25

522 50 11
                                    

Semua segala jenis masakan telah dihidangkan di atas meja. Jeno dan Jaemin sampai menjatuhkan rahang mereka. Berbeda dengan yang dimasak tadi, masakan ini bagaikan sebuah seni yang sayang jikalau dimakan.

Aroma dari daging panggang yang begitu lezat, mengundang rasa lapar bagi Jeno Jaemin. Jaehyun merasa bangga dengan hasil usahanya sendiri. Setelah menyajikan makanan di atas meja, ia melepaskan apron yang melekat pada tubuhnya, mengambil kursi lalu duduk diatasnya dan mulai menyantap makanannya, tak peduli dengan Jeno dan Jaemin yang melihat dengan tergiur.

Jaehyun terus memasukkan makanan ke dalam mulutnya dengan khidmat, seolah ia membuat semua masakan ini untuk dirinya sendiri. Jeno dan Jaemin hanya bisa menatap makanan itu masuk kedalam mulut Jaehyun lalu menenggak ludah mereka.

Mereka membayangkan betapa lezatnya masakan tunangan mereka "Jae-Jaehyun.." Hendak melanjutkan kata katanya, Jaehyun terlebih dahulu melemparnya dengan tatapan membunuh, membuat Jaemin langsung bungkam karenanya.

Melihat kembarannya yang terintimidasi oleh Jaehyun, membuat Jeno tak bisa berkutik. Tunangannya sungguh menakutkan saat sedang marah.

Kau baik baik saja? Tanya Jeno kepada kembarannya melalui telepatinya.

Jaemin menolehkan kepalanya mengarah pada kembarannya, dengan wajahnya yang sedih lalu menganggukkan kepalanya. Jeno tahu bahwa kembarannya itu sedang tidak baik baik saja, tapi...

Krruuuuk~

Saat sedang menaruh empati pada Jaemin, tak sengaja terdengar bunyi aneh yang begitu jelas. Jaemin dan Jaehyun melihat ke arah Jeno yang sedang menatap perutnya sendiri. Lalu ia kembali mengangkat wajahnya dengan senyuman bulan sabitnya.

Melihat itu membuat Jaehyun sedikit tidak tega membiarkan Jeno dan Jaemin kelaparan, tapi ini semua juga karena mereka yang mencoba untuk membunuhnya "kenapa kalian tidak berburu? Biasanya kalian melakukan itu" tanyanya dengan suara dinginnya.

"I-itu karena kami tidak bisa jauh dari mu" jawab Jaemin.

Jaehyun mengangkat satu alisnya "biasanya juga kalian pergi sediri meninggalkan ku!"

"Itu sebelum kau mengetahui identitas kami" balas Jeno.

Jaehyun mendecih, ia bahkan sampai melipat kedua tangannya di depan dadanya "ya-ya sudah kalau begitu, kemari dan makanlah" mendengar itu, Jeno dan Jaemin segera mendekat, mengambil posisi didepan Jaehyun dan siap menyantap makanan mereka.

Saat mereka akan memasukkan makanan kedalam mulut Jaehyun "STOOOP!!" terlebih dahulu berteriak pada mereka, membuat mereka tak jadi memasukkan makanan ke dalam mulut.

"Ada apa?" Tanya Jaemin dengan polosnya.

Jaehyun kembali menatap tajam pada keduanya "apa kalian akan makan begitu saja menggunakan tangan kalian?!" Jaehyun kembali meninggikan suaranya.

Jeno Jaemin saling menatap satu sama lain, lalu kembali pada Jaehyun "memangnya kenapa?" Tanyanya lagi dengan polosnya.

"Gunakan alat makan yang sudah aku sediakan! Aku tahu kalian terbiasa makan tanpa alat, tapi aku tidak akan membiarkannya!"

Jeno Jaemin masih terus memperhatikan.

"Letakkan makanannya kembali diatas piring!" Jeno dan Jaemin langsung menurut. Mereka kembali meletakkan daging panggang itu di atas piring. Jaehyun mengambil alat makan mereka, dan memasangkannya di tangan mereka.

"Pakai itu!" Pintanya.

Jeno dan Jaemin kembali saling menatap, lalu menusukkan pisau makan itu pada makanan mereka, mengangkatnya, dan mengarahkannya pada mulut mereka yang terbuka lebar. Namun, sebelum itu "STOOOP!!!" Jaehyun kembali menghentikan mereka.

