kini duduk dengan badan yang sedikit menghadap ke arahnya.

Wangi. Itu yang Chanyeol deskripsikan pertama kali.

Sejujurnya cukup risih jika terus di lihati seperti ini, "K-kenapa?" tanyanya memberanikan diri menolehkan kepala.

Lelaki mungil dengan kulit seputih salju. Wajah yang di lengkapi dengan mata sabit yang tajam, hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda natural, dagu telak yang menegaskan keindahan—

"Kau culun dan kampungan. Ku harap kau tidak betah bersekolah disini dan segera menghilang dari pandanganku"

POPPP!

Meletuskan balon kecil dari bubble gum yang ia kunyah dengan pandangan tak minat setelah mencetuskan kalimat tak bersahabat itu.

—sayangnya cukup menyebalkan di kesan pertama.

Chanyeol kembali memandang ke depan setelah memperbaiki letak kacamatanya, "Terima kasih. Salam kenal, Byun" jawabnya tenang.

Yang di jawab hanya berdecih kecil, "Ooops!" dengan sengaja menyenggol lengan si tinggi saat bangkit berdiri untuk berjalan meninggalkan kelas bersama kawanannya. Akibat ulah si mungil itu Chanyeol tidak sengaja menjatuhkan alat tulisnya yang sedang ia keluarkan dari tas ransel.

"Sabar. Sabar. Sabar. Pendek menyebalkan" monolognya berbisik.

•••TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
TBC

LOVERS✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang