Selamat membaca!
.
.
.
"jika aku pulang ke rumahku bagaimana?"
Saat ini Sunghoon dan Jake tengah berjalan kaki menuju rumah Sunghoon. Keduanya baru pulang dari sekolah mereka berdua.
Sunghoon langsung menolehkan kepalanya ke arah Jake dan menunjukkan wajah protesnya, "tidak boleh"
"aku... rindu dengan ayah"
"kita akan ke makam ayahmu, kalau begitu"
"bukan seperti itu! aku.. hanya rindu tempatku bersama ayahku selama ini"
Melihat wajah Jake yang menyendu membuat Sunghoon memilih untuk menggenggam jemari lelaki manis itu.
"nanti ada hantu lagi di sana"
Bukannya gembira yang ada wajah Jake makin menyendu membuat Sunghoon kebingungan sendiri.
"bagaimana jika kita ke rumahmu saja? lalu sore nanti, kita pulang ke rumahku?"
"oke! Begitu saja!"
.
.
.
Namun, saat keduanya tiba di kediaman Jake itu, mereka dikejutkan dengan keadaan dalam rumah itu.
Di sepanjang rumah itu, penuh dengan bangkai binatang dan kubangan darah dari binatang itu.
Bau amis yang berasal dari darah binatang itu membuat Jake hampir muntah. Sedangkan Sunghoon mengepalkan kedua tangannya, menahan hasratnya untuk menghabisi semua darah yang ada di sana.
"ssunghoon..."
Seolah tersadar ketika Jake menggenggam lengannya membuat Sunghoon beralih ke kenyataan. Dia menggenggam jemari Jake untuk menenangkan lelaki itu.
"sunghoon.. ini kenapa begini.."
"kita pergi dari sini"
Jake hanya mengikuti tarikan tangan Sunghoon itu agar mereka keluar dari rumahnya. Sepanjang jalan mereka hanya diam. Dalam kebingungan dan kekalutannya Jake memandang pujaan hatinya yang terkesan marah itu.
Kenapa Sunghoon tidak terkejut dan tidak bertanya apapun mengenai hal yang dilihatnya barusan?
.
.
.
Netra Jake memperhatikan Sunghoon yang tengah makan malam dengan tenang di hadapannya.
"ada apa, jake?"
"uhh? Tidak ada!"
Dengan kikuk Jake berusaha menyendokkan makanan ke mulutnya, namun suara tawa Sunghoonlah yang terdengar. Rupanya makanan di piringnya sudah habis.
"jangan tertawa!"
"kau lucu sekali, boleh aku menggigitmu?"
"mesum!"
"hanya untukmu"
"menjauh dariku!"
Jake mendorong-doong badan Sunghoon yang tiba-tiba saja pindah ke sampingnya itu. Namun, dia tak dapat mendorong badan yang lebih besar itu hingga dirinya menerima saja kala Sunghoon memeluk pinggangnya dengan kepala lelaki itu yang bersandar di bahunya.
"kejadian tadi... apakah kita harus melaporkan ke balai kota tentang kejadian di rumahmu tadi?"
Mendengar Sunghoon yang bertanya seperti itu membuat Jake menatap lelaki yang sedang bermain dengan jemarinya itu. Ternyata Sunghoon kebingungan saja mengenai kejadian tadi.
"tidak usah..."
"kenapa? bukankah lebih baik kita laporkan?"
"mungkin saja itu perbuatan hantu"
Terdengar Sunghoon mengeluarkan tawanya membuat Jake ikut tertawa.
"apapun itu. aku akan menjagamu, jake"
"meski dirimu sendiri akan berada dalam bahaya?"
Mereka saling bertatapan dengan pandangan yang berbeda. Jake dengan matanya yang memancarkan kebingungan dan ketakutan, sedangkan Sunghoon dengan matanya yang memancarkan keyakinan.
"ya. aku akan melakukan segala cara agar kau aman dan bahagia, bahkan meski aku harus mengorbankan diriku sendiri"
Bukannya senang mendengar itu, Jake malah menyendu dan menunduk membuat Sunghoon harus menjauh dari bahu si manis.
"kenapa sedih?"
"kau tidak perlu mengorbankan diriku untukku, mungkin kau tidak tahu apa yang harus kau hadapi nantinya"
Sunghoon hanya terdiam mendengar ucapan Jake, dia tahu apa dan siapa yang akan dihadapinya.
"aku hanya pembawa sial. Ibuku mati karenaku, ayahku juga. Lalu siapa selanjutnya? Saat ini hanya kau yang menjagaku sekarang, mungkin nanti kau yang akan mati. Apakah aku harus pergi saja dari sini lalu mhhhmm!!"
Ucapan Jake itu terhenti kala bibir Sunghoon menghentikannya. Jake memukul dada lelaki itu karena sedikit terkejut. Sedangkan Sunghoon yang tersulut emosinya itu makin memperdalaman ciuman mereka.
"jangan bicara seperti itu lagi. Aku tidak akan mati, begitupun juga kau, jake"
Jake hanya dapat terdiam kala Sunghoon mencium keningnya itu.
.
.
.
"sunghoon..."
Tangan Jake menepuk-nepuk mencari guling besarnya yang hilang. Dirasa bahwa tidak ada siapapun selain dirinya di ranjang itu membuat Jake membuka seluruh kelopak matanya.
"sunghoon? Kau di mana?"
Tidak mendapati Sunghoon di kamar itu membuat Jake menegakkan diri dan berjalan ke kamar mandi yang ada di sana. Namun tidak ada siapapun di sana. Ke mana lelaki itu?
Memilih untuk keluar dari kamar itu dan memperhatikan rumah itu. Penerangan yang minim membuat bulu kuduk Jake meremang. Rumah ini lebih besar dan lebih seram dari rumahnya!
"huaa!! Sunghoon! kau di manaa?!"
Jake berteriak memanggil Sunghoon di sepanjang rumah itu, namun tak ada siapapun di sana. Hingga dirinya dikejutkan oleh sesosok lelaki yang tangannya berlumuran darah hingga badan Jake terjauh.
"huaa!!"
"jake?!!"
Keduanya sama-sama terkejut. Dan Jake memperhatikan sosok yang berdiri di hadapannya, ternyata itu adalah Sunghoon. Dirinya menghela nafas lalu menegakkan badannya.
"kau ke mana saja semalam ini? Dan kenapa tanganmu berdarah?! kau terluka?!!"
Dengan cepat Jake mengambil tangan Sunghoon dan menggenggamnya. Namun dirinya tersadar tidak ada luka apapun di sana terlebih darah itu terlalu banyak untuk luka biasa.
"err, ini aku hanya memotong daging ayam untuk besok. Iya, seperti itu"
Jake memandang Sunghoon dengan aneh, "semalam ini?"
"ya, aku terbangun dan hanya bosan"
Kemudian Sunghoon melepaskan pegangan Jake terhadapnya untuk membersihkan diri. Sedangkan Jake juga mengikuti Sunghoon sembari menatap lelaki tampan itu.
Kenapa rasanya ada yang aneh ya?
.
.
.
TBC