"Di potong terlebih dahulu!"

Jeno Jaemin kembali meletakkan dagingnya diatas piring. Jaehyun mulai memberikan instruksi kepada mereka, cara memotong daging dengan benar dan mereka meniru apa yang Jaehyun katakan dan lakukan. Si cantik mengajari mereka dengan penuh kesabaran, walau tercampur emosi, sedikit.

Menjadi manusia, ternyata merepotkan juga -Jeno.

Benar! Tapi aku menyukai Jaehyun -Jaemin.


Selesai melakukan sarapan, Jeno dan Jaemin membersihkan alat alat makanan yang telah mereka pakai. Tentu sebelum mereka menjadi ahli seperti saat ini, Jaehyun terlebih dahulu mengajari mereka. Jaehyun sendiri kembali ke kamarnya untuk bersiap siap pergi ke kantor. Ada urusan yang benar benar harus dikerjakan di sana. Dan harus dikerjakan langsung oleh Jaehyun.

Selesainya Jaehyun membersihkan diri, kini ia rapi dengan setelan jas yang melekat pada tubuhnya, kembali keluar untuk melihat kondisi tunangannya. "Apa semua baik baik saja?" Tanyanya tak jauh dari mereka berdiri.

Jeno dan Jaemin sama sama menoleh "hampir selesai" kata Jeno. Lalu setelah itu, mereka telah benar benar menyelesaikan tugas mereka. Kedua tangan mereka dikibas kibaskan untuk menghilangkan air yang menempel di kulit, lalu mengelapkannya di kain apron yang mereka kenakan dan berbalik menghadap Jaehyun.

"Sudah selesai" kata mereka bersamaan.

Jaehyun mengukir senyuman di wajahnya "ya sudah kalau begitu, aku akan pergi" ucapnya sambil berjalan ke arah pintu.

"Kau mau pergi kemana?!" Seru Jaemin, saat Jaehyun telah membuka pintunya.

Jaehyun membalik sebentar untuk menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya "aku mau ke kantor, ada urusan yang harus ku selesaikan di sana"

"Kami ikut!" Kata mereka bersamaan, lagi.

Mereka langsung bergegas melepaskan apronnya dan dengan cepat berdiri dihadapan Jaehyun. "Kalian tak perlu ikut, aku bisa pergi sendiri".

Jeno Jaemin menggelengkan kepala mereka "itu tidak akan pernah terjadi" jawab Jeno.

"Ingat bahwa kami tak bisa jauh dari mu" imbuh Jaemin.

Apa lagi, kau akan bertemu dengan Johnny di sana - batin Jeno Jaemin bersamaan.

Di dalam bus yang lumayan padat, Jeno, Jaemin dan Jaehyun bersama sama pergi menuju ke tujuan yang sama, yaitu tempat kerja Jaehyun. Mereka bertiga dalam keadaan berdiri di tengah-tengah kerumunan, dan Jeno, Jaemin berada tepat di belakang Jaehyun. Menjaga tunangannya dari belakang. Mereka tak ingin kejadian yang dulu terulang lagi pada Jaehyun, dimana tunangan mereka dilecehkan di sini.

Namun, dengan ikutnya Jeno Jaemin membuat Jaehyun merasa tak nyaman. Lantaran semua penumpang di bus yang ia tumpangi saat ini melihat ke arahnya. Atau lebih tepatnya, ke arah mereka berdua. Jaehyun berusaha menghiraukan tatapan tatapan itu, tapi tetap saja...

"Kau baik baik saja?" Tanya Jeno begitu melihat Jaehyun yang gusar.

"Iya, aku baik baik saja" jawabnya, yang terdengar tak begitu nyaman. Jaemin melihat raut Jaehyun yang terlihat gelisah itu "jangan khawatir, kami akan menjagamu"

Para penumpang yang melihat mereka bertiga saling berinteraksi satu sama lain, mengundang decak kagum. Mereka seperti melihat tiga keajaiban dunia secara bersamaan.

Jaehyun benar benar berharap mereka segera sampai di halte bus dekat kantor, semua mata yang tertuju pada dirinya membuatnya risih dan gelisah. Mereka seperti dapat melihat kearahnya sampai ke dalam-dalam nya.

My Two Strange Adopted Wolves (HIATUS!!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang