Pintu berjaring itu kembali di tutup setelah Nando sudah berada di dalam. Rizam menggemboknya, memastikan benar-benar terkunci rapat. Di dalam, Nando melihat sekitar meneliti begitu sinis, kondisinya cukup memprihatinkan. Ruangan itu agak bau entah darimana asalnya. Lantainya agak kotor oleh debu dan tumpahan air. Ketiga penghuni di dalam juga terlihat tidak begitu baik dan sangat kacau. Hidup terduduk membuang wajahnya menolak untuk bicara, Ria terdiam melamun sembari menyelimuti dirinya dengan selimut dan Juhen yang sejak tadi melemparkan tatapan tajam pada Nando bersama perawakannya yang persis seperti gelandangan.Nando tertawa getir, kembali berdiri ke arah pintu. Menghentikan Rizam yang berniat pergi. "Buka pintunya,"
Rizam membalikan tubuhnya, menaikan kedua alisnya. "Apa?"
Nando mengengam erat salah satu besi pintunya, melotot marah pada Rizam. "Kamu bisa memenjarakanku di tempat lain tapi tidak di sini,"
Juhen menyela tidak senang. Dia bangkit karena tersinggung, sekarang keduanya berhadapan dengan kebencian. "Kenapa? Ada yang salah di tempat ini?"
"Tidak ada, hanya saja aku tidak mau satu ruangan dengan kalian, rasanya menyesakkan berada satu ruangan bersama kalian," cibirnya pedas. Juhen tentu tersinggung, jadi tangannya refleks menarik kerah baju Nando. Hidup menghela napas di bawah sana dan Ria semakin melilitkan selimut di tubuhnya. Mungkin jika bisa mereka akan bertengkar di sana. Tapi Nando milih diam saja di cengkraman itu.
"Melihat tingkahmu membuatku benar-benar kesal!" Desis Juhen.
Rizam berseru di luar sana. "Tenanglah kalian berdua. Dan Nando, kamu juga tahu tidak ada tempat lain yang seperti ini lagi di mansion," katanya. Juhen melepaskan tangannya, mendorong Nando kesal. Lalu kembali duduk di tempatnya. "Aku ingin kamu jelaskan apa yang terjadi padaku Nando, semuanya,"
Nando berdecih kesal. Yang dia lakukan selanjutnya adalah duduk menyender pada dinding, meluruskan kedua kakinya sembari menjadikan kedua tangannya bantal di belakang kepalanya. Menutup matanya mencoba untuk melupakan pertanyaan yang belum lama di lontarkan. Mungkin di posisinya, dia sudah jengah mendengar pertanyaan itu untuk hari ini. Karena selain dia laki-laki yang tidak punya banyak kesabaran, dia paling tidak senang di lontarkan pertanyaan yang sama berualang kali. Dan harus menjelaskan juga mengatakan berkali-kali. Itu membuang-buang waktu dan baginya itu menyebalkan.
Sudah tidak heran dengan sikap Nando selama ini, Rizam menghela napas berat. Penjelasan Nando adalah yang dia butuhkan saat ini. Tentang apa yang terjadi sebelumnya, alasannya membunuh ketiga anak perempuan juga apa yang telah dia lakukan pada Nuri. Dia telah mendengar sedikit dari Liana tapi dia butuh penjelasan yang lebih jelas.
"Tidak bisakah kamu berkerja sama sedikit? Sebenarnya ada dipihak mana kamu sebenarnya?" Tanya Rizam geram. Dan Nando masih tidak berniat untuk menjelaskan, tidak peduli padanya. "Katakan atas dasar rasa bersalah untuk Ica, Eka dan Rasmi yang telah kamu bunuh,"
KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI (TAMAT)
Mystery / ThrillerSebuah undangan misterius datang ke tempat Liana. Undangan menginap di mansion mewah secara gratis. Awalnya dia pikir ini adalah lelucon. Namun, saat satu pesan datang pada ponselnya yang menjelaskan jika undangan itu adalah sungguhan. Dia memutuska